Home / Romansa / MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT / 74. Ending yang Manis (Tamat)

Share

74. Ending yang Manis (Tamat)

Author: Kafom Rona
last update Last Updated: 2023-10-02 14:47:22

Biasanya, melipat dan menyetrika pakaian tak sampai dua jam selesai. Namun, kali ini terasa sangat lama. Nailah dan Azmi yang sempat membantu menurut mereka, jadi ketiduran, aslinya, sih, memang lagi main-main sambil seru-seruan.

Bukan karena pakaian yang menumpuk setelah habis acara pesta sederhana, dalam rangka mengumumkan kehalalan hubungan kami.

Terlebih disebabkan tentang keberangkatan besok untuk menemui umminya Nailah di Makassar, jadi aku kurang fokus. Padahal ini hampir dua bulan rencana kedatangannya mundur dari informasi sebelumnya.

Abi Nailah yang baru datang dari pondok hanya menggeleng kecil sambil tersenyum melihat dua bocah terlelap asal, kemudian memindahkan mereka satu-persatu di biliknya.

Kamar memang tempat favoritku mengerjakan kegiatan tersebut, selain nyaman melantai dan dingin kena AC, juga aman meski tak memakai jilbab andai kedatangan tamu tiba-tiba.

"Tidak usah disetrika, Ummi Sayang." Abi Nailah menyamakan posisi, dia mengambil duduk di belakang sambil mel
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Yuliani Yuliani
sweet banget ending nya šŸ„¹............
goodnovel comment avatar
Ipah Ti Pang
manisnya,,
goodnovel comment avatar
Andi Andriani
Alhamdulillaah happy ending. makasih author
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā BLURB

    Dia mengambil paksa kehor*atanku, dengan alasan, agar tak rugi telah memberikan mahar. Sungguh setelah mengetahui itu, sukses membuatku nelangsa sekaligus dendam.Aku Bulan, menikah dengan Mas Rio, pacar dari sahabatku Marta, kami dijodohkan orang tua. Atas nama berbakti, kami tak menentang pernikahan berlangsung. Sebulan setelah pesta meriah akad nikahku dengan Mas Rio, lelaki yang konon bergelar suami itu, menikah siri dengan pacarnya sekaligus sahabatku. Kami hidup seatap bertiga. Namun, sikap Mas Rio dan Marta hanya menganggapku setan, menjadi yang ketiga. Aku diperlakukan tak selayak istri, pun tak sebagai pembantu. Intinya, aku hanya dianggap pajangan. Pajangan yang hanya mengambil tempat namun tak berarti sama sekali. Hiks .... "Kamulah yang merusak persahabatanmu dengan Marta dan juga merusak masa depanku," ujar Mas Rio suatu hari ketika kami memenuhi undangan orang tuanya.Betapa egois lelaki itu, memang dia saja yang punya cita-cita di dunia ini? Entah apa yang merasuk

    Last Updated : 2023-06-01
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 1. Adik Madu di Pengantin Baru

    "Aku menunggu dudamu, Mas," ucap Marta sambil memeluk lelaki di sampingku, saat kami masih berdiri di pelaminan hari ini.Gadis cantik dan bohay itu menatapku nanar, tangannya mengenggam erat Mas Rio. Lelaki yang beberapa jam sah menjadi suamiku itu, pun membalasnya tak kalah mesra. Air mata tak sengaja ikut luruh menyelami kesedihan mereka. Cemburu? Tentu saja tidak. Aku tahu mereka memang telah pacaran, bahkan biasa ikut menemani makan di kala mereka adakan pertemuan. Toh, kami memang berteman. Aku dan Mas Rio dijodohkan, ayah kami sahabatan sejak kecil. Anehnya, perjodohan itu berlangsung sejak masih orok katanya, hingga di sinilah kami terjebak dalam situasi rumit.Semua tatap mata teman-teman dan orang yang tahu tentang soal pertemanan ini ikut mengadili, seakan memvonis akulah sahabat tak punya nurani. "Dasar pagar tanaman!""Perempuan nggak punya malu.""Nggak punya hati.""Kecentilan.""Buang aja kelaut teman kek gitu.""Mending berteman sama monyet daripa teman kayak gini

