Semua Bab Bangkitnya Menantu Tertindas: Bab 211 - Bab 220
275 Bab
Bab 211 - Pertemuan Dengan Raisa kembali
"Aku mau minta saran dari kamu, Bang ..." Ucap Raisa dengan suara tergagap dan pelan setelah terbengong cukup lama karena ia barusan melamun.Sebenarnya yang Raisa butuhkan bukan hanya sekadar saran ; tetapi keterlibatan Aliando dalam misinya menyerang Gading. Namun ia tidak bisa menyampaikan hal itu secara gamblang. Raisa baru saja menatap Aliando selama beberapa detik dengan intens tanpa berkedip.Raisa mendadak merasa bahagia bukan main karena pada akhirnya ia bisa bertemu dengan Aliando lagi. Ingin sekali ia memandangi wajah Aliando lebih lama lagi. Bersamaan dengan itu, muncul perasaan aneh yang langsung bergemuruh di dada. Cinta sepertinya. Tiba-tiba Raisa membayangkan perlakuan manis yang ia terima dari Aliando beberapa hari yang lalu -yang berhasil membuat hatinya berdebar-debar, juga jantung yang berdetak lebih kencang.Raisa refleks teringat dengan kejadian pada saat Aliando menyuruh dirinya makan, mengkhawatirkan dirinya, memberinya dukungan dan nasihat ketika ia sedang
Baca selengkapnya
Bab 212 - Kedatangan Raisa dan Pak Harry
"Bang...boleh enggak...kalau semisal aku dan Ayahku ke rumahmu nanti malam?" Tanya Raisa. Kedua matanya tampak berkaca-kaca. Penuh harap. Kentara sekali jika perempuan itu sedang menahan sesuatu dalam dirinya supaya tidak meledak saja detik itu juga.Mata Aliando menyipit, mencoba menghiraukan air mata Raisa."Mau ngapain?" Tanya Aliando seraya menarik punggung dari sandaran kursi sembari meraih minuman dingin pesananya itu di atas meja, lantas meminumnya."Aku dan Ayahku belum sempat meminta maaf dan berterima kasih kepada Nona Nadine karna pada malam itu Bang Al udah mau turun tangan, ikut menyerang markasnya Pak Raka dan menyelamatkanku juga." Jawab Raisa.Raisa tak tahan untuk tidak menampakan kekecewaannya di hadapan Aliando."Oh...enggak perlu enggak apa-apa Sa...aku bisa menyampaikannya sama Nadine nanti...jadi kalian enggak perlu datang ke rumah..." Aliando menyergah. Menaruh gelas di atas meja lagi. Kemudian, kembali menghempaskan punggung ke sandaran kursi. "Tapi --aku d
Baca selengkapnya
Bab 213 - Bertemu Untuk Yang Terakhir Kali
Setelah Pak Harry selesai bicara, kini giliran Raisa yang kembali meminta maaf kepada Nadine atas perbuatannya dulu yang telah menculiknya. Serta meminta maaf jika ia dirasa cari perhatian dan mencoba mendekati Aliando oleh Nadine.Raisa berkata bahwa ia tidak ada niatan sedikit pun mau mendekati dan merebut Aliando dari Nadine. Bahkan, ia sangat berterima kasih kepada Nadine karena telah memaklumi tindakan suaminya itu yang pada malam itu bersedia turun tangan dan menyelamatkan dirinya dari tangan musuh. Nadine tergelak mendengar hal itu keluar dari mulut Raisa, rasa-rasanya ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dikatakan oleh perempuan itu. Nadine yakin sekali jika Raisa berbohong. Namun Nadine tidak mau memperpanjang urusan itu, ia menganggap perempuan itu sudah mengerti, sudah paham dengan apa yang tadi ia katakan kepadanya. Tinggal menunggu kedepannya saja, jika Raisa tetap saja masih bertingkah, maka, dia tidak akan tinggal diam saja. Karena merasa sudah tidak a
Baca selengkapnya
Bab 214 - Melupakan Aliando
Sebenarnya Pak Harry telah menduga jika Raisa memiliki ketertarikan kepada Aliando, dilihat dari gerak-geriknya belakangan ini, sorot mata dan bahasa tubuhnya yang yang tidak seperti biasanya, juga sering senyum-senyum sendiri tidak jelas. Jadi ternyata memang benar jika Raisa memiliki perasaan kepada Aliando. Dulu, Pak Harry memang sering menggoda Aliando dan Raisa ketika sedang bersama, tapi hanya sebatas gurauan saja.Tentu Pak Harry tidak bisa bertindak lebih jauh lagi setelah mengetahui identitas Aliando yang sebenarnya. Kalau saja Pak Harry masih berkuasa (dengan catatan Aliando adalah orang biasa) Pak Harry akan memaksa Aliando untuk segera menikahi Raisa. Hal itu memang bisa ia lakukan, sebab, Pak Harry adalah salah satu tokoh dunia hitam yang paling dihormati dan disegani. Terkenal kejam dan tak pandang bulu pula, makanya, banyak orang yang tunduk padanya. Tapi sekarang dia telah terpuruk karena pengkhianatan dari orang dalam yang selama ini dia percayai dan lebih men
Baca selengkapnya
Bab 215 - Mau Kasih Paham!
