Home / Romansa / MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT: Chapter 31 - Chapter 40

75 Chapters

30. Tidak Segampang itu

Jam sembilan pagi aku berencana menunai janji ke rumah orang tua Mas Rio. Waktu segitu biasanya dia masuk kantor, jadi tidak bakal bertemu. Perjalanannya tak cukup sejam sampai di sana. "Bangun, Mbak." Aku mengumpulkan kesadaran setelah membuka mata.Entah jam berapa semalam baru bisa terlelap, ungkapan Rina yang meminta koreksi diri atas kehancuran rumah tanggaku terus terngiang, sekaligus menciptakan perasaan bersalah di sudut hati yang lain. Serasa egoku mulai runtuh.Mungkinkah aku yang kurang sabar menghadapi ujian rumah tangga itu? Layakkah diri pernah disebut istri jika tak pernah berusaha menjadi pendamping yang baik? Mungkinkah...? Arght, kenapa kalimat-kalimat adikku itu, seketika membuat kepala berdenyut? Tidak! Apapun itu, di sini aku yang jadi korban, terluka, dan tak dianggap. "Mbak!" lagi, suara Andi terdengar sambil menyodorkan HP yang sedang berdering. Jam sudah menunjuk angka dua belas siang, sebentar lagi Duhur."Oh, iyya, Mbak, aku tadi mau ke situ, tapi ketidura
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more

31. Emosi Jiwa

"Jadi ...?" tanya pria egois itu ngambang dengan suara bergetar, pun raut memelas tanpa berkedip dan tanpa mengalihkan pandangan dariku Lebay! Dia pikir aku percaya?"Kelamaan! Buka pintunya!" sentakku mulai jengah. Dia mengusap wajah kasar dan menekan tombol samping kanannya, dia tampak frustasi.Cepat aku keluar setelah bunyi klik, lantas melangkah gesa ke depan mobil, saat bersamaan.Andi pun tiba. Untung anak itu tepat, kalau nggak, bisa saja aku jalan kaki sampai rumah bila ojek pun tak muncul. Begitulah saat emosi jiwa, kadang tenagaku lebih kuat dibanding sebelumnya."Kenapa sih, Mbak, marah terus sama Mas Rio? Padahal orangnya baik, kaya, ganteng lagi." E, e, ternyata anak seumur jagung ini juga sudah dicuci otaknya sama pria egois itu."Emang kamu dikasi apa bilang dia baik?""Pulsa dan jajan, Mbak, hampir tiap bulan malah." Ck! Selain dia egois, ternyata main sogok sama anak kecil. "Mas Rio-""Nyetir aja yang benar. Nggak usah bahas-bahas mas baikmu itu," ujarku memotong uca
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

32. Di Luar Rencana

Panggilan pertama dan kedua diabaikannya. Oke, tak ada alternatif lain, meski lambat chat jadi pilihan. [Balikin ponselku!] tulisku tanpal salam dan embel-embel lain. [Akhirnya ... Ambil sendiri] balasnya dengat emot tertawa dan tak pake lama. Kurang asem betul ini orang, gadi ditelponin nggak diangkat.[Taruh aja di tangga. Ntar Andi ke situ ngambilnya][Mesti kamu sendiri langsung jemput, baru aku lepas. Gimana kalau hilang? Banyak nomer-nomer penting di sini] balasnya lagi dengan mengirimkan gambar HPku yang sedang di utak-atiknya. Jadi menyesal tak memasangkannya pasword. [Apa maumu?] tulisku dengan dada naik turun. Sungguh lancang pria egois itu. Dia pikir aku masih seratus persen istrinya apa? [Pengen rujuk] balasnya dengan emot love berjejer. [Jangan mimpi!][Ayolah, Bulan. Beri aku kesempatan] emotnya lagi memelas.Arhgt! Bicara dengan lelaki ajaib seluruh jagad raya itu, senantiasa membuat jantungku bagai perang di sana. Bisa-bisa aku mati berdiri jika terus melayaninya.
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