    Last Updated : 2023-06-03
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 2. Tersesat

    Di kota kelahiran Sang Bapak Teknologi, BJ Habibie inilah, aku dan Marta melewati masa remaja dan indahnya sebuah persahabatan.Hampir setiap malam menikmati debur ombak di pantai Senggol, sambil mencicipi kuliner khas daerah Bugis, sebelum pulang, tak pernah alpa ke lapangan Andi Makkasau.Di sudut pusat tempat acara-acara daerah itulah, patung Bapak Teknologi beserta sang istri tercinta, Ibu Ainun, kokoh berdiri di tengah kolam, dikelilingi air mancur dengan senyum penuh wibawa, juga dipercantik berjenis lampu-lampu hias berkilauan.Sungguh cinta beliau pada pasangan sangat pantas ditiru.Rasanya ada yang kurang mengakhiri jalan-jalan tanpa menginjak icon kotaku itu.Sayang sekali, buku kisah cintaku ini tak akan pernah menyamai Beliau meski hanya sampulnya saja. Hiks.Di tingkat perkuliahan aku dan Marta memilih jurusan sama, walau berbeda universitas. Aku melanjutkan kuliah di kampus berbasic agama yang terletak di Lembah Harapan, sedang Marta di kampus tengah kota. Hubungan kami

    Last Updated : 2023-06-04
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 3. Bendera Perang

    Setelah salat Subuh, berkutat di dapur. Sebenarnya seleraku tak jauh beda dengan Mas Rio, sama-sama suka makanan rumahan. Entah kenapa berasa tidak kenyang kalau beli di luar, padahal aku tidak hobi masak apalagi pintar meracik makanan enak. Kalau ini bukan termasuk salah satu kelemahan, kan? Baiklah, katakan saja ini kelebihan, artinya tak perlu boros-boros beli makanan jadi. Karena kenyataanya memang aku tak punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Hiks. Nasi goreng instan ala kadar bahan yang tersisa di kulkas telah siap. Sebelum menyantap, terlebih dahulu membersihkan bekas memasak tadi. Bukan takut diberi kata mutiara dari Marta.Memicu percekcokan hanya semakin menambah hati kian keras. Mencegah menurutku lebih baik. Bukankah mengalah tak berarti kalah? Menurut bukan berarti pecundang? "Siapin barangmu! Sebelum jam tujuh kita berangkat." Lelaki itu muncul dengan HP di tangan dan langsung duduk, saat baru tiga sendok nasi masuk ke mulut. Sepintas matanya melirik piring di depanku.

    Last Updated : 2023-06-05
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 4. Ibadah dalam Janji Suci Tinggal Nama

    Dua puluh menit setelah tak ada percakapan sampailah di tujuan. Terdengar suara anak-anak riuh menyambut kedatangan kami. Kalau tak salah ada tujuh bocah dari tiga keluarga dan ibu-ibu mereka adalah kakak-kakak Mas Rio. Lelaki itu anak bungsu sekaligus satu-satunya berjenis pria bersaudara. Mestinya, sih, dia paling berwibawa karena paling kekar, tapi nyatanya paling egois menurutku. Entah dosa apa yang kulakukan di masa lalu hingga berjodoh dengan pria super arogan di planet bumi ini, padahal aku juga tidak jelek-jelek amat, banyak yang dekatin, walau aku menghindar sebelum ditembak. Sepertinya diri ini mulai menyesal.Kenapa penyesalan itu selalu datang belakangan, ya? Kediaman orang tua Mas Rio menurut sebagaian orang sangat adem. Rumah besar terbuat dari kayu ulin berdiri kokoh dengan dua puluh empat tiang sebagai penyanggah, sedang di bawah rumah dilantai tehel berwarna gelap. Ada pagar kayu setinggi pinggang menjadi batas dengan tetangga sebelah.Rumah ini memang berciri Bugis

