All Chapters of Istri Pelampiasan CEO: Chapter 171 - Chapter 180

250 Chapters

Bab 171 : Meminta Maaf Ke Ibu

Nic terkesiap tak percaya melihat siapa yang datang ke rumah sakit menjenguknya. Ada perasaan senang di hati pria itu mendapati orangtua sang sepupu datang ke sana.Kala yang masih menemani Nic duduk di atas ranjang sampai bingung. Ini karena dia jarang bertemu dua orang itu. Hingga Bianca yang menemani menggoda sang cucu dengan bertanya,"Hayo, coba Kala ingat?"Kala mengetuk-ngetuk dagu menggunakan telunjuk untuk membuat gerakan lucu, seperti berusaha mengumpulkan serpihan memori di kepala. Wajahnya berubah semringah saat bisa menebak dengan benar identitas dua orang itu."Papa, Mamanya om Arkan!"Semua orang tertawa melihat Kala girang. Sedangkan Nic sendiri malah sungkan, Nic bahkan tak ingat kapan kali terakhir dia menemui om dan tantenya."Aku membuatkan makanan kesukaanmu, karena tahu makanan rumah sakit itu hambar dan pastinya tidak membuat berselera." Ibu Arkan mendekat dan meletakkan bawaannya ke nakas. Sedangkan Nic yang masih tak percaya terlihat memandangi wanita itu pen
Read more

Bab 172 : Mulai Kebingungan Mencari Solusi

"Bagaimana bisa kamu tidak mengabari ibu? Ibu sangat cemas."Aditya hari itu akhirnya menelepon ibunya. Dia sudah mengaku akan pergi beberapa hari sehingga meski masih berada di kota yang sama, dia tetap memilih untuk tidak melihat kondisi ibunya secara langsung di apartemen Nina. "Maaf, kemarin sangat sibuk sampai tidak pegang HP." Aditya menjawab dari seberang panggilan. Dia duduk di depan kamar perawatan Thea. Dengan setia menunggu malam nanti gadis itu akan masuk ke ruang operasi."Dit, apa ada masalah? Kenapa suaramu seperti itu?"Aditya tercenung. Dia tahu ibunya sangat sensitif sampai bisa merasakan apa yang saat ini dia alami meski tak bertatap muka."Bu, temanku sakit. Malam ini dia akan menjalani operasi, apa bisa ibu mendoakan agar dia segera pulih dan sadar?" Pinta Aditya. Suaranya begitu berat, tertekan karena rasa bersalah ke Thea tak sedikitpun hilang."Apa kamu sedih karena itu? " Tanya ibu Aditya. Namun, karena sang putra tak menjawab wanita itu langsung mengucapka
Read more

Bab 173 : Apakah Ini Akhir?

Tidak ada yang aneh dari suasana bandara malam itu, kecuali seorang pria bermasker yang duduk diam mengenakan jaket berwarna cokelat tua di salah satu kursi ruang tunggu. Doni berniat melarikan diri ke Singapura. Setidaknya itu yang bisa dia lakukan saat pengacara pun takut memberinya bantuan hukum, karena sudah diancam lebih dulu dari kubu sang keponakan.Sebenarnya inilah yang ditakutkan Doni selama ini. Dia tahu tidak akan bisa membuat Nic menderita jika memiliki hubungan baik dengan keluarga istrinya. Untuk itu sebelum mengenal dekat keluarga Cloud dia membuat Nic membenci Skala dengan melakukan fitnah.“Jangan lupakan kejahatan paling keji yang Doni buat, mencelakai adik kandungnya sendiri.”Ucapan Skala ke Bianca malam itu bertepatan dengan kepanikan yang terjadi di Bandara. Para calon penumpang pesawat terlihat gusar, saat segerombolan orang berbadan tegap masuk ke ruang tunggu dan langsung menuju satu kursi yang ada di sana.Semua perhatian orang-orang pun tertuju ke sosok pri
Read more

