Home / Romansa / Dendam Membara Kekasih CEO / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Dendam Membara Kekasih CEO: Chapter 141 - Chapter 150

214 Chapters

Penyelamat

"Ya, aku datang kepadamu sekarang. Melihat kondisimu yang seperti ini, sepertinya kamu—" "Ibu!" teriaknya. Menghampiri wanita yang memakai pakain mahal itu. Icha memeluk April dengan erat. Bau tubuhnya yang tidak terbasuh air selama 40 hari kurang membuat April harus menahan nafas hidungnya. Meskipun begitu, tangan April yang bersih masih rela membalas pelukan Icha. Sesekali dia mengusap punggung wanita kesepian itu. Karena April tidak mau, jika yang dia peluk adalah mayat. "Aku tahu Ibu akan datang. Huhu, Ibu aku kesepian selama ini. Tapi aku senang karena di saat semua orang meninggalkanku, Ibu masih sanggup datang padaku." Matanya yang hitam, kembali sembab. Icha membuat pengakuan terdalam tentang seberapa kesepian dirinya selama ini. Tapi yang membuat hati April jatuh adalah bahwa fakta Icha tidak tahu orang yang dipeluknya adalah orang lain. "Ada apa dengannya? Rumahnya sangat berantakan, tapi siapa sangka hatinya melebihi kondisi rumahnya? Selain itu, Ibumu tidak akan pern
Read more

Hubungan Tidak Bermoral Itu Tidak Pernah Terjadi

Dulu, April pernah terjerat kasus yang cukup besar di Sekolah. Dia dituduh berhubungan tak bermoral bersama salah satu guru di Sekolah tersebut. Tentu saja, itu adalah fitnah. Informasi yang menggemparkan itu terjadi saat jam masuk Sekolah. April datang lebih siang karena jalanan yang macet. Semua orang sedang berkumpul di depan mading besar.Kecurigaan April mulai menguat, saat orang-orang mulai membisikan sesuatu setelah memandanginya. April berlari ke arah mading tersebut dan menemukan dirinya yang melepas pakaian setengah dada bersama guru muda disini. "Siapa yang menempel foto ini disini?" tanya April sembari berteriak. Semua orang dari penjuru arah tentu saja mendengar pertanyaan April yang bervolume tinggi itu. Tapi detik pertama, belum ada yang berani menjawabnya dan malah menghindar. Sampai ada anggota Osis di sekolah tersebut. Dia berkata, "April, jelaskan padaku. Apakah ini benar kamu?" tanya dia tegas. Walaupun petugas Osis itu bertanya dengan tegas, tapi dia penuh ke
Read more

Aksi Menghukum Dan Menyelamatkan Wanita

April terdiam dalam cerita masa lalunya. Angga mulai memiringkan kepalanya dan bertanya, “Lalu, apa yang kamu lakukan setelahnya?” tanya dia. “Setelah itu, kami hanya bertemu beberapa kali, sebelum beliau dikeluarkan dengan tidak hormat di Sekolah. Pembelaan kami berdua tidak berhasil. Kepala Sekolah, guru dan anak-anak lainnya malah mengira Pak Andre memaksaku. Hal itu diperkuat oleh ekspresiku yang tidak bahagia di foto yang ditempel di mading,” ungkapnya. Itu adalah masa lalu terburuk. Apakah masih mengajar atau tidak? Apakah sudah menikah atau belum? Apakah Pak Andre hidup dengan baik atau malah sebaliknya. Karena dia dikeluarkan secara tidak terhormat dari Sekolah favorite. Biasanya, sekolah lain tidak akan menerimanya karena Sekolah favorit lah yang membuangnya sampai terdengar ke sekolah mana-mana mengenai rumor guru olahraga muda dan tampan ini. “Setelah itu, Pak Andre menghilang tanpa kabar bersama Ibunya. Aku masih menyimpan surat permintaan maafku untuknya, tapi ikut ter
Read more