    Last Updated : 2023-06-05
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 5. Intimidasi

    Saat sedang sibuk merapikan jilbab, terdengar suara mama Mas Rio memanggil bersamaan pintu diketuk. Dengan cepat aku ke cermin membersihkan wajah dan memoles bedak, agar tak terlalu menampakkan air mata. Sementara putranya membuka pintu.Ada juga kebenaran di balik kata Mas Rio. Kalau membicarakan kebohongan rumah tangga sekarang, apalagi dalam keadaan emosi begini, malah terkesan mempermalukan keluarganya di tengah orang banyak, termasuk diri ini. Harus cari moment tepat."Kamu coba ini sekarang. Mama mau lihat," titah wanita paruh baya itu, sambil sibuk membuka bungkusan yang keperkirakan berisi pakaian. Beliau memang seperti itu, semua menantu dianggapnya darah daging sendiri."Sekarang, Ma?" jawabku melirik Mas Rio yang bersandar di kepala tempat tidur dengan wajah menghadap gawainya. Siapa lagi yang diajak chatingan kalau bukan Marta."Iya, sekaranglah. Memang tahun depan? Cepat, cepat!" ucap mama berdiri ingin membantu."Biar Bulan sendiri, Ma," kataku meraih baju di tangan wanit

    Last Updated : 2023-06-25
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 6. Rumah Tangga Ajaib

    "Aku mau ke rumah ibu. Kunci motor?" Tangan menengadah saat sampai di persimpangan jalan kemarin waktu dia memaksaku naik di mobilnya. Kami sengaja pulang pagi hari ini untuk menghindari panasnya cuaca"Motormu dah nyampe di rumah sekarang. Sudah nggak ada, kan?" Mas Rio memelankan mobil saat melewati rumah yang dititipin motorku, lalu melaju setelah membunyikan klakson untuk si pemilik rumah."Ngapain, sih, kamu bertindak semau saja, Mas? Padahal aku sudah beritahu ke ibu." Suaraku pasti terdengar parau, karena memang sekarang aku sedang menahan sesak."Makanya .... Kalau mau berbuat sesuatu, rundingin dulu sama suami," ucapnya sok menasehati tanpa ekspresi bersalah sama sekali.Ya ... Allah, mengapa engkau mempertemukan aku dengan makhluk seperti ini? Bisa beneran gila aku dibuatnya kalau gini terus."Turunin aku di sini!" sentakku tiba-tiba geram. Ini efek terlalu menahan amarah berkepanjangan."Aku yang ngatur di sini. Bukan kamu," ucapnya santai sambil fokus menyetir. Sepertinya d

    Last Updated : 2023-06-28
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 7. Musafir

    Setelah melaksanakan salat Asar, ingatan tentang makanan dan kue yang dibawa dari kampung tadi pagi menuntun kaki ke dapur.Saat melewati ruang keluarga, tampak dua sejoli itu serius menyaksikan layar TV, lalu sekali-kali tertawa. Marta berbaring di sofa dan menggunakan paha Mas Rio sebagai bantal, sedang lelaki itu menyandarkan punggung di sandaran sofa. Mereka hanya melirikku sekilas dan kembali fokus ke TV. Pasangan aneh, baru saja bertengkar sampai berdarah-darah, tak cukup tiga jam, sudah terlupa. Bucin bin kuadrat, aku rasa itulah kalimat pas buat mereka.Biar sajalah! Setidak mengetahui mereka bergerak, berarti pelipis Mas Rio tak apa, pun Marta tidak bunuh diri seperti prasangka burukku tadi.Tentang sikap tak peduli mereka ke aku? Sepertinya diri akan membiasakan dianggap setan karena menjadi yang ketiga.Kupercepat pergerakan, mengambil yang kubutuhkan dan masuk kembali ke kamar. Entah kenapa sekarang ada yang tiba-tiba berdenyut di balik dada melihat adegan mesra mereka.Ada