33. Pertemuan Pertama Azmi

"Jangan di sana, Ma. Kamarku berantakan, belum sempat berberes selama datang," tolakku halus. "Aku bukan mau melihat kamarmu, Bulan. Ingin bertemu cucu kami," ujar mama, diangguki dua orang di sampingnya. Nampak sekali mereka mengharap. Arght! Sepertinya aku tak punya pilihan, ditambah ibu mendekat ke arah kami, menyambut besannya. Tentulah ibu mendukung mereka. "Oo, iyya. Saya cari Andi dulu kalau begitu." Aku menuju ke bawah tanpa menunggu jawaban mereka. Biarlah mereka bertemu, toh aku tak bisa menghindar lagi, semoga menjadi hal baik bagi putraku. Amin. Sesampai di undakan anak tangga paling bawah, aku memanggil Azmi, lalu memberi kode Andi agar dia menunggu di situ."Teruslah di kamarmu," kata ibu saat melihatku muncul bersama Azmi. Beliau pasti sudah tahu cerita.Mama dan kakak Mas Rio langsung mengambil alih Azmi dari gendonganku saat baru saja memasuki kamar, lantas menciuminya sambil menangis. Papa yang duduk di kursi dekat jendela, tampak membasuh matanya. Sedang Mas Rio t
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

34. Ruang Hampa

"Kami nggak lama, Mbak, harus melanjutkan perjalanan segera. Ada urusan mendesak besok pagi," jelas Azman bersamaan Abi Nailah meletakkan piringnya yang telah kosong."Bermalam saja dulu, Nak. Tak ada kapal yang berangkat malam." Ibu menimpali."Lain kali aja, Tant. Kami lewat darat. Aku yang nyetir," jelas Azman diangguki lelaki datar di sampingnya."Sebenarnya Nailah pengen tinggal di sini sama Ummi dan Azmi. Tapi nggak dibolehin Abi." Nailah menunduk setelah melihat abinya sesaat. Ada sedih di balik wajah putih bak pualam itu. "Tidak apa-apa, Sayang. Dua tiga hari ini, ummi dan Azmi akan ke sana." Nailah langsung terlonjak dengan mata berbinar menanggapinya. "Janji, ya, Ummi." Aku menaikkan jari tengah dan telunjuk membentuk V meng-iya-kannya."Tunggu sebentar," kataku, lalu masuk membungkuskan makanan dan kue-kue untuk di jalan. Juga oleh-oleh buat Simbah, Reta, dan Mas Gading. Sekaligus enam lembar sarung baru -kado waktu nikahanku dulu yang belum tersentuh- untuk Simbah. Be
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

35. Ekspektasi Berlebih

"Kami pulang dulu, Nak Bulan, besok-besok ke sini lagi, oh, ya, nggak papa, kan, Azmi sekali-kali kami bawah ke rumah?" Mama muncul bersama Azmi dalam gendongan kakak Mas Rio. Aku mengangguk lalu mengantarnya turun ke bawah. Untung mereka muncul tepat waktu, jadi tak perlu pusing merangkai kata menjawab Reta. Pernyataan Mas Gading sebelum ke sini membuatku serba salah membahas Mas Rio di depannya. "Makasih untuk hari ini," ujar Mas Rio sambil menyodorkan ponselku yang sempat terlupa lagi. Aku meraih cepat benda persegi itu tanpa ada keinginan menatap wajahnya. Entahlah, rasa takut menghalangi melakukan itu. Takut hatiku melemah, takut ibaku mendominasi, dan takut tak bisa menolaknya. Arght! Sekuat aku menanam benci, ada rasa entah yang begitu menekan."Besok aku ke sini lagi, sekalian bertemu Azmi," ujar Mas Rio lagi. Aku mengangkat kedua bahu sebagai jawaban terserah. Aku tak ingin dia berperasangka lebih, jangan sampai dia mengira aku siap diajaknya janjian.Sebagai anak yang didid
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

36. Tak Sedap Dipandang Mata

Pov Rio Arindra"Aku malu kalau perjodohan itu tak sampai ke pernikahan, Rio. Apa kata orang-orang nantinya? Di mana letak posisi kita sebagai manusia yang dipegang kata-katanya? Kalau tak mampu mewujudkan sebuah janji?" Entah keberapa kali kalimat seperti itu, mama perdengarkan di telingaku. Hingga hari ini, ini, asam lambungnya meningkat dan terbaring sakit di rumah. Bukan karena perjodohan itu saja yang tidak bisa masuk di akalku pada jaman modern dan digital ini. Selain karena sudah punya calon pendamping yang sempurna dan telah berjalan tiga tahun tak terasa. Juga, gadis dipilihkan mama-papa itu adalah sahabat dari kekasih belahan jiwaku.Alangkah tak berfungsinya otak ini, bila Marta yang cantik nan seksi, kutukar dengan ... arght! Namanya saja sangat norak. Bulan? Kayak nama-nama wanita jaman purba saja, Sari Bulan, Mega Bulan, Naga Bulan, Ah, itu nama-nama wanita tempo doloe. Intinya nggak kekinian. Bagaimana bisa mengajaknya ke acara-acara kantor? Kalau namanya aja aneh begi
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

