Home / Romansa / Mengandung Pewaris Tuan CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mengandung Pewaris Tuan CEO: Chapter 11 - Chapter 20

163 Chapters

11. Melarikan Diri

**Hari masih sangat pagi dan matahari belum lagi terbit saat Inara membangunkan Aylin. Dengan wajah yang cemas, perempuan itu mengemasi barang-barang penting yang ia perlukan.“Mau ke mana?” tanya sang putri kecil dengan kerutan halus di dahi.“Pergi sebentar, Nak.” Inara tersenyum, mengusap rambut gadis cilik itu. Berusaha tetap tenang meski dalam hati rasanya ingin segera pergi meninggalkan tempat yang ia rasa tak lagi aman. “Aylin mandi sendiri, ya. Mama akan siapkan baju-baju kamu.”“Kita mau pergi ke mana, Mama?”Entahlah, batin Inara gusar. Semuanya begitu mendadak sehingga ia tak punya banyak waktu untuk memutuskan akan pergi ke mana. Asal segera menyingkir dari tempat ini dulu saja, nanti sisanya akan ia pikirkan belakangan.“Nanti Mama kasih tahu kalau sudah di jalan, ya. Cepat ke kamar mandi, nanti kita ketinggalan kereta.”Aylin anak yang penurut. Meski ia punya banyak pertanyaan, ia memilih melaksanakan dulu apa yang dikatakan ibunya ; pergi ke kamar mandi dan membersihka
Read more

12. Kutangkap Kau!

**“Apa maksudmu akan membawakan seorang pewaris?” Jessica Freya bertanya dengan nada penuh tuntutan setelah Riani Sanjaya meninggalkannya berdua saja dengan Gavin di dalam ruangan pribadinya.Lelaki itu melirik sekilas dari balik layar laptop. Hanya sekilas, sebelum Gavin mengembalikan atensi kepada layar datar di depan wajahnya.“Apa kata-kataku kurang jelas? Aku akan membawa pulang pewarisku, jadi kita tidak perlu menikah.”“Kamu nggak punya, Vin. Jangan mengada-ada. Aku adalah satu-satunya yang dipilih keluargamu untuk melahirkan pewaris itu.”“Tapi aku sendiri tidak pernah memilihmu, Jessica. Sorry.”Kerutan halus menghiasi kening Jessica. Perempuan high class itu berdecak dengan kedua hasta terlipat di dada. Setengahnya tak habis pikir, kurang apalagi dirinya sehingga Gavin sama sekali tidak tertarik? Sudah lima tahun ia berjuang untuk merebut hati lelaki tampan itu, namun sedikitpun Gavin tak pernah memberikan kesempatan untuknya mendekat. Sebatu itu hati Gavin.“Nggak mungki
Read more

13. Kecelakaan

**Kedua bola mata Inara sontak melebar setelah mendengar itu. Ia yang awalnya sangat ketakutan dengan keberadaan Gavin di sana, mendadak kehilangan rasa dan justru berganti menjadi emosi."Siapa yang bilang dia putri anda, Tuan Direktur yang terhormat?" ujarnya dengan suara dingin yang sarat kebencian. "Saya sama sekali belum lupa dengan apa yang anda lakukan kepada saya, lima tahun yang lalu.""Jadi benar, kan? Perempuan yang menuntut pertanggung jawaban dariku lima tahun yang lalu adalah dirimu?"Rahang Inara mengeras. Emosi kian menggelegak di dalam dadanya kala menangkap senyum penuh kemenangan dalam wajah rupawan lelaki di hadapannya."Dia putriku.""Sama sekali bukan! Anda bahkan tidak ingat pernah menanamkan benih ke dalam rahim saya!""Kita buktikan dengan tes DNA. Jika gadis kecil itu memang bukan putriku, maka aku tidak akan pernah mengusikmu lagi. Akan aku berikan kompensasi atas segala kerugian yang kau derita."Kedua jemari Inara mengepal dengan kuat. Rasa tidak terima i
Read more