    Last Updated : 2023-06-30

Latest chapter

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 74. Ending yang Manis (Tamat)

    Biasanya, melipat dan menyetrika pakaian tak sampai dua jam selesai. Namun, kali ini terasa sangat lama. Nailah dan Azmi yang sempat membantu menurut mereka, jadi ketiduran, aslinya, sih, memang lagi main-main sambil seru-seruan.Bukan karena pakaian yang menumpuk setelah habis acara pesta sederhana, dalam rangka mengumumkan kehalalan hubungan kami.Terlebih disebabkan tentang keberangkatan besok untuk menemui umminya Nailah di Makassar, jadi aku kurang fokus. Padahal ini hampir dua bulan rencana kedatangannya mundur dari informasi sebelumnya.Abi Nailah yang baru datang dari pondok hanya menggeleng kecil sambil tersenyum melihat dua bocah terlelap asal, kemudian memindahkan mereka satu-persatu di biliknya. Kamar memang tempat favoritku mengerjakan kegiatan tersebut, selain nyaman melantai dan dingin kena AC, juga aman meski tak memakai jilbab andai kedatangan tamu tiba-tiba."Tidak usah disetrika, Ummi Sayang." Abi Nailah menyamakan posisi, dia mengambil duduk di belakang sambil mel

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 73. ijinkan

    "Andai kutahu sahabatku seterluka ini, dari awal tak akan beramah-tamah dengan Simbah dan putrinya," kataku menatap Reta sendu. "Ck, meski aku frustasi begini, masih waras tuk melibatkan mereka dalam persoalan hati." Aku meringis merasakan cubitan kecil Reta di pinggang, sekaligus syahdu menyadari my sister itu telah kembali.Serasa ada yang mengharu biru di dada. "Kalau kamu tinggal di rumah Simbah, aku sama siapa?" tanya Reta seperti dulu, yang selalu nyeplos tanpa berfikir. Anak itu kini benar-benar telah legowo."Makanya nikah juga. Bulan udah dua kali, kamu tinggal perawan tua." Bantal langsung dilayangkan Reta, menimpuk kepala Mas Gading yang menyela pembicaraan. "Semua yang pernah pedekate ke kamu melalui aku, mulai dari belum matang, setengah matang, matang berkali-kali atau gosong sekalian, Abang masih punya nomor HP mereka semua." Mas Gading memperlihatkan gawainya ke Reta dengan mimik lucu tapi serius."Abang ..." Mas Gading langsung berlari keluar mendengar adiknya bert

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 72. Cinta Tak Dapat Dipaksa

    Entah hanya berapa jam waktu tidurku semalam, setelah melakukan pengaduan panjang lewat salat tahajud dan dilanjut salat Subuh, aku berkutat di dapur lalu membersihkan rumah.Rumah sakit yang terpikir sekarang, entah Reta tak memaafkan lantas mengusir, aku akan jelaskan semua dan memohon maaf yang sebesarnya. Bahkan akan berencana mempertemukan Abi Nailah, agar dia mendengar langsung pernyataan dari bibir pria yang diimpikannya itu."Semoga Allah memudahkanmu, Sayang." Doa Simbah saat aku pamit, beliau mengusap kepalaku sambil tersenyum hangat."Bawain bakso bakar yang dekat masjid kalau pulang nanti, ya, Ummi," pesan Nailah dan Azmi hampir berbarengan, makanan itu mamang favorit mereka. Aku menaikkan jempol tanda setuju.Aku sampai ke rumah sakit dengan ojek sesuai rencana, namun segera berbalik ke toko setelah mendapat telepon Pak Sholeh, ada instansi yang ingin mengambil barang dalam jumlah besar dan harus ada tanda tangan pemilik tokoh sebagai tanda bukti. Okelah, bertemu Reta kit

