All Chapters of Mommy untuk Daddy: Chapter 121 - Chapter 130
145 Chapters
Bab 121
"Bagaimana kondisi Arisha, Dok? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Dareen begitu Dokter Aldo selesai membaca hasil pemeriksaan darah Arisha. "Nona Arisha cuma syok. Beruntung pelaku menggunakan obat bius dosis rendah." "Tapi, kenapa dia masih belum sadar?" Dareen tak mampu menyembunyikan kecemasannya melihat mata Arisha masih tertutup rapat. "Selain karena syok dan sisa-sisa pengaruh obat bius, sepertinya dia juga mengalami kelelahan mental. Apakah dia sedang memiliki banyak masalah akhir-akhir ini?" Dokter Aldo juga memandang prihatin pada Arisha. "Mungkin Anda perlu melakukan pengamanan ekstra untuk melindunginya." "Aku sudah mengirim lelaki bajingan itu ke penjara," sahut Dareen geram. "Tapi, terima kasih atas saran Anda, Dok. Akan aku pertimbangkan." "Baiklah. Setelah ini, Nona Arisha boleh dipindah ke ruang perawatan." "Terima kasih, Dok!" Dareen merasa lega mengetahui tak ada yang perlu dikhawatirkan dari kondisi Arisha. Jiwa gadis itu mungkin benar-benar terguncang karena
Read more
Bab 122
"Jangan salah paham! Aku tidak bermaksud untuk mempermainkanmu, tapi … hanya itu satu-satunya cara yang terlintas di kepalaku untuk dapat melindungimu dari mantan calon suamimu dan lelaki yang sejenisnya."Tatapan garang Arisha melunak. Kalau dipikir-pikir, masuk akal juga solusi yang ditawarkan Dareen."Apa kamu menawarkan ini juga untuk menyelamatkan diri dari wanita itu?"Sesaat Dareen terkejut, tapi akhirnya dia paham siapa yang dimaksud Arisha dengan wanita itu.Awalnya dia tidak berpikir ke arah sana. Pertanyaan Arisha membuka matanya. Benar juga. Dengan menjalani pernikahan kontrak bersama Arisha, dia bukan hanya melindungi Arisha, tapi juga menolong diri sendiri dari rongrongan Davina."Saling menguntungkan, bukan? Ini win-win solution. Bagaimana? Kamu bersedia?"Setelah berpikir sejenak, Arisha akhirnya setuju. "Baiklah, tapi ingat … kamu harus menepati setiap poin dalam kontrak ini. Terutama yang menyatakan bahwa tidak ada kontak fisik tanpa persetujuan kedua belah pihak.""
Read more
Bab 123
"Yeay! Benaran Daddy sama Mommy mau jadi pengantin?" Sorot mata Silla berbinar cerah, menatap Dareen dan Arisha bergantian. Gadis itu masuk ke kamar Arisha diam-diam dan dikagetkan dengan perkataan Dareen. Dareen dan Arisha saling lempar pandang. Arisha jadi salah tingkah. Pipinya merona merah. Bak seorang gadis remaja yang tertangkap basah sedang berpacaran oleh orang tuanya, Arisha tak berani membalas tatapan lekat Silla. "Daddy …." Silla mengguncang lengan Dareen. Dareen terperanjat. "Eh, ya. Kenapa, Sayang?" "Ih, Daddy! Silla nanya, benaran Mommy Arisha bakal jadi mommy Silla?" Dareen turun dari kursi dan berjongkok di hadapan Silla. "Silla kenapa bisa berada di sini? Ini masih malam lho. Yuk, tidur lagi!" "Nggak mau." Silla menggeleng. "Daddy belum jawab pertanyaan Silla." Silla memasang wajah cemberut. Dareen menghela napas panjang. Silla memang keras kepala dan tak mudah menyerah jika keinginannya belum tercapai. "Kalau daddy jawab, Silla janji akan tidur lagi?" Sil
Read more
Bab 124