14. Tawaran Bantuan

**“Mama, sakit ….”Inara sungguh tidak mampu menahan isak tangis. Ia menggenggam erat tangan sang putri yang berlumuran darah. Air matanya berjatuhan menetesi tubuh gadis kecilnya yang terkulai lemah.“Sabar sebentar, Sayang. Sebentar lagi kita sampai.”Mobil itu berbelok ke pelataran rumah sakit pertama yang berhasil ditemukan. Berhenti di depan gate UGD, yang mana Inara segera membopong tubuh putrinya ke dalam ruangan. Beberapa perawat yang sudah terlatih, menyambut dengan cekatan dan segera memberikan pertolongan pada gadis cilik itu.“Tolong putri saya. Dia kecelakaan, jatuh terbentur ….”“Ibu tenang dulu, tenang. Kami akan menangani segera. Permisi dulu sebentar.” Seorang perawat perempuan melepaskan tautan jemari Inara dengan Aylin.“Mama ….”Isak tangis perempuan itu tak lagi terbendung saat pegangan tangannya dengan sang putri terlepas. Ia mundur, menyaksikan tubuh mungil tak berdaya itu berusaha bertahan hidup.“Ya Tuhan, putriku ….”“Maaf, kami hanya bisa mengantar sampai d
Read more

15. Terpaksa

**Inara berdiri berhadapan dengan sang CEO, menggigit bibir dengan seluruh tubuh gemetar, dari ujung kepala sampai kaki. Air mata masih berjatuhan dari kedua netranya yang sudah sangat bengkak.Berantakan, pucat pasi, dan tersedu sedan dengan kedua mata nyaris tidak bisa terbuka. Sesungguhnya Gavin merasa kasihan, tapi ia masih ingin melihat sejauh apa perempuan ini bertahan dengan ego dan keras kepalanya?“Kenapa anda seperti ini?” tuntut Inara kemudian. Ia mengangkat wajah, memandang Gavin dengan penuh kebencian. “Apa yang anda inginkan dari kami? Kami tidak punya apa-apa lagi. Anda sudah memiliki segalanya, Tuan Direktur. Jika anda menginginkan seorang putri, maka anda bisa menikah dan mendapatkannya dari perempuan lain. Jangan saya, dan jangan putri saya!”“Sudah kukatakan, aku hanya perlu membuktikannya. Jika ternyata dia bukan putriku, aku sudah berjanji untuk tidak mengusikmu lagi.”Tepat pada saat itu, seorang perawat perempuan masuk. Mengalihkan perhatian dua yang lain di da
Read more

16. Pulang?

**Selama berhari-hari berikutnya, Aylin dihujani dengan berbagai hadiah mahal dan pelayanan bak putri raja oleh Gavin Devano Sanjaya. Tak lain adalah karena hasil tes DNA yang sudah keluar dan membuktikan bahwa gadis kecil itu benar-benar putri sang Direktur.Nah, Inara sama sekali tidak terkejut. Apa memangnya yang ia harapkan? Ia benar-benar masih perawan sampai ketika Gavin menjamahnya. Dan sesudahnya, ia juga tidak pernah mengenal lelaki manapun. Bahkan tanpa tes pun sebenarnya semua orang juga percaya jikalau Gavin mengakui Aylin begitu saja. Paras keduanya benar-benar mirip satu sama lain.“Nona, anda tidak perlu melakukan itu. Biarkan saja,” tegur salah seorang maid atau pelayan –yang Gavin bawa ke rumah sakit khusus untuk membantu merawat Aylin– saat melihat Inara melipat baju-baju ganti sang putri.“Ah, nggak apa-apa,” kilah Inara sembari tersenyum canggung. “Saya bosan nggak melakukan apa-apa. Lagi pula kan Aylin hari ini mungkin sudah boleh keluar, jadi saya bereskan baran
Read more

17. Tuduhan Tak Berdasar

**“Saya bukan pencuri, Nona ….”“Jadi, siapa kau? Nggak mungkin Gavin memiliki kenalan perempuan lusuh sepertimu. Lihat saja, kau seperti asisten rumah tangga begitu.”Inara menunduk dalam-dalam. Ia sadar betul, jika dibandingkan dengan perempuan di hadapannya yang seperti artis ibu kota itu, penampilannya memang terlihat sangat kontras.“Nah, nggak bisa jawab kan, kau? Memang dasar pencuri! Pergi dari sana sekarang juga, atau aku beneran telepon polisi! Pergi!”Jessica meraih baju Inara dan menyeretnya paksa ke arah pintu. Membuat perempuan itu berseru panik, sebab sang putri berbuat hal yang sama.“Lepasin mamaku, orang jahat! Lepasin mamaku!” Aylin menarik Inara dari arah yang berlawanan.“Diam, kamu! Bocah ingusan!”“Orang jahat!”“Jessica, apa-apaan ini? Lepaskan dia, Jessica!”Cengkeraman kuat Jessica mendadak lepas saat vokal baritone itu keras berseru dari ambang pintu. Gadis itu menoleh, dengan wajah agak shock, ia mencoba klarifikasi.“Orang ini sedang ada di dapur apart ka
Read more