Rizal tersentak, kemudian geleng-geleng kepala, lantas mengurut kening. Ternyata Harry masih sama keras kepalanya seperti dulu. Setelah apa yang terjadi padanya?Rizal benar-benar tidak habis pikir dengan Abangnya itu. "Terserah kau saja lah, Bang! Aku sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan kau lakukan! Aku sudah capek menasehatimu berkali-kali tapi tidak pernah kau dengarkan!" Rizal berseru jengkel. Pak Harry terlihat tak terpengaruh dengan kekesalan Rizal. Wajahnya malah mengeras. Berkata lagi dengan gigi gemeretak."Zal...seharusnya kau itu mendukungku, bukannya malah menyalahkanku seperti itu! Seharusnya kau itu bisa memahami posisiku saat ini. Aku dikhianati oleh orang kepercayaanku. Aku tidak bisa menerima hal itu, Zal!" Kening Rizal berkerut, menatap Pak Harry lagi.Belum sempat Rizal menimpali, Pak Harry sudah bicara lagi dengan emosi yang membara. "Aku harus membuat Gading mati di tanganku!"Rizal mendengus, ia benar-benar sudah jengah menghadapi Harry. Bebal se
Baca selengkapnya
Bab 216 - Kemarahan Pak Damar
Muka Pak Harry jadi semakin tertekuk, pasti saat ini ia terlihat sangat mengenasakan di mata Pak Damar. "Setelah kau menyuruh anak buahmu untuk membuatku babak belur dan sampai masuk rumah sakit. Sekarang, aku melihatmu dalam keadaan cacat begini karna kau mengalami kecelakaan? Itu adalah balasan yang sangat setimpal, Harry." Lanjut Pak Damar. Seringaian lebar kembali menghiasi bibirnya. Bukannya dia senang melihat orang lain kesusahan, tapi apa yang dialami oleh Pak Harry itu tentu saja adalah sebuah pengecualian, karena dia memang pantas mendapatkannya."Ya...sepertinya itu adalah karma untukku, Pak Damar...aku baru menyesali perbuatanku kepada Pak Damar sekarang...maafkan aku ya, Pak Damar karna dulu aku sudah buatmu sengsara dan sampai masuk rumah sakit...sekali lagi...aku minta maaf..." Jawab Pak Harry dalam tundukan kepala. Saat ini ia merasa kerdil di hadapan Pak Damar. Berbeda sekali dengan dulu. Pak Harry langsung bisa mencerna situasi dengan cepat, dengan hanya melihat da
Baca selengkapnya
Bab 217 - Anggia
Pak Harry dan Raisa tersentak secara bersamaan begitu mendengarnya, mencerna dalam sepersekian detik.Kemudian, saling bertukar pandang satu sama lain, tengah menyamakan frequensi.Ruang tamu mendadak lengang. Raisa dan Pak Harry terdiam. Tengah memikirkan syarat yang diajukan oleh Pak Damar tersebut. Sementara Pak Damar menunggu keputusan mereka berdua sembari menenggak minuman di atas meja yang sedari tadi belum tersentuh sama sekali. Air minum itu terasa segar saat melewati tenggorokannya, sebab ia juga baru saja marah-marah, meluapkan emosi yang membuat energinya terkuras habis.Pak Damar yakin sekali jika Pak Harry setuju akan memberikan saham perusahaan miliknya sebesar 50 persen kepada dirinya. Ia sudah mendengar semua keluhan, keputusasaan dan ketidakmampuan mereka berdua dalam merebut hak mereka kembali dari tangan seseorang yang telah mengkhianati mereka. Pak Damar melihat hal itu sebagai peluang bisnis, bisa untuk menambah sumber penghasilan dan sekalian untuk memberi
Baca selengkapnya
Bab 218 - Rencana Yang Akan Segera Dijalankan