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 71. Kadang Cinta Tak Mengenal Logika

    Aku menumpukan bobot tubuh di kursi taman, meredam rasa bercampur yang masih bergolak. Aku tak tahu apa yang ada di pikiran Mas Rio, bisa-bisanya muhallil yang bercokol di otaknya dan seakan tak bisa diubah. Dia pikir semudah menggoreng ikan lalu melahapnya? Dan luar biasanya, Reta mendukung rencana gila itu agar mendapatkan Abi Nailah. Tak salah lagi, kedua orang ini bucin akut. Ajaibnya semua menyangkut diriku.Huft ...Kututup mata beberapa saat sambil memijit pangkal hidung, ini salah satu cara merilekskan otot-otot syaraf yang masih menegang. Entah itu benar apa tidak, diri selalu mengaplikasikan cara ini."K-kapan, Mas, di sini?" Aku memegang dada mendapati rupa menawan itu sangat dekat saat membuka mata, berjarak sekitar setengah lengan dewasa, hembusan desahan panjangnya menyapu wajahku.Abi Nailah tak menjawab, dia menarik lenganku lembut menuju parkiran, lalu memintaku naik ke roda empatnya. Pria ini kenapa bersikap aneh?Seperti biasa, tak ada percakapan, hanya suara grub

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 70. Kompor Sedemikian Rupa

    Aku menatap tak berkedip ke arah Reta sekaligus berusaha menajamkan pendengaran ke lawan bicaranya yang kini dia kurangi volume suara di ponselnya. Sama, gadis manis itu tetap bersikap benci, malah sekarang dia seakan jijik walau sekedar menoleh ke arahku meski hanya sejenak. Ya, walau tak sepenuhnya aku menyalahkan diri, tetap saja posisiku tersudut bila berhadapan Reta. Ya, itu disebabkan sebegitu sayangnya aku pada dia. Tidak! Sekira persahabatan kami ini benar-benar tak bisa diselamatkan, aku harus menahan ego. Setidak aku telah berusaha berjuang untuk memperbaiki walau ujungnya akan tetap salah, dimaki, dan dijauhi. Ya, Rabb .... Beri hamba sejumput sabar lagi. Pliss .... Mohon dengan sangat. "Seberapa besar marahmu ke aku, sejumlah itu juga diri akan memohon maaf," kataku dengan bibir bergetar. Sungguh ... jangankan dalam dunia maya, dalam mimpipun aku tak pernah berniat menyakiti hati sahabatku. "Tidak untuk kali ini. Anggap saja aku sudah mati, begitupun sebaliknya." Mimi

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 69. Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga

    Setelah Marta mampu mengontrol emosinya, dia lantas mengajak kami ke arah kamarku dulu."Sekuat apa aku berjuang sepertinya akan sia-sia. Lihatlah! Tak ada aku di sana," ucapnya menunjuk isi ruangan yang telah terenov, foto pengantin kami dalam ukuran besar terpajang di dinding, ditambah gambar Azmi berbagai gaya dan pose.Abi Nailah sempat terpaku setelah menyusuri dengan bola mata ruang penuh kenangan."Jangan pernah sedikitpun menyimpan cemburu untukku, Mar, karena hari di mana satu malam Mas Rio mengambil paksa haknya, aku membuang diri ke esokan paginya ke tempat asing, mengobati sakit, bahkan melahirkan tanpa keluarga," kataku mengusap pipi, lalu melirik Abi Nailah. Ah, biarlah dia tahu seperti apa wanita yang telah dinikahinya."Bertahun tertatih berjuang mengikhlaskan semua yang terjadi, lihatlah, meski jauh dari baik, aku bisa bilang, sahabatmu ini bahagia, pun tak menyimpan dendam pada kalian," ujarku menarik senyum."Intinya, jangan berputus asa, Marta. Yakinlah, Allah akan