UGD

Dimulai dari kasus Mahira dan Icha yang selesai pada hukumannya. Mahira yang hidup abadi di jeruji besi, lalu Icha yang menjadi gila karena depresi. Mereka sama-sama hancur akan karirnya. Perjalanan masih sangat panjang. April mesti menyusun strategi ulang ketika ada hal yang keluar dari jalurnya. Detik ini, April meminta untuk cuti kerja dengan alasan sakit selama tiga hari. Hanya sakit kepala biasa, tapi Angga memaksanya untuk istirahat. Namun, yang dilakukan April tidaklah begitu. Dia mulai bekerja dengan misinya di ruang bawah tanah. "Mereka berdua sudah mendapat karmanya. Camilla juga masih kritis. Andai dia siuman, apakah Camilla akan mendapat omelan dari keluarganya termasuk Tomi? Hah, itu kemungkinan kecil. Mungkin dia akan mengomel ringan dan meminta untuk menjauhi kedua temannya. Artinya, kekacauan ini sama sekali tidak membuat Camilla rugi. Camilla malah untung karena kecelakaannya," gumam April sambil membaca banyak berita populer minggu ini. Drrt! "Halo, ada apa, Bi?
Read more

Bagaimana Cara Bertahan Hidup Sambil Menelan Kesepian?

“Kondisi Pak Angga sekarang adalah koma. Sebenarnya Pak Angga cukup beruntung datang kemari dengan cepat. Jika tidak—”“Tapi tetap saja itu bukan kabar yang baik, kan? Jika dia koma, kapan Anda dapat memastikan dia bangun?” kata April. Menarik kerah dokter yang tak berdaya. Dokter yang menangani Angga itu keluar dengan memberi kabar seperti itu. Walaupun keluarga pasien pasti akan memberikan respon sebaliknya. Ya, dia sudah siap dengan marah, tanda tanya, dan banyak pertanyaan mengapa kepadanya yang juga manusia. “Maaf, dimana keluarga Pak Angga?” tanya Dokter tersebut, tanpa menjawab pertanyaan April. Tentu saja kabar yang didapatkan dari Dokter itu membuat dunia April seakan-akan runtuh. Dia tidak pesimis, tapi untuk hal ini, dia sangat takut. Pikirannya tentang kepada kegelapan. Tentang pertanyaan bagaimana dia hidup tanpa Angga, tentang bagaimana dia menghadapi semuanya. Walaupun Angga bisa bangun suatu saat, tapi kemungkinan itu sangat sedikit. “Saya keluarganya.” Semua kep
Read more

Selamat Datang Di Keluarga Baru

Tiga bulan sudah berlalu. Angga masih belum sadarkan diri. Setiap hari doa melayang terbang di langit-langit yang sering menunjukan cerah dan gelapnya. Tidak ada kata putus asa untuk orang yang dekat dengan Angga. Walau satu perbedaan yang sangat kentara antara April dan yang lainnya adalah seberapa banyak isak tangis yang keluar sampai membuat mata dan kepala sakit. “April, kamu selalu datang setiap hari. Terima kasih, ya. Tapi, ada yang ingin saya katakan secara pribadi. Kamu bisa meluangkan waktu sebentar, kan? ” kata Ibu Angga—Haira Endaru. Perasaan April menjadi tak menentu. Dia tidak pernah diminta berbicara di tempat lain selain ruangan ini. Selain itu, tatapan penuh kelelahan itu memiliki dua rati. Apakah dia lelah dengan begadangnya, atau merasa risih April datang setiap hari? pikirnya. “Baik, Bu.” Melipir sedikit dari Rumah Sakit tempat Angga dirawat, April dan Haira pergi ke sebuah cafe yang banyak pengunjung. Mereka duduk di pojok jendela. Kesannya lebih tertutup bahk
Read more

Ibu Pikir Anaknya Tidak Suka Wanita

"Sayangku. Apakah kamu tidak akan bangun? Tidak. Aku percaya jika kamu bisa bangun secepatnya. Setelah kamu bangun, mari lakukan hal yang ingin kamu sukai." Mawar dalam perjalanan untuk merayu Angga lebih dalam. Rela melakukan banyak hal untuk pria idamannya yang tertidur seperti Pangeran. Sedangkan April dari tadi hanya bisa bersembunyi di bilik kecil. Melihat bagaimana wanita yang memuja pria yang mencintai dirinya. Rasa tidak pantas tiba-tiba membakar hati April. "Sepertinya aku harus membiarkan mereka berduaan. Rasanya aku seperti orang aneh yang sengaja menguping. Ya, tidak apa-apa. Hatiku benar-benar tidak apa-apa," gumamnya. April hanya bisa membuat perjanjian ringan yang berat untuk dirinya sendiri. Dia ingin sekali cemburu, tapi dia sadar bahwa dia bukan siapa-siapa. April memukul pikiran dan hatinya berkali-kali agar tak menginginkan hal lebih dari Angga. Walaupun mereka sudah pernah melakukan hal yang dilarang norma satu kali, April berusaha untuk melupakannya dan tida
Read more

Akhrirnya Angga Sembuh!

