Semua Bab Istri yang Kau Selingkuhi Ternyata Anak Pewaris: Bab 21 - Bab 30

230 Bab

Bab 21. Siapa Laki-laki itu?

Beberapa kali aku telpon Tante Ranti, tapi nomor ponselnya tidak aktif. Ya Allah ada apa dengan Tante Ranti? Mendadak hatiku menjadi tak tenang. Aku takut terjadi pada mereka, bagaimanapun mereka adalah pengganti orangtuaku, mereka yang mengasuh dan merawatku sejak kecil hingga aku besar. Terlepas dari kesalahan Vivi yang telah merusak rumah tanggaku, aku tetap menyayangi Tante Ranti dan Om Edwin, mereka tak salah."Kira-kira mereka pindah kemana ya Tante Mir?" tanyaku yang kini sudah duduk di teras rumahnya Tante Mira."Tante juga nggak tahu Nis, mereka pindah malam-malam bahkan sampai tak pamit pada kami tetangganya, pagi harinya datang lagi dua orang menggedor-gedor pintu rumah Bu Ranti, tapi kondisi rumah sudah sepi."Aku menghela napas panjang, ya Allah di saat aku tengah menghadapi badai rumah tanggaku, kini datang lagi masalah baru. Kuatkan aku ya Tuhan, dimanapun mereka berada, tolong lindungi mereka ya Allah. Tanpa sadar netraku memanas, aku takut sesuatu yang buruk terjad
Baca selengkapnya

Bab 22 POV Adrian

POV Adrian"Mas, andai saja kamu belum beristri, tentu aku akan sangat senang sekali," ucap Vivi saat suatu ketika aku berkunjung ke rumah Tante Ranti bersama Anisa istriku.Vivi adalah sepupunya Nisa, entah mengapa aku merasa tatapannya berbeda sejak awal aku menikah dengan Nisa. Dia juga seringkali curi-curi pandang ke arahku saat kami kumpul keluarga. Tapi Anisa seperti tak menyadari itu.Awalnya aku memilih mengabaikan setiap kali terlontar pujian-pujian kecil yang ia tunjukkan padaku.Tapi lama-lama semua yang ia katakan membuatku merasa senang."Ih Mas Adrian ini kok perhatian banget sih, benar-benar suami idaman, sering bawakan makanan untuk orang rumah," ucapnya waktu itu saat aku menjemput Anisa di rumah Tante Ranti. Nisa memang memintaku untuk membawakan martabak dan brownies untuk Tante Ranti dan keluarganya. Karena Nisa tak sempat membelinya ketika datang siang itu."Ah, enggak kok, tadi cuma sekalian lewat," sahutku.Jika di lihat-lihat Vivi memang cantik, tubuhnya yang
Baca selengkapnya

Bab 23. Syok

Adrian Pov"Aku nggak bisa Mas. Akan kuurus sendiri perceraian kita. Kuharap kamu tidak mempersulit semua prosesnya, agar semua bisa cepat selesai," ucapnya waktu itu."Nisa! Please!" Aku benar-benar tak ingin kehilangannya. Namun ternyata Anisa tak mau mengalah begitu saja, ia mengajukan syarat. Aku pun langsung menyetujuinya yang penting sekarang ia tetap ada di sini, aku tak ingin bercerai.Biarlah untuk syarat itu kupikirkan nanti yang penting sekarang Nisa sudah mau untuk tetap bertahan di sisiku.Rumah Vivi ini sudah menjadi rumah keduaku, karena aku selalu kemari setiap pula kerja. Sehari tak bersua dengan gadis itu rasanya aku tak bisa."Adrian, Anisa itu anak dari sahabat Ibu dulu, makanya Ibu mau kamu benar-benar jaga dia, jangan sampai kamu sakiti Dia, Ibu juga sangat sayang sama Nisa." Kata-kata ibu selalu terngiang olehku. Ibu memang sangat menyayangi Anisa. Untuk melepaskan dia rasanya aku tak bisa, karena itu pasti membuat hati Ibu terluka. Aku pun takut penyakit jan
Baca selengkapnya