"Siapa pun pilihanmu, selama kau merasa nyaman dengannya, aku tak akan melarang," lirih Tuan Hart dengan suara serak. "Kapan kalian akan melaksanakan pernikahan?""Masih mencari waktu yang tepat, tapi kupastikan tidak akan melewati bulan depan.""Dalam waktu sebulan ya? Itu tidak lama lagi." Tuan Hart seakan berbicara pada diri sendiri, berusaha untuk bangkit.Cepat-cepat Dareen membantu ayahnya. "Ayah mau ke toilet?"Tuan Hart tak menyahut. Ia hanya beranjak turun dari ranjang. Dareen pun terpaksa memapahnya tanpa bertanya lagi dan mengiringi saja ke mana langkah ayahnya terayun pergi.Tuan Hart membuka brankas, mengeluarkan kotak berwarna hitam. Pada bagian tengah kotak itu terdapat ukiran logo huruf H yang dicetak dengan tinta emas—simbol keluarga Hart yang merupakan keturunan bangsawan.Tuan Hart menatap sendu pada kotak yang berada dalam genggamannya. Berulang kali ia menghela napas panjang dan dalam, sebelum akhirnya menyerahkan kotak tersebut kepada Dareen."Ambillah dan berika
Read more
Bab 125
"Tante, gimana sih? Tante janji bakal menggagalkan pernikahan Kak Dareen. Mana buktinya?" "Sabar, Davina! Tante juga lagi pusing nih." Nyonya Rosalind memijat pelipisnya. Otaknya benar-benar buntu, tak lagi mampu memikirkan ide untuk menyabotase rencana pernikahan Dareen. "Tinggal dua hari lagi, Tante … dua hari lagi!" Davina gusar. "Coba kalau Tante nggak ngelarang aku buat nyamperin Kak Dareen, aku pasti sudah berhasil menjebaknya." "Davina, bisa diam, tidak?!" hardik Nyonya Rosalind. "Tante juga lagi mikir. Jangan merecoki tante dengan omelan yang bikin tante tambah pusing!" Nyonya Rosalind kesal bukan main. Terlebih saat mengetahui semua aksesnya untuk menemui dan berkomunikasi dengan Dareen telah diblokir. Bodyguard Dareen bertebaran di mana-mana dan memantau gerak-geriknya seperti pengawal bayangan. "Ah, serah deh! Aku kecewa sama Tante. Mending aku shopping!" Davina menyambar tasnya dari atas sofa. Hampir dua minggu dia dan Nyonya Rosalind mendiami apartemen yang dikont
Read more
Bab 126
"Dareen!" Sofia langsung tegak menyambut Dareen yang memasuki ruangannya.Mendengar nama Dareen disebut, Davina yang duduk seperti seorang pesakitan di hadapan Sofia pun melesat menyongsong lelaki itu."Kak Dareen, tolong aku! Aku tidak mau dipenjara!"Dareen menepis tangan Davina yang akan merangkulnya, berharap dapat bersandar pada lelaki pujaannya."Bisa tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Tante?" Dareen tegak tidak jauh dari meja Sofia."Mari duduk dulu!" kata Sofia, mendahului Dareen bergerak menuju sofa mini di sisi kanan ruang kerjanya.Sementara langkah Davina yang ingin memburu Dareen terhenti setelah dua orang karyawan Sofia mencekal lengannya."Lepaskan aku! Aku tidak bersalah!"Tak ada seorang pun yang peduli pada jeritan Davina.Dareen dan Sofia duduk dalam satu meja. Sofia mulai menceritakan permasalahan yang berkaitan dengan Davina."Jadi, begini Dareen … dia … ketahuan oleh salah satu karyawan tante saat sedang berusaha merusak gaun pengantin milik Arisha—""B
Read more
Bab 127
"Dareen! Keterlaluan kamu ya!" Nyonya Rosalind merangsek masuk ke ruang kerja Dareen tanpa mengetuk pintu dan dengan wajah merah padam. "M–maaf, Tuan. S–saya sudah menjalankan perintah Anda dan menyampaikan kepada Nyonya Rosalind bahwa Anda sangat sibuk, tapi Nyonya Rosalind tetap memaksa naik untuk menemui Anda." Bi Minah gemetar, takut Dareen akan murka kepadanya. Bi Minah hafal betul tabiat Dareen. Lelaki itu paling benci bila konsentrasi kerjanya diganggu. "Bibi boleh keluar." "Hah!" Bi Minah tercengang. Tiba-tiba saja bulu kuduknya merinding. Dareen sama sekali tidak memarahinya. Bahkan, nada bicara Dareen terdengar datar. Ah, sungguh sebuah ketenangan sebelum badai. Daripada menyerahkan nyawa dihantam badai kemurkaan Dareen, lebih baik ia segera menghindar. "Permisi, Tuan." Tinggallah Dareen dan Nyonya Rosalind yang saling beradu tatap. "Jadi begini caramu menyambut kedatangan istri ayahmu, hah? Suka ataupun tidak, aku tetap ibumu, Dareen!" Dareen tersenyum mengejek.
