Home / Romansa / MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT: Chapter 61 - Chapter 70

75 Chapters

60. Beginilah Rasanya Tak Dipercayai

"Terima kasih atas pengertiannya, Sayang." Walau pernyataan Nailah tidak langsung menyelesaikan masalah, setidak membuka sedikit celah ruang hati untuk bernafas, pun otak berfikir jernih."Apa Om Azman yang menjelaskan ke Nailah? Atau Simbah?" tanyaku setelah merasa agak tenang kemudian membersihkan sisa air mata di pipi Nailah."iya, semuanya, abi juga yang ngantar, tapi sudah pulang." Serasa ada aliran hangat di hati mendengar jawaban Nailah. Sungguh keluarga yang sangat berjiwa besar. Meski ada luka mereka masih mau membantu memperbaiki kekacaun yang telah kuciptakan, bahkan masih mengamanahkan putrinya padaku.Ya, aku harus jujur sama Reta, tak boleh membiarkan sahabatku itu berprasangka buruk tentangku.Sampai jam sembilan aku menunggu sangat gelisah, tidak biasanya Reta ke toko siangan. Apa karena masih marah? Mencoba menghubungi ponselnya, tak diangkat. Anak ini memang tipe wanita keras, lama memendam, jika sedang tak menyukai sesuatu, tapi dasarnya sangat baik.Aku benci situ
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

61. Kisah Persahabatan di Ujung Tanduk

"Mobil yang diinginkan Pak Saleh, masih ada nggak?" Azman yang bemain bersama Nailah dan Azmi di teras masjid setelah salat Duhur segera memperbaiki duduk saat melihat kedatanganku, sementara Simbah dan Lelaki dingin masih dalam posisi semula sambil berzikir. Mereka memang keluarga agamis."Masih ada, lah, Mbak. Kapan mau lihat langsung?""Tak perlu lihat, Aku percaya sama kamu pull, mana juga aku ngerti begituan.""Deal, nih, ceritanya?""Hari ini juga boleh kalau bisa.""Okey, ahsyiap. J-jangan hari ini juga kali, besok, deh, aku langsung jemput barangnya.""Thanks banget dah. Emang pantes kamu dipercaya.""Ya, iyalah, siapa dulu? Betewe, Mbak nggak jadi bunuh diri, kan?" Ck! Anak ini, kepo banget urusan orang."Aku mau gantung diri di pohon tomat saja. Pengen banget lihat aku mati, ya?" Azman terkekeh sampai kelihatan giginya yang putih. "Azmi di sini sama Mbak Nailah, ya!?" Aku melangkah setelah mendapat anggukan dua anak tanpa dosa itu. Jika membawa Azmi, maka Nailah akan ikut,
last updateLast Updated : 2023-09-07
Read more

62. Apa Semua Laki-laki Arogan?

Meski berat aku meninggalkan Nailah yang setia terpaku, masih dari kaca spion aku melihat anak itu berkali-kali mengusut bening di pipi gembulnya. 'Maafkan umi, Nak, inilah satu-satunya cara menghukum diri umi yang sedari awal salah dan jahat," lirihku dalam hati menguatkan diri. Ya, setuju apa tidak, memang akulah sumber segalanya, karena terlalu ramah memberi ruang tanpa berfikir efek selanjutnya. Sesampai di pertigaan jalan umum, yang kukhawatirkan terjadi. Avanza veloz putih familiar itu muncul entah darimana sambil membunyikan klakson beberapa kali, aku pura-pura tak mendengarnya sambil berusaha tetap fokus di jalanan. Rencanaku sudah matang, tak ada tempat lagi di sini, mau menginap semalam saja rasanya sangat berbeda.Terdengar decitan ban beradu dengan aspal saat aku merem mendadak, avanza veloz putih menghentikan laju pas di depanku. Namun naas, banper mobilnya tetap dapat, mengakibatkan retakan sedikit. Tak ayal, pengendara lain ikut berhenti, pun orang-orang sekitar yang
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more