Dion dan Dimas lalu menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Anggia. Memperjelas apa yang telah dijelaskan oleh Dimas sebelumnya.Anggia tersentak, sesekali keningnya berkerut, sesekali rahangnya mengeras, sesekali juga mengangguk-angguk. Anggia terdiam untuk beberapa saat setelah keduanya telah selesai menjelaskan. Selagi menunggu Anggia merespon, kedua orang itu kembali saling menenggak minuman di tangan masing-masing sambil menahan senyumnya. Sudah tidak sabar. "Orang itu kaya raya, Mbak Anggia. Kamu dan anakmu akan hidup bahagia nantinya kalau kamu berhasil meyakinkan lelaki itu!" Kata Dion. Mencoba mempengaruhi pikiran Anggia supaya mau diajak bekerja sama. "Dan selain itu, kamu juga akan mendapat bayaran yang tinggi dari kami berdua kalau kamu berhasil melaksanakan tugasmu dengan baik." Sambung Dimas setelah itu. Anggia menatap Dion dan Dimas bergantian, tapi tidak kunjung bersuara. Tiba-tiba rahang Anggia menggeras, tampak berpikir. Ia memperbaiki posisi duduk lebih
Baca selengkapnya
Bab 219 - Terpaksa Membantu Sang Ayah
Aliando mengusap wajah dengan kasar, menatap lekat sang Ayah seraya berkacak pinggang."Kalau Ayah enggak tau caranya, enggak punya ide dan rencana sama sekali, kenapa Ayah sok-sok an bilang mau membantu merebut semua kekayaan Pak Harry dari tangan musuhnya?!" Aliando berseru kesal. Kemudian, Aliando menghembuskan napas berat, melanjutkan kalimatnya. "Ayah...dengarkan Al...yang akan Ayah hadapi itu...bukan orang sembarangan...mereka adalah kelompok mafia, Ayah! Sangat berbahaya!"Pak Damar balas menghela napas. Dia tahu itu. Ia juga tahu kalau tindakannya itu bisa dibilang bodoh. Ceroboh. Tapi ia sudah terlanjur. Sudah tidak bisa mundur lagi. Satu-satunya cara adalah dengan meminta bantuan kepada putranya. Apalagi putranya itu pernah membantu menyerang markas musuhnya Pak Harry dan berhasil mengalahkannya. Aliando yang sekarang sudah jadi orang yang berkuasa. Siapa yang berani menyinggungnya, mencari masalah dengannya, maka, tamat sudah riwayatnya! "Kan ada kamu, Al. Masak
Baca selengkapnya
Bab 220 - Mendapat Persetujuan Dari Nadine
"Emang aku udah enggak mau berhubungan sama mereka lagi, Nad seperti janjiku sama kamu --tapi kalau kali ini itu benar-benar idenya Ayah. Enggak ada hubungannya sama sekali sama aku." Jelas Aliando.Setelahnya harap-harap cemas karena tidak ingin emosi Nadine jadi meluap. Aliando menghela napas, kemudian melanjutkan kalimatnya. "Ayah udah terlanjur bilang seperti itu sama mereka, sayang dan Ayah meminta bantuan kepadaku karna Ayah tidak ada ide dan rencana sama sekali. Aku terpaksa mengiyakan mau membantu Ayah karna yang akan Ayah hadapi itu adalah kelompok mafia. Mereka sangat berbahaya, sayang. Ak-aku tidak mau Ayah kenapa-napa nantinya." Kata Aliando lagi. Suaranya melemah di ujung kalimat. Mata Nadine membeliak seketika itu. Menatap suaminya dan Pak Damar bergantian. Benar kah hal itu?Nadine menelan ludah, jadi ikutan mencemaskan Ayah mertuanya. Ia juga tidak mau jika terjadi sesuatu dengan Ayah mertuanya. "Iya. Itu benar, Nad. Benar apa yang barusan dikatakan oleh Alia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
28
DMCA.com Protection Status