Bab 174 : Servis Panas Di Pagi Hari

“Tidak boleh!” Cloud menghadang di depan pintu kamar mandi sambil merentangkan tangan. Ia melarang Nic mandi karena tahu suaminya ingin pergi ke kantor. “Kamu baru keluar dari rumah sakit kemarin dan langsung mau bekerja? Tidak akan aku biarkan,” ucap Cloud penuh ketegasan. “Honey … Bunny Sweety!” Cloud seketika menutup mulut, pipinya bersemu merah. Dia sekuat tenaga menahan bibir agar tidak tertawa karena Nic memanggilnya seperti itu. “Cloud, yang terkena tembak tanganku bukan otakku. Aku akan meminta Rio menjemput ke rumah, kalau kamu khawatir suamimu yang berharga ini membawa mobil sendiri.” Meski sudah dibujuk tapi Cloud sama sekali tak bergerak dari posisinya berdiri di depan pintu kamar mandi. Dia menatap dingin Nic ditambah bibir yang sengaja mengerucut. “Ayolah istriku sayang! Kecuali kamu memintaku tinggal di rumah dan memberiku itu.” Nic menaikturunkan alis untuk menggoda. Jelas dia berpikir harus memanfaatkan situasi demi keuntungan pribadi. “Aku akan memberikan apa
Read more

Bab 175 : Meledak

“Nic, kursi itu tidak punya kaki, jadi tidak akan mungkin melarikan diri. Aku juga tidak akan ke mana-mana, masih banyak waktu untuk kita memakainya. Oke!”Nic lagi-lagi dibuat kecewa, tapi mau bagaimana lagi. Dia juga tidak mungkin tega karena memang kondisi Thea lebih penting dari birahinya.Nic berdiri mendekat ke lemari untuk mengambil baju setelah menerima penolakan dari Cloud —yang terasa menghujam dada. Meski begitu tetap saja muka masamnya tidak bisa ditutupi. Cloud sendiri merasa bersalah, berpikir biarlah nanti selesai melihat kondisi Thea dia akan membuat Nic melayang ke udara.Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, Nic memilih diam melihat pemandangan di luar mobil melalui kaca jendela. Cloud juga tak mengajak Nic bicara, dia takut pria di sampingnya ini meledak karena kurang mendapatkan asupan.Sesampainya di rumah sakit mereka masih saja tak saling bicara menuju kamar Thea. Benar-benar terasa dingin seperti kembali di awal pernikahan. Tak ingin gelisah menerka pikiran Nic
Read more

Bab 176 : Beda Pandangan Soal Waktu

Aditya tahu Rio marah. Dia pun semakin merasa serba salah saat harus menerima tatapan ibunya yang penuh tanda tanya."Bu, sepertinya ada kesalahpahaman di sini. Rio ini adalah kekasih Nina, aku dan dia hanya teman. Lagipula aku juga sebenarnya sudah memiliki gadis yang aku sukai."Meski Aditya sudah jujur, tapi Rio tampak kurang puas. Apalagi sang kekasih menurutnya juga sengaja, bagaimana bisa Nina tinggal beberapa hari bersama ibu Aditya, tapi sama sekali tidak menjelaskan ke wanita itu statusnya yang tidak jomlo lagi."Ah... begitu, jadi ibu sudah salah."Aditya menganggukkan kepala saat ibunya paham. Meski begitu Aditya masih tak enak hati, karena Rio membuang muka sambil melipat tangan ke depan dada seolah tak sudi menerima permintaan maafnya. "Nak Rio, maaf ya ibu sudah salah paham dan membuatmu kesal, itu karena Nina sangat baik."Perkataan ibu Aditya yang penuh kelembutan membuat Rio merasa tak enak hati. Dia akhirnya mau menurunkan ego, menatap wanita paruh baya itu yang mele
Read more

Bab 177 : Lebih Baik?

“Kamu yakin?”“Seratus persen yakin. Kata pelayan toko, tas ini edisi terbatas dan hanya ada sepuluh di seluruh dunia.”“Bukan itu, maksudku apa kamu yakin Mama belum memilikinya?”“Em ….”Nic bingung menjawab pertanyaan Cloud. Pria itu menggigit bibir, menggaruk-garuk leher lalu belakang kepala.Tingkah Nic yang seperti ini jelas membuat Cloud geli. Dia menyesal sudah bertanya seperti itu ke suaminya, padahal Nic sedang semangat empat lima merebut hati Bianca.Ya, setelah masalah yang menimpa Cloud kemarin selesai, Bianca memang sudah kembali bersikap biasa ke Nic. Wanita itu juga sedikit banyak membantu sang menantu dalam menghadapi masalah yang pelik. Bahkan saat berada di rumah sakit Bianca rutin menjenguk dan menemani Nic layaknya ibu ke anak kandung sendiri.Namun, menurut Nic tetap saja ada perbedaan yang dia rasakan saat Bianca bicara padanya. Sikap sang mertua dirasa Nic lebih dingin dan kadang terkesan menghindar darinya. Maka dari itu Nic malam ini mengajak Cloud dan Kala m
Read more

