All Chapters of Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA: Chapter 41 - Chapter 50

60 Chapters

Bab41

Bab41"Kamu senang berada di sini?" tanya bi Aya kepada Nara, yang sedang tersenyum memandangi taman mini di depan rumah yang Angkasa beli."Senang, tidak lagi terkurung di apartemen. Di sini, saya bisa menghirup udara segar, Bi." Nara menjawab dengan senyuman manisnya."Iya, bener juga. Sukurlah kalau senang, Bibi yakin, bayi yang ada di dalam kandungan pun ikut merasakan bahagia."Nara mengelus perutnya yang semakin besar."Harus bahagia, dong. Karena Mamah, selalu berusaha bahagia," gumam Nara. Bi Aya hanya tersenyum menanggapi.__>__"Jadi Nara baru menikah, dengan pengusaha muda yang kaya itu? Angkasa Tantaka, dia itu lebih kaya dari keluarga Abimanyu, Yah." Mama Lida cukup terkejut, karena baru mengetahui tentang pernikahan Nara dan Angkasa.Angkasa sengaja hanya memanggil Baskoro, Ayah Nara. Lelaki itu tidak ingin Mama Lida dan Mouren, merusak pernikahan nya dan Nara, maka sebab itulah, Mouren dan mama Lida, tidak tahu apa- apa."Harusnya Mouren yang menikahi lelaki hebat it
Read more

Bab42 Melahirkan

Bab42Seminggu sudah ditempat baru ini, suasananya benar- benar nyaman. Perlakuan Angkasa pun semakin baik padaku.Ya, mungkin ini karena, anak yang aku kandung. Jika tidak, mana mungkin dia mau padaku, wanita tidak berpendidikan dan terbuang ini.Mendekati hari H melahirkan, aku semakin sibuk berolahraga, dan mengunsumsi buah- buahan, juga selera makanku semakin meningkat."Bi, aku gemuk sekali ya," ujarku, ketika bi Aya, tengah sibuk menghidangkan makan malam.Bi Aya tersenyum, dan aku pun duduk di kursi makan, sambil memandangi makanan yang tersaji di atas meja."Bagaimana nggak gendut, kamu makannya banyak." Suara dari belakangku terdengar, dan aku mengenali jelas suara itu.Angkasa, ya sepertinya lelaki itu telah keluar dari ruang kerjanya."Yang penting sehat atuh, Non." Bi Aya menimpali, dan Angkasa malah terkekeh, mengesalkan sekali."Wajar makannya banyak, kan yang makan dua orang." Bi Aya lanjut bicara sambil tersenyum, aku hanya diam.Kemudian wanita paru baya itu, kembali
Read more

43

Bab43Dengan rasa terpaksa, aku memberikan bayi mungil yang tidak berdosa itu asi. Meskipun asinya tidak begitu banyak keluar.Kutatap wajah mungil yang tampan itu, dia nampak begitu bersemangat, melahap makanannya. Ada perasaan yang bergetar di dalam dada, juga perasaan nyeri menatap wajah mungil yang masih menutup matanya, namun bibirnya begitu kuat bergerak menyesap asi."Betapa mungilnya dan imutnya kamu, Nak. Entah kenapa, perasaan ini mendadak berat melepaskanmu," batinku. Mataku mulai berkaca- kaca."Baskara Tantaka ..., kuberi dia nama itu," gumam Angkasa, sambil mengusap kepala si kecil yang tertutup kain bedongan.Aku diam, tidak menanggapinya, tapi aku mendengar dengan jelas ungkapannya."Bayi tampan ini begitu mungil, dia juga begitu bersemangat mengisap asi, rasanya luar biasa, bisa menyaksikan dia lahir kedunia ini," ungkap lelaki itu, dengan senyuman kebahagiaan, yang tercetak jelas di wajahnya.Aku memandangnya sesaat, kemudian kembali kututup mataku ini, membayangkan
Read more