Read more
Bab 128
"Nona Davina, Anda boleh pulang!" kata aparat polisi sambil membuka gembok sel tahanan Davina. Davina yang duduk, bersandar lesu di pojok ruangan melompat kaget dengan perasaan suka cita dan setengah tak percaya. "Aku bebas, Pak?" "Ya." "Terima kasih, Pak!" Davina tersenyum lebar, keluar dari ruangan sempit dan lembap itu. Begitu matanya menangkap sosok Nyonya Rosalind, ia menghambur memeluk sang tante. "Aku tahu Tante pasti akan membebaskan aku." "Ayo, cepat! Kita harus berkemas!" Walau tak mengerti apa maksud perkataan Nyonya Rosalind, Davina mengimbangi langkah tergesa-gesa wanita paruh baya itu, meninggalkan kantor polisi. Tiba di apartemen, Nyonya Rosalind menurunkan dua koper besar dari atas lemari. "Kita tidak punya banyak waktu. Bereskan barang-barangmu!" titah Nyonya Rosalind, mulai memindahkan pakaiannya dari dalam lemari ke koper. "Tante, kita mau ke mana? Bukankah kita akan menggagalkan pernikahan Kak Dareen?" tanya Davina bingung. Sejenak Nyonya Rosalind menjeda
Read more
Bab 129
"Wanita itu berhasil diamankan, Bro, tapi dia tak mau buka mulut," lapor James dari seberang telepon.Dareen sedang membuka kancing lengan kemejanya dan membiarkan ponsel terjepit antara telinga dan bahunya."Tahan dia! Aku akan segera ke sana."Dareen menutup telepon setelah selesai menggulung lengan bajunya. Ia melesat meninggalkan kamar hotel, tempat dirinya dan Arisha akan menginap semalam.Arisha yang baru saja keluar dari kamar mandi mengernyit heran."Ah, aku pergi sebentar. Kalau kamu lelah, tidur saja. Tidak usah menungguku. Aku ada urusan penting dengan James.""Ya." Arisha menyahut singkat.Sebersit rasa syukur memantik senyum di bibirnya. Setidaknya ia selamat untuk malam ini."Ngomong-ngomong, ke mana dia malam-malam begini?" tanya Arisha pada diri sendiri. "Ah, sudahlah. Itu bukan urusanku."Arisha merebahkan diri di atas kasur. Menyenangkan sekali akhirnya ia bisa menikmati waktu senggang tanpa gangguan dari Dareen setelah menjalani prosesi akad nikah. Walau tidak melan
Read more
Bab 130
Deg! Deg! Detak jantung Arisha dan Dareen bertalu-talu dan saling bersambut. Kecanggungan yang tercipta seakan menghentikan perputaran waktu. 'Tidak! Ini tidak benar!' Arisha tersadar, lalu bergegas melepaskan diri dari belitan lengan kekar Dareen. Tanpa kata ia melesat ke kamar mandi, seiring dengan gema azan subuh yang berkumandang. Dareen masih terpaku di tempatnya. Menjilati bibirnya yang menyisakan sensasi aneh dan menggetarkan jiwa. 'Manis. Aku menyukai rasanya.' Dareen senyum-senyum sendiri sambil mengusap jejak bibir Arisha. Ia duduk dan melirik ke pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Fantasi liarnya membayangkan apa yang dilakukan Arisha di dalam sana. "Aish, sial! Bisa-bisanya gadis pembangkang itu memancing rasa lapar singa jantanku di pagi hari." Mendugas Dareen beranjak menuju balkon. Hawa dingin segera menghantam kulitnya dan memaksanya untuk menaikkan kerah kemeja. Ya Tuhan, saking lelahnya ia bahkan tak sempat mengganti pakaian dan kini ia melakukan push up
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status