63. Berjuang dari Nol Berujung Tak Bahagia

Di balik jendela, aku berdiri menatap punggung Abi Nailah memasuki roda empatnya, lalu melaju keluar jalan umum. Entah apa dalam pikirannya yang mulai aneh sejak kemarin itu hingga tidak menurunkan tas, ponsel, bahkan Azmi dari mobilnya, mengakibatkan aku benar-benar sendiri semalaman.Betul-betul hidupku dikelilingi makhluk aneh dan egois. Aku berpikir ke toko setelah avanza veloz tak terlihat lagi, walau masih terlalu pagi tak apa memanfaatkan waktu sebelum pulang, selain ingin mengabarkan keberangkatanku ke Pak Saleh, juga ada harap besar bertemu Reta. Biar bagaimanapun dia menyimpan marah kepadaku, diri tak mungkin melakukan sama. Betapa tak adil perjuangan kami dari nol, saat puncak hubungan ini berujung tak bahagia, apakah layak itu disebut sukses?"Kata abi, jam sepuluh nanti baru berangkat antar Umi dan Azmi, horee ... Nailah dibolehin ikut." Nailah dan Azmi muncul bergandengan sambil bersorak, di tangan mereka ada ponsel dan kunci motorku."Terus abimu ke mana?" tanyaku men
last updateLast Updated : 2023-09-09
Read more

64. Persyaratan Reta

Sedetik kemudian aku menekan tombol blokir ke nomor Mas Ria. Siapapun yang melakukan pemblokiran kemarin, aku harus berterimah kasih ke dia. Orang yang hobinya suka memaksa, layak diberi tombol ini, Ck."Angkat dan terima permintaan Mas Rio kalau kamu ingin memperbaiki persahabatan kita." Aku memegang dada saat mendongak ke arah sumber suara, Reta menyedekapkan kedua tangan di depan dada, tatapnya tak berubah, masih penuh intimidasi, dan permusuhan. Kupastikan anak ini sejak tadi mendengar percakapanku dengan Rina, pun Mas Rio Kepala menggeleng pelan memahami maksud Reta. Tak mungkinlah aku terpelosok ke lubang sama sementara otak sadar situasi. Berarti kerbau lebih pintar dariku, andai itu kulakukan."Aku dan Abi Nailah tak ada hubungan apa-apa, Ta. Jangan membawa Mas Rio ke masalah kita, pliss." Aku menangkupkan tangan tanda memohon, berharap Reta jangan mengambil syarat tentang Mas Rio, terlalu ribet, rumit, dan, ... arght susah menjelaskannya."Kalau begitu, lupakan kita pernah
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

65. Kerja Sama Menyesakkan

Jam sepuluh kami bertolak sesuai rencana, kali ini tidak lewat laut, tapi memutar melewati perbatasan daratan Sulawesi Tengah, hingga seorang lelaki seumur Azman diikutkan sebagai sopir bantu, dengar-dengar dari kalangan kerabat Simbah.Aku memandang lekat rumah minimalis Reta sebelum hilang di belokan, mungkin ini terakhir kali manyimpan memori tempat yang empat tahunan, merajut asa dan mimpi, membebat luka dan sedih. Ah, semua akan tinggal kenangan. Kenapa selalu saja sesak mengiring mengingat cerita persahabatan ini berujung duka.Siapa yang bisa melawan takdir? Alangkah rugi diri jika tidak rido' dengan ketentuan Sang Maha Kuasa. Aku terus menghibur diri, seraya menikmati perjalanan. "Terima kasih ya, Bulan, akhirnya aku punya kesempatan juga." Aku menjauhkan ponsel dari telinga, saat tahu persis suara di seberang. Ck! Mas Rio memakai nomor baru. Untung diri berhalangan, jadi tidak merasa terganggu dari Abi Nailah dan sopirnya yang sementara singgah salat di mesjid.Tunggu! Apa
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more

66. Cinta itu Buta

Karena bapak, ibu, dan Rina memaksa, juga Nailah merengek, akhirnya lelaki dingin itu menginap di lantai bawah. Tempat itu ada dua kamar sekarang, salah satunya untuk tamu. Aku tak tahu sampai jam berapa mereka ngobrol di malam harinya. Yang jelas, aku, Azmi, dan Nailah terbawa mimpi di atas kamarku dengan nyenyak. Bahkan setelah salat Subuh berencana tidur lagi sedikit karena lelahnya.Baru saja mata terpejam segera terbangun mendengar suara-suara ribut di bawah. Untuk memastikan kejadian, dengan lunglai aku mengecek situasi setelah memasang jilbab.Marta tiba-tiba menghambur memelukku dan menangis sesenggukan sesaat kaki menjejaki undakan tanggga paling akhir, terlihat Mas Rio pasrah melihat dua wanita yang pernah dimadunya dalam keadaan tidak biasa. Ada apa ini? Apa yang terjadi sebenarnya?Belum hilang kekalutanku di pagi buta, Andi menyodorkan ponsel berdering terus yang tak sempat kukantongi tadi. Reta! Tangan merijek dulu, waktunya tidak tepat."Aku mencintai Mas Rio dengan se
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more