Terkejut

Bab44Bi Aya dan Nara menoleh ke depan pintu kamar, nampak Angkasa berdiri tegak, dengan tatapan dingin.Merasakan hawa yang kurang nyaman, juga tidak ingin terlibat, bi Aya pun undur diri dari hadapan mereka."Saya permisi ke belakang," lirih bi Aya sambil menunduk, dan membawa langkahnya."Ya." Angkasa menyahutnya, tapi tatapan lelaki itu masih terfokus pada Nara, yang memangku si bayi mungil mereka."Kenapa kau menganggapku seperti itu? Apakah aku terlihat seperti sedang mengasihani kamu, apakah aku nampak seperti sedang bermain- main?" tanya Angkasa pada Nara.Lelaki itu berjalan masuk ke dalam kamar, kemudian menutu pintu.Nara masih menunduk, tanpa memberikan tanggapan apapun."Seharusnya kamu tidak berucap seperti itu, seakan- akan aku suami yang buruk. Kita memang gagal saling memahami, setidaknya kamu jangan menilaiku seperti itu," lanjut Angkasa, dan lelaki itu duduk di bibir ranjang, berhadapan dengan Nara."Kalau tidak kasihan, tidak karena tanggung jawab, lalu apa?" tanya
Read more

Keluarga Bahagia

Bab45"Kamu nguping?" tanya nyonya Rengganis pada Nara.Nara menggeleng."Maaf," ucap Nara, kemudian dia berjongkok untuk membersihkan pecahan kaca, piring yang berisi makanan yang semula ingin dia bawa ke kamarnya."Biar saya bantu," ucap bi Aya, yang cukup terkejut ketika melihat Nara menjatuhkan piring nasi bawaannya.Angkasa hanya terdiam, melihat Nara yang nampak kecewa menatapnya tadi."Beginilah kalau kamu menikahi wanita yang besar tanpa didikan orang tua yang lengkap, ceroboh dan tidak ada yang bisa di banggakan dari dia, yang ada hanyalah menyisakan rasa malu," cibir nyonya Rengganis."Bu," tegur Angkasa, dengan raut wajah tidak suka. Nara meneteskan air mata, mendengar sindiran nyonya Rengganis.Tapi dia hanya bisa terdiam, sambil memunguti pecahan kaca.Bi Aya memusut belakang Nara, mencoba menenangkan wanita itu, wanita yang kini tubuhnya bergetar menahan marahnya, bahkan suara isak tangisnya pun dia redam kuat- kuat."Jadi bagaimana Angkasa, Ibu masih ingat omongan kamu
Read more

Bab46

Bab46Wanita itu menatap Angkasa dengan mata berkaca- kaca, kemudian dia masuk dan berlari ke arah Angkasa duduk.Seketika itu juga, wanita itu menghambur memeluk Angkasa. Angkasa cukup terkejut dan refleks mendorong wanita itu, hingga dia terjungkal dan terduduk di lantai."Angkasa," lirih wanita itu, menatap Angkasa dengan tidak percaya."Kenapa jadi sekasar ini," lanjutnya dengan suara serak."Maaf," jawab Angkasa."Tolong jaga sikap, jangan menyentuhku seperti tadi, aku adalah suami dari wanita lain."Monalisa, mantan kekasih Angkasa itu cukup terkejut, mendengar ucapan Angkasa."Aku tidak perduli, aku tahu kamu hanya mencintai aku, bukan wanita itu kan?""Cinta? Bulshit! Jangan bicara tentang cinta, untuk apa? Kamu dan aku sudah berakhir, kita hanya serangkaian masa lalu, pasangan yang telah gagal dalam kesetian, juga dalam membangun hubungan," ucap Angkasa dengan tegas."Apapun perasaan yang sedang aku bangun bersama dengan istriku saat ini, selagi kami tetap bersama, itu bukan
Read more

Bab47

Bab47"Kamu menyembunyikan sesuatu dariku, Nara?" tanya Angkasa, pada wanita yang coba dia cintai.Nara masih terdiam tanpa suara, dia hanya menunduk, tanpa berani menatap Angkasa."Kupikir kamu sudah mau membangun rumah tangga bersamaku, nyatanya ...." Usai berkata, Angkasa bangkit dari duduknya dan meninggalkan Nara yang tidak bereaksi apapun.Melihat Nara hanya terdiam, membuat Angkasa merasa pupus harapan."Rupanya dia masih menyimpan rasa pada lelaki itu," gumam Angkasa, sambil duduk di taman mini, yang ada di depan kamarnya. Disaat Angkasa merenung, tiba- tiba pesan singkat dari orang tidak ada dikontak masuk ke ponselnya.Angkasa mengernyit, ketika membuka pesan itu."Ini istrimu?" Begitulah tulisan chat singkatnya, disertai beberapa gambar, yang memperlihatkan tangan Nara digenggam erat oleh Abimanyu.Mereka nampak terlihat manis di foto itu, bahkan pemandangan dari foto itu, nampak memperlihatkan mereka sedang berada di dalam sebuah kamar Hotel.Angkasa menggenggam erat pons
Read more