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 68. Menjejaki Kembali Kediaman Luka

    Meski dalam keadaan baru bangun, aku mengenal jelas sosok berbau maskulin itu. "M-mau ke mana, Mas?" tanyaku memberanikan diri melihat Abi Nailah berpenampilan sangat berbeda. Baju kaos putih setengah lengan dipadu celana training panjang. Huft, mataku hampir lupa berkedip beberapa saat mendapati keindahan pahatan Ilahi."Mau antar Rahmat -sopir-." Ekspresinya tetap dingin, tapi ajaibnya lelahku tiba-tiba hilang mendengar kami mulai bisa berkomunikasi."Aku ikut." Ingin sekali bibir mengucapkan itu, tapi rasa canggung menguasai. Selain ingin jalan-jalan bersamanya dalam keadaan status yang berbeda, aku ingin mangajaknya menjemput Marta lalu bertemu Mas Rio. Mestinya rasa grogi itu sudah hilang, mengingat pernikahan ini tak ada paksaan seperti dulu, ditambah usia matang mengarungi rumah tangga dan status yang bisa dikatakan berpengalaman. Huft, tetap saja bekal itu tak menjadi dorongan untuk menjalin keakraban lebih cepat. Aku mulai meragu dengan kata-kata Azman, kalau abangnya

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 67. Menikah Dadakan

    Meski dadakan dan seadanya, acara tetap berjalan sesuai syariat, pun seluruh kerabat dekat yang hadir sangat bersuka cita, mungkin karena sudah tahu kami memang sempat hampir menikah, namun batal karena ulahku.Terutama Nailah, Rina, bapak, dan ibu, apalagi Marta. Mulai dari mendengar persetujuan Abi Nailah, sikap permusuhannya langsung mencair bak es. Aku seperti kembali ke memory di masa-masa sekolah dulu.Ya, Rabb ... buka jugalah pintu hati sahabatku Reta di sana. Agar hambamu ini tak dihantui rasa bersalah. Amin."Maaf, Mar. Apa pernikahan kalian belum diketahui orang tua Mas Rio?" tanyaku pada Marta, setelah sedari tadi tak melihat Mas Rio.Wanita yang matanya bengkak efek menangis itu, seketika memegang dada sambil menatapku sendu, dari geriknya menunjukkan kalau statusnya masih istri siri. Sungguh mustahil diterima akal sehat, bertahun menunggu dalam ketidak pastian, masih tetap berjuang memiliki. Marta benar-banar layak dilabeli wanita bucin sejati sedunia."Nanti aku akan m

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABATĀ Ā Ā 66. Cinta itu Buta

    Karena bapak, ibu, dan Rina memaksa, juga Nailah merengek, akhirnya lelaki dingin itu menginap di lantai bawah. Tempat itu ada dua kamar sekarang, salah satunya untuk tamu. Aku tak tahu sampai jam berapa mereka ngobrol di malam harinya. Yang jelas, aku, Azmi, dan Nailah terbawa mimpi di atas kamarku dengan nyenyak. Bahkan setelah salat Subuh berencana tidur lagi sedikit karena lelahnya.Baru saja mata terpejam segera terbangun mendengar suara-suara ribut di bawah. Untuk memastikan kejadian, dengan lunglai aku mengecek situasi setelah memasang jilbab.Marta tiba-tiba menghambur memelukku dan menangis sesenggukan sesaat kaki menjejaki undakan tanggga paling akhir, terlihat Mas Rio pasrah melihat dua wanita yang pernah dimadunya dalam keadaan tidak biasa. Ada apa ini? Apa yang terjadi sebenarnya?Belum hilang kekalutanku di pagi buta, Andi menyodorkan ponsel berdering terus yang tak sempat kukantongi tadi. Reta! Tangan merijek dulu, waktunya tidak tepat."Aku mencintai Mas Rio dengan se

DMCA.com Protection Status