Kabar baik karena Angga sudah siuman sejak satu hari yang lalu. Semua keluarga menyaksikan bersama. Termasuk April. Walau April hanya dapat melihat di belakang, karena keluarga Mawar ingin lebih dekat muncul di mata Angga. Namun betapa besar rasa cinta sang pria, mata Angga yang telah lama menutup itu dapat menemukan wajah wanita yang dicintai di antara kerumunan manusia yang berbondong-nondong mendekatinya. Angga membalas senyum bibir indah wanita itu. “Namun sekarang terlalu sulit untukku datang ke Rumah Sakit yang baru. Karena pekerjaannya yang sangat banyak. terlebih, Ibu Angga yang menginginkannya,” batin April sambil menekan beberapa tombol dari keyboard komputernya. Itu karena Angga belum bisa dinyatakan sembuh. koma yang kedua kalinya, dan terpaksa harus dibawa ke rumah sakit yang lebih memadai akan kasus yang langka ini. Jadi Angga terbang ke luar Negeri untuk perawatannya. TAK! “Jangan melamun begitu, dong. Terlalu banyak, ya. Pekerjaannya? Mau makan siang dulu? Kamu ta
Read more

Memikirkan Wanita Lain Di Depan Tunangan

"April, dia kemana, ya?" kata Angga yang setiap hari memikirkannya. Sejak Angga siuman, setiap hari Angga hanya bertemu dengan keluarga, kerabat dekat, dan tunangannya—Mawar. Angga senang bisa kembali sehat. Dia setiap hari juga juga melakukan terapi dengan rutin pada tubuhnya yang kaku untuk berjalan. Dia juga diberi kebebasan untuk memegang ponselnya. Namun hasil yang dia dapatkan ketika setiap hari menghubungi April, adalah nol. Tidak ada jawaban atas telponnya, tidak ada balasan atas pesan tulusnya. Angga juga memerintahkan Sekretarisnya namun dia juga selalu membuat alasan tidak logika. Seolah-olah ada yang mengawasi Angga saat ini. "Sayang, kamu kenapa melamun, sih? Kamu memikirkan pekerjaan, ya? Padahal tidak perlu dipikirkan seperti ini. Zayn sudah melalukannya sangat baik. Jadi kamu tidak perlu khawatir—""Mawar," panggilnya serius. "Eng!" Sedangkan mawar membalasnya seperti anak kucing yang manis. Hanya Mawar yang menganggap tingkahnya sangat imut. "Apakah April tidak
Read more

Angga Tidak Ingin Menganggapnya Adik, Melainkan Wanita Yang Akan Dinikahi

Kesembuhan adalah puncak kesuksesan. Karena kesehatan adalah hal yang berharga melebihi kekayaan. Angga, pria hebat pujaan semua wanita itu berhasil keluar dari tempat yang mengurungnya karena penyakit mematikan. “Senangnya bisa pulang, Bu,” kata Angga kepada sang Ibu. melempar senyum rasa syukur bahwa dia masih hidup sampai detik ini. Wanita yang sedikit menangis saat anaknya menutup mata dengan sakit yang parah, kini bisa berderai layaknya air terjun yang di pegunungan. Air mata itu, jatuh sejatuh-jatuhnya. “Ibu, kenapa menangis? Aku sudah sembuh, Bu. Jangan mengkhawatirkan hal lain. Karena sekarang kita bisa berkumpul bersama seperti ini,” ungkap anak itu. Ya, walaupun usianya sudah menginjak angka 3, tapi Angga masih tetap anak-anak bagi Haira. “Ibu selalu ingin bertanya, Nak. Alasan kenapa kamu menyembunyikan penyakit ini pada kami? Apa kamu tidak percaya pada kami? Dan kalau wanita itu yang mengetahuinya? Ibu sangat khawatir padamu, Nak,” lirihnya pilu. Angga menghela nafas
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
22
DMCA.com Protection Status