18. Jessica

**“Siapa perempuan itu? Sialan!”Jessica Freya memukuli setir mobilnya bertubi-tubi, melampiaskan rasa kesal yang sudah meluap sejak ia meninggalkan apartemen Gavin. “Baru kali ini Gavin bawa pulang perempuan, tapi kenapa bentukannya kayak gembel begitu? Sudah begitu, aku pula yang disalahkan! Apa maunya itu orang sebenarnya?”Puas mengomel dan marah-marah kepada setir mobilnya, perempuan cantik itu lantas meraih ponsel yang tergeletak di atas dashboard. Mendial sebaris nomor kemudian.Butuh beberapa kali dengung nada sambung sampai panggilannya diterima.“Aldo!” seru Jessica, bahkan tanpa salam pembukaan atau sesuatu. “Siapa perempuan yang ada di apart Gavin?”“Hah?”“Hah-hah, aku tanya siapa perempuan yang ada di apart Gavin, jangan seperti orang bodoh begitu, kamu!”“Kenapa kamu tanya aku, bukan Gavin sendiri? Kamu pikir aku ibunya?” jawab lelaki bernama Aldo di seberang sana, tak kalah sarkas. Sendirinya juga kaget tiba-tiba dituntut seperti itu tanpa aba-aba apapun.“Biasanya k
Read more

19. Pengakuan Gavin

**SUV hitam milik Gavin berhenti di pelataran luas kediaman kedua orangtuanya ketika malam belum cukup larut. Mungkin sekitar pukul delapan atau sembilan malam. Namun, bagaimanapun Gavin memacu kendaraan dengan cepat, sepertinya ia harus kecewa ketika melihat mobil Jessica sudah ada di sana. Ia terlambat, ya.Lelaki itu disambut oleh raut keruh sang Mami bahkan pada langkahnya yang pertama menapaki lantai rumah.Nah, mendapati ekspresi seperti itu dari Riani Sanjaya, perasaan Gavin semakin tidak enak.“Selamat malam, Mam,” sapa sang putra tunggal Sanjaya. Ia mencoba tersenyum, namun yang keluar justru seringai sarkas. “Mami baik sekali menyambutku seperti ini di pintu masuk. Biasanya nggak pernah.”Riani berdecih. Ia memutar tumit dan melangkah kembali ke dalam ruangan, diikuti Gavin di belakangnya.“Melihat gelagat Mami, sepertinya sudah ada yang melapor macam-macam,” komentar Gavin lagi.Riani menoleh sekilas. “Ke ruang tengah, Vin. Jessica dan Papi sudah menunggu di sana.”“Aku ha
Read more

20. Tidak Sengaja

**Inara tidak tahu, menunggu itu ternyata bisa semenjenuhkan ini. Ia juga tidak tahu, malam ternyata bisa terasa sepanjang ini. Sepanjang malam perempuan itu lewati dengan gelisah. Sebentar-sebentar ia terbangun dari tidurnya dan berharap hari sudah terang, namun ternyata waktu hanya bertambah sepuluh menit dan sepuluh menit lagi. Lambat sekali, entah mengapa.Penyebab Inara menunggu hari cepat berganti, tak lain dan tak bukan adalah karena sosok yang beberapa waktu belakangan ini telah menyertai hidupnya.Inara mengkhawatirkan Gavin, ya. Sekali lagi, ia tidak –belum– terlalu mengenal bagaimana kehidupan seorang Gavin Devano Sanjaya, jadi ketika lelaki itu berjanji akan pulang esok pagi, Inara benar-benar berharap pagi yang Gavin janjikan segera datang.“Tunggu, kenapa aku nungguin dia?” Seperti baru tersadar, ia merasa amat heran dengan kelakuannya sendiri. “Bukankah sama sekali nggak menjadi urusanku apa yang dia lakukan di luar sana? Dia meninggalkan aku dan Aylin di dalam rumah m
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status