Share

61. Kisah Persahabatan di Ujung Tanduk

"Mobil yang diinginkan Pak Saleh, masih ada nggak?" Azman yang bemain bersama Nailah dan Azmi di teras masjid setelah salat Duhur segera memperbaiki duduk saat melihat kedatanganku, sementara Simbah dan Lelaki dingin masih dalam posisi semula sambil berzikir. Mereka memang keluarga agamis.

"Masih ada, lah, Mbak. Kapan mau lihat langsung?"

"Tak perlu lihat, Aku percaya sama kamu pull, mana juga aku ngerti begituan."

"Deal, nih, ceritanya?"

"Hari ini juga boleh kalau bisa."

"Okey, ahsyiap. J-jangan hari ini juga kali, besok, deh, aku langsung jemput barangnya."

"Thanks banget dah. Emang pantes kamu dipercaya."

"Ya, iyalah, siapa dulu? Betewe, Mbak nggak jadi bunuh diri, kan?" Ck! Anak ini, kepo banget urusan orang.

"Aku mau gantung diri di pohon tomat saja. Pengen banget lihat aku mati, ya?" Azman terkekeh sampai kelihatan giginya yang putih.

"Azmi di sini sama Mbak Nailah, ya!?" Aku melangkah setelah mendapat anggukan dua anak tanpa dosa itu. Jika membawa Azmi, maka Nailah akan ikut,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status