Ashana sama sekali tak bergerak dari tempatnya, ia masih menangis di antara selimut itu. Setelah menangis lama, ia baru sadar semua badannya terasa sakit, kepalanya menjadi pusing, belum lagi tenggorokannya yang terasa kering seakan mencukupi semua penderitaan nya di pagi ini.Seakan dunia mengejek, sinar matahari justru bersinar terang menyapa di balik gorden. Hembusan tipis angin masuk dengan izin dari sela gorden. Ashana merapatkan lagi selimutnya, ia tak sanggup untuk sekedar beranjak walaupun ia sangat haus saat ini.Tok tok tokDan saat itu pintu kamar terbuka setelah ketukan singkat itu, merasa heran tak mungkin jika itu Caraka. Ashana menoleh pelan untuk melihat pelaku. Dina, art baru itu masuk dengan wajah bahagia yang terpampang jelas, kedua tangannya membawa nampan penuh berisi sarapan.Melihat Ashana yang terbalut selimut itu, semakin melebarkan senyum Dina. Itu artinya rencananya semalam berhasil, tapi wajahnya berubah masam ketika melihat Ashana tak bergerak sama sekali,
Baca selengkapnya