Bab 178 : Kebohongan Manis

Aditya kembali datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi Thea. Meski sudah dua minggu, tapi gadis itu masih saja tak percaya kalau Aditya adalah kekasihnya. Bahkan saat dia meminta Aditya menunjukkan foto kebersamaan mereka, pria itu tidak bisa. Aneh memang, Thea bisa menerima neneknya dan sang adik lantas bersikap wajar. Namun, tidak ke Aditya. Mungkinkah ini karena alam bawah sadar Thea tahu kalau pria itu berbohong kepadanya. “Aku, kapan boleh pulang?” Aditya yang saat itu duduk di samping ranjang sambil mengupas buah pun mengangkat kepala. Di dekatnya bu Rum sibuk membersihkan meja dan kantong-kantong plastik yang berceceran. “Nanti setelah dokter sudah memperbolehkan.” “Apa benar aku terpleset saat bekerja?” Aditya mengangguk tanpa memandang Thea, meski sedikit merasa takut saat gadis itu banyak bertanya, tapi tak bisa dipungkiri ini menandakan kalau kondisinya semakin baik. “Tanggal berapa kita jadian?” Tanya Thea lagi, sejujurnya dia merasa sangat sedih karena melupakan
Read more

Bab 179 : Tidak Membutuhkan

“Nic! Nic! Tunggu aku harus melihat Kala dulu!” Cloud menghindar saat suaminya tiba-tiba menyergap dari arah belakang. Nic bergelayut manja memeluk pinggang Cloud. Beberapa menit yang lalu mereka pamit tidur ke Skala, setelah berbincang agak lama.“Untuk apa? Kala pasti sudah tidur.” “Tapi aku tetap ingin melihatnya dulu, aku yakin ada yang tidak beres dengan anakmu.” Cloud menelengkan kepala, matanya sejenak terpejam saat Nic menyasar ceruk lehernya. “Apa mungkin Kala sedang galau?” “Ngaco!” Cloud melepas pelukan Nic, memandang kesal pria itu karena bicara seenaknya. “Dia masih bocah, mana mungkin mengalami hal semacam itu? Tunggu sebentar! Aku pastikan hanya mengecek, tidak akan mengobrol dengan Mama.” Cloud pun buru-buru keluar dari kamar, sedangkan Nic hanya tertawa hambar. Dia yakin apa yang dkatakan sang istri untuk tidak mengobrol pasti hanya wacana. Nic pun merogoh sesuatu dari dalam kantong celana, memandangi benda yang diam-diam disimpannya sejak tadi. Nic pikir Cloud
Read more

Bab 180 : Wanita Yang Bangga

“Maaf! Aku berlebihan. Jangan menangis lagi!” Nic merasa sangat bersalah. Menyesal sudah berpikir yang tidak-tidak ke Cloud. Ia mengurai pelukan, mengusap pipi sang istri yang terus menunduk masih sambil terisak. “Cloud aku mohon!” Nic berakhir memeluk lagi karena Cloud masih tak mau bicara. Dia sadar bahkan sampai detik ini masih saja membuat istrinya terluka. Mereka sama-sama diam berpelukan sampai Cloud akhirnya bisa mengusai emosi. “Pria jahat,” ucap Cloud. Dia menggosok hidung seraya memberikan tatapan tajam ke Nic. “Iya aku jahat, tapi kamu mencintaiku ‘kan?” “Awas kalau kamu bertanya lagi seperti itu! Aku akan …. “ Cloud diam. Bukannya takut melanjutkan kalimat ancaman, tapi memang sejatinya tidak memiliki alasan. “Mulai detik ini, aku tidak mau kamu menutupi sesuatu dariku, apapun yang menjadi beban pikiranmu, harus kamu bagi denganku. Mengerti!” Cloud mengulurkan jari kelingking, meminta Nic berjanji untuk tidak mengulangi sikapnya tadi. Pria itu sendiri mengangguk d
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
25
DMCA.com Protection Status