37. Baru Terasa Saat Dia Sudah Pergi

Pov Rio ArindraJantung seakan berderap seperti mau perang ketika mama memintanya melepas jilbab dan aku disuruh memasang kalung di leher wanita tak elok di mata itu. Memang aku tak pernah melihatnya bertelanjang kepala, bahkan wajahnya saja tak pernah kuperhatikan seksama selain ketika bertengkar, berdebat, dan saat-saat emosi jiwa membuncah. Ah, kenapa ada desir aneh saat berjarak beberapa jengkal dengannya? Ternyata di balik pakain tak kekinian itu dia memiliki keindahan alami tanpa menggoyangkan isi dompet. Arght! Harum tubuhnya mulai memorandakan ketenanganku, juga melengserkan persepsi buruk kepadanya. Dia jauh lebih dari wanita yang kupuja.Pertengkaran hebat terjadi saat kami pulang dari mama. Marta membanting foto pernikahanku dengan sahabatnya karena cemburu. Entah kenapa tiba-tiba saja membawa bingkai yang menyimpan momen bersejarah itu. Selain ingin menggantungnya di dinding sebagai jaga-jaga tidak tersingkapnya kebobbrokan rumah tangga akibat ulahku ke keluarga besar. Ju
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

38. Bomerang

Pov Rio Arindra"Mas fikir Bulan akan kembali? Nggak usah buang-buang waktu menunggunya. Kalau aku saja sahabat dikhianati, apalagi kamu yang memang nggak pernah berbuat apa-apa." Marta terus mengomel melihat kamar Bulan telah selesai direnov. Aku membuatnya lebih luas, unik, dan menyambungkan ke taman belakang. Wanita yang telah tersakiti itu paling suka tanaman. Aku mengetahuinya, saat sering tak sengaja setiap pulang dari kantor dan sehabis makan masakannya, terihat dari jendela kamarku dia menanam dan merawat sayur-sayuran jangka pendek. Daun sop, tomat, Cabe, kacang panjang, tersusun rapi beserta bunga. Setelah menyirami tanamannya dia akan menghabiskan sore menatap kilauan cahaya matahari berwarna keemasan sampai lenyap di ufuk barat. Ah, baru kini kusadari, tempat itu sangat damai setelah mengikuti kebiasaannya, itupun setelah dia tiada.Bertambah-tambahlah rasa sesal ini menekan, mengetahui tanaman itu sepenuhnya dia belum nikmati dan pergi. "Mas tak boleh ke mana-mana!
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more

39. Daftar Penyesalan Terpanjang

POV Rio Arindra[Dengar-dengar, mbakmu sudah punya anak, ya?] pesanku pada Rina.Informasi Andi membuatku sangat penasaran. Apalagi pertemuan dengan seorang bocah laki-laki yang sangat mirip denganku di acara ultah anak cabang perusahaan di daeran Tenggara bagian Sulawesi kian membuat harapku besar, sekaligus takut pada waktu bersamaan dengan cerita Andi. Meski tipis aku berharap bocah itu anakku dari Bulan. Namun, takut jika Bulan punya anak dan bukan dariku. Berarti? Bulan telah termiliki di sana dan perkataan Marta yang selalu menjelekkan sahabatnya benar. Wanita yang membuatku rindu setengah mati itu benar-benar pergi karena menghianati? Arght! Masalah yang kian menumpuk mulai tak menormalkan otakku.[Mas mau tahu pasti? Atau sekedar pingin cari kabar saja?][Tentu][Okey! Rina sudah percaya sama, Mas Rio. Karena melihat kesungguhan Mas selama ini][Maksudnya?][Bapak ada di rumah sakit sekarang, mungkin Mbak Bulan datang besok. Jangan sia-siakan kesempatan ini kalau Mas benar-b
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status