67. Menikah Dadakan

Meski dadakan dan seadanya, acara tetap berjalan sesuai syariat, pun seluruh kerabat dekat yang hadir sangat bersuka cita, mungkin karena sudah tahu kami memang sempat hampir menikah, namun batal karena ulahku.Terutama Nailah, Rina, bapak, dan ibu, apalagi Marta. Mulai dari mendengar persetujuan Abi Nailah, sikap permusuhannya langsung mencair bak es. Aku seperti kembali ke memory di masa-masa sekolah dulu.Ya, Rabb ... buka jugalah pintu hati sahabatku Reta di sana. Agar hambamu ini tak dihantui rasa bersalah. Amin."Maaf, Mar. Apa pernikahan kalian belum diketahui orang tua Mas Rio?" tanyaku pada Marta, setelah sedari tadi tak melihat Mas Rio.Wanita yang matanya bengkak efek menangis itu, seketika memegang dada sambil menatapku sendu, dari geriknya menunjukkan kalau statusnya masih istri siri. Sungguh mustahil diterima akal sehat, bertahun menunggu dalam ketidak pastian, masih tetap berjuang memiliki. Marta benar-banar layak dilabeli wanita bucin sejati sedunia."Nanti aku akan m
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

68. Menjejaki Kembali Kediaman Luka

Meski dalam keadaan baru bangun, aku mengenal jelas sosok berbau maskulin itu. "M-mau ke mana, Mas?" tanyaku memberanikan diri melihat Abi Nailah berpenampilan sangat berbeda. Baju kaos putih setengah lengan dipadu celana training panjang. Huft, mataku hampir lupa berkedip beberapa saat mendapati keindahan pahatan Ilahi."Mau antar Rahmat -sopir-." Ekspresinya tetap dingin, tapi ajaibnya lelahku tiba-tiba hilang mendengar kami mulai bisa berkomunikasi."Aku ikut." Ingin sekali bibir mengucapkan itu, tapi rasa canggung menguasai. Selain ingin jalan-jalan bersamanya dalam keadaan status yang berbeda, aku ingin mangajaknya menjemput Marta lalu bertemu Mas Rio. Mestinya rasa grogi itu sudah hilang, mengingat pernikahan ini tak ada paksaan seperti dulu, ditambah usia matang mengarungi rumah tangga dan status yang bisa dikatakan berpengalaman. Huft, tetap saja bekal itu tak menjadi dorongan untuk menjalin keakraban lebih cepat. Aku mulai meragu dengan kata-kata Azman, kalau abangnya
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

69. Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga

Setelah Marta mampu mengontrol emosinya, dia lantas mengajak kami ke arah kamarku dulu."Sekuat apa aku berjuang sepertinya akan sia-sia. Lihatlah! Tak ada aku di sana," ucapnya menunjuk isi ruangan yang telah terenov, foto pengantin kami dalam ukuran besar terpajang di dinding, ditambah gambar Azmi berbagai gaya dan pose.Abi Nailah sempat terpaku setelah menyusuri dengan bola mata ruang penuh kenangan."Jangan pernah sedikitpun menyimpan cemburu untukku, Mar, karena hari di mana satu malam Mas Rio mengambil paksa haknya, aku membuang diri ke esokan paginya ke tempat asing, mengobati sakit, bahkan melahirkan tanpa keluarga," kataku mengusap pipi, lalu melirik Abi Nailah. Ah, biarlah dia tahu seperti apa wanita yang telah dinikahinya."Bertahun tertatih berjuang mengikhlaskan semua yang terjadi, lihatlah, meski jauh dari baik, aku bisa bilang, sahabatmu ini bahagia, pun tak menyimpan dendam pada kalian," ujarku menarik senyum."Intinya, jangan berputus asa, Marta. Yakinlah, Allah akan
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status