Bab 24. Dania

Adrian Pov.Ibu langsung di bawa masuk ke ruang IGD rumah sakit terdekat. Ya Tuhan, jangan sampai ibu kenapa-napa. Kalau sampai terjadi padanya aku tak kan bisa memaafkan diriku sendiri. Sepanjang menunggu dokter keluar dari ruang IGD aku terus saja merutuki diriku sendiri, aku menyesal telah memberitahunya secepat ini. Harusnya aku tahu kondisinya, harusnya aku sudah antisipasi jika ini akan terjadi. Maafkan Iyan Bu, maafkan aku."Mas, apa yang terjadi pada Ibu?" tanya Vivi yang tiba-tiba sudah ada di dekatku. Aku memang mengirim pesan padanya tadi saat akan ke rumah sakit. "Ibu di dalam, sini duduk." Aku menepuk pelan kursi tunggu yang dingin ini.Aku menoleh ke arah Anisa yang duduk di bangku seberang agak jauh posisi kami. Ia menunggu dengan raut cemas. Melihat kedatangan Vivi ia menatap kami tak suka. Ah, biarkan saja, toh Vivi juga istriku, statusnya sama mereka berdua sama-sama menantu ibu."Mbak Nisa, Mas Adrian!" Suara Dania terdengar memburu, ia pasti terburu-buru datang k
Baca selengkapnya

Bab 25. Merasa Bodoh

Back to Anisa Pov"Halo Nis, bisa ke rumah Ibu sekarang?" Suara Ibu terdengar bergetar di panggilan telepon."Ibu, Ibu kenapa?" tanyaku yang mulai khawatir, entah kenapa perasaanku merasa tidak enak, Mas Adrian juga belum pulang. Apa mungkin dia ke rumah Vivi."Tolong kamu ke rumah ibu sekarang ya Nis," ucapnya lagi."Iya, Bu, Nisa langsung kesana ya." Panggilan telepon terputus dan aku langsung memesan ojeg online kemudian bersiap memasukkan dompet, ponsel, ke dalam tas, dan berganti baju. Tak berapa lama ojeg pesananku sudah tiba di depan rumah.Aku pun langsung meluncur ke rumah Ibu, sepanjang perjalanan aku sudah dibuat takut, dari suara Ibu di telepon tadi aku merasa Ibu sedang tidak baik-baik saja. Mungkinkah sakit jantungnya kambuh? Ya Tuhan semoga Ibu baik-baik saja.Sepanjang perjalanan aku terus berdoa untuk beliau.Sepuluh menit perjalanan akhirnya aku sampai di rumah Ibu, Alhamdulillah pengemudi ojeg online itu bisa diandalkan, ia mengebut sesuai pintaku.Betapa terkejutn
Baca selengkapnya

Bab 26. Berkemas

Pelan netra tua itu mengerejap, melirik sekeliling ruangan serba putih ini, bau obat menyengat memenuhi indera penciumanku.Aku dan Dania sedang makan malam di sofa tak jauh dari ranjang ibu."Nisa, Dania," panggilnya lirih saat melihat kami tak berada jauh darinya."Alhamdulillah Ibu sudah bangun, Ibu nggak apa-apa?" tanya Dania yang langsung mendekati Ibu, pun denganku.Ibu menghela napas. Netra itu perlahan berembun."Mas-mu sudah keterlaluan Ni," ucap Ibu lirih. Dania menggenggam erat telapak tangan ibu. Menguatkan."Sudah Bu, tak usah terlalu di pikirkan dulu, ibu tenang ya, Mbak Nisa aja kuat kok, ya kan, Mbak!" Dania menyenggol lenganku."Iya Bu, Nisa nggak apa-apa.""Maafkan Ibu Nduk, Ibu telah gagal mendidik Adrian." Ibu terisak. Aku bisa melihat kekecewaan mendalam dari sudut matanya."Buk, Seperti apapun sikap Mas Adrian, itu semua bukan salah Ibu, Ibu sudah hebat mendidik Dia, hanya mungkin godaannya terlalu kuat hingga ia terlena." "Iya Bu, Mbak Nisa benar, semua bukan
Baca selengkapnya

Bab 27. Apa Maksudnya?

Aku ingat, logo dan nama perumahan ini adalah perumahan dimana Vivi tinggal. Aku langsung membuka map itu, tertera di sana tanggal dan rincian angsuran serta beberapa berkas lainnya. Semuanya atas nama Mas Adrian.Ini sudah menjadi bukti jelas kalau rumah itu memang milik Mas Adrian.Hebat sekali kamu Mas, aku yang mendampingimu selama tiga tahun ini kau beri tempat tinggal rumah kontrakan, tapi dia? perempuan yang datang saat kau sudah mulai mampu membeli rumah walau dengan di cicil, kau tempatkan dia di rumah yang baru kau beli, status kepemilikan yang jelas.Aku menggeleng tak percaya. Tanpa sadar aku meremat erat map yang ada di tangan. Enak sekali dia, shit! Sial! umpatku. Aku merapikan semua ke dalam satu koper besar, biar nanti aku urus semuanya, aku pastikan Vivi akan angkat kaki dari rumah itu. Mau tinggal di mana juga terserah! Sedari dulu aku ikhlas menerima semuanya karena memang keadaannya begini, tapi jika sekarang kau telah mampu mencicil rumah, tapi rumah justru di t
Baca selengkapnya

Bab 28. Jangan Mimpi!