dia yang pergi

Bab48Angkasa menatap datar wanita yang kini berada di dalam kolam renang itu.Meskipun hari sudah malam, Angkasa tidak segan- segan melakukan hal gila pada Nara. Rasa sakit hati menutup mata lelaki itu dengan sempurna, sehingga tidak tersisa sedikitpun rasa kasihannya pada Nara, wanita yang dia anggap sebagai pengkhianat.Nara menangis di dalam kolam, dan Angkasa hanya terdiam memandanginya."Kenapa kamu begitu kejam padaku," lirih Nara."Kau pikir perbuatanmu tidak kejam?" bentak Angkasa. Lelaki itu melepaskan semua pakaiannya, dan hanya menyisakan celana pendek di tubuhnya, kemudian ikut masuk ke dalam kolam.Nara memundurkan diri, memberi jarak antara dia dan Angkasa.Namun Angkasa dengan cepat menarik tangannya, kemudian menautkan bibir mereka. Begitu kejamnya ciuman lelaki itu, hingga membuat bibir Nara bengkak, bahkan mengeluarkan darah."Ya Allah, sakit," lirih Nara, ketika ciuman itu Angkasa lepas."Itu hukuman, untuk orang yang seenaknya berbicara. Kau seharusnya sadar, aku
Read more

49

Bab49"Misi berhasil," bisik nyonya Rengganis pada Monalisa, ketika mereka menuruni anak tangga."Hihihi, akhirnya semua yang kita usahakan berhasil. Semoga setelah ini, Angkasa mau bersama aku lagi, Tan." Monalisa begitu bahagia. Karena rencana mereka berjalan dengan lancar dan sesuai harapan.Bi Aya mendengar sekilas ucapan mereka, namun dia berpura- pura sibuk dengan pekerjaannya, ketika nyonya Rengganis menatap ke arahnya."Kamu!! Dimana Nara?" tanya nyonya Rengganis pada bi Aya, wanita bertubuh tambun itu sengaja bertanya, seakan tidak tahu apa- apa, padahal dia lah dalang dibalik semua yang terjadi."Saya juga kurang tau, Ibu bos," jawab bi Aya dengan wajah tertunduk, tanpa berani bersitatap dengan mata nyalang wanita kaya itu."Tidak tahu bagaimana? Aneh sekali, kamu pembantu rumah ini, tapi tidak tahu kemana perginya wanita sialan itu?" "Saya baru datang hari ini, sebelumnya sudah tidak bekerja di rumah ini lagi, Bu.""Ah, nggak masuk akal," ujar nyonya Rengganis, berlalu per
Read more

bab50

Bab50"Oma tidak pernah setuju, dengan hubungan Mona dan Angkasa, Bu," jelas Mona dengan wajah yang nampak dibuat sedih.Nyonya Rengganis mengernyit."Apa alasannya?" tanya nyonya Rengganis.Monalisa menggeleng lemah."Tidak tau, Bu." Mona menunduk."Kamu tenang saja, nanti Ibu yang akan urus hal itu. Yang penting, sekarang wanita miskin itu pergi." Nyonya Rengganis tersenyum penuh kemenangan."Mona gantungkan harapan besar pada Ibu," ujar Mona. Keduanya pun tersenyum sambil menikmati hidangan yang sudah tersaji.*********"Angkasa, dimana Nara?" tanya nenek Asia, ketika memasuki rumah utama kediaman keluarga Tantaka.Angkasa, tuan Tantaka, dan nyonya Rengganis terdiam."Angkasa, ada apa? Apakah terjadi sesuatu?" tanya nenek Asia dengan curiga, sambil memindai sekeliling rumah.Perasaan wanita tua itu sudah tidak nyaman, bertahun- tahun dia merindukan Nara, tapi nomor ponsel wanita itu tidak pernah bisa dia hubungi. Demi kesembuhannya, dia harus menahan diri dan fokus pada kesehatanny
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status