"Nia, kamu ini apa-apaan sih? Maksud kamu apa? Vivi akan tinggal di sini? Yang benar saja? Astaghfirullah." Aku menarik cepat lengannya masuk ke dapur dan langsung kutanyakan maksud ucapanya. "Tenang dulu Mbak, tenang! Mbak Nisa dengan semua yang sudah mereka lakukan? Terus nyerah gitu aja sampai di sini? Mereka akan merasa menang Mbak! Bahkan si Vivi itu akan tertawa melihat Mbak keluar dari rumah ini. Jangan lemah Mbak! Dengan Vivi tinggal di sini, kita akan lebih mudah membuat dia merasa tak nyaman, biar dia tau rasa telah berani masuk dalam rumah tangga Mbak Nisa dan Mas Iyan.""Udah Mbak tenang aja, nanti kita jalani aja semuanya sesuai rencanaku," imbuhnya lagi.Aku diam sejenak, ada benarnya juga ini anak, toh juga rumah itu adalah rumah milik Mas Adrian, dia enak hidup tenang, nyaman, tanpa ada yang mengusik di rumah itu. Dengan dia tinggal di sini Vivi akan merasakan neraka di sini.Perlahan aku tersenyum menyetujui usul Nia."Sudah paham? Mbak Nisa jangan khawatir disini Mb
Baca selengkapnya

Bab 29. Tinggal Serumah

"Alhamdulillah, sekarang Ibu sudah mau menerima Vivi kan, insya Allah hidup kita akan makin lengkap karena sebentar lagi cucu yang Ibu tunggu akan segera hadir di tengah-tengah kita, Bu." Mas Adrian merangkul pinggang Vivi, lekas aku menoleh membuang pandangan.Tak bisakah dia berempati sedikit ada aku di sini. "Ya sudah, ayo bawa masuk barang-barang kamu, Vi," sahut Ibu. Kemudian Mas Adrian pun membawa masuk dua tas besar milik Vivi ke dalam."Eh, eh tunggu Yan, mau di bawa masuk kemana itu tasnya?" tanya Ibu tiba-tiba membuatku menoleh ke belakang yang ternyata Mas Adrian sudah ada diambang pintu kamarku."Ya ke kamar lah Bu.""Iya, tapi kan itu kamarnya Nisa, mana bisa kalian bertiga tidur satu ranjang disitu, ya nggak muat lah! Biarkan Vivi tidur di depan Tivi sementara sampai ruang dapur di sekat buat kamar Vivi nanti."Aku tercengang. Hah, ruang dapur?Ada rasa senang sekaligus ingin tertawa mendengar ucapan ibu mertuaku.Ruangan dapur memang lumayan luas, jika di sekat bisa ja
Baca selengkapnya

Bab 30. Berubah

"Mas, kamu bisa pulang cepat nggak hari ini?" Suara Vivi sepertinya ia menelpon Mas Adrian untuk pulang lebih cepat hari ini."Ya, pokoknya aku nggak suka Mas masak kamar kita begitu sih!" sungut Vivi, masih dengan raut wajah di tekuk, dan aku ingin tertawa melihat ekspresinya itu."Ehm boleh nggak sih Mas kalau aku tuker kamar sama Mbak Nisa, biar Mbak Nisa aja lah yang di belakang itu!"Aku terkesiap mendengar ucapannya itu.Hah, yang benar saja, kalaupun dia minta tukar kamar, tentu aku menolak mentah-mentah."Ya! Jam lima seperti biasa ya, ya udah deh. Pokoknya nanti kamu bujuk Mbak Nisa tuh biar mau tuker kamar.""Iya, Wa'alaikumusalam."Aku yang sedang duduk membuka resep-resep kue di buku catatanku di kamarku, pintu tak sepenuhnya tertutup rapat, jadi aku bisa mendengar siapapun yang tengah berbincang di ruang tengah."Ehm Mbak Nisa, boleh aku masuk," ucap Vivi yang kepalanya sudah menyumbul di balik pintu."Hem, ada apa? Aku sibuk, besok aku sudah mulai mau buat kue."Vivi han
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
DMCA.com Protection Status