Semua Bab Istri Kedua Suamiku: Bab 1 - Bab 10

34 Bab

Pengakuan

"Nur, buka pintunya!" Ketukan pintu depan terdengar di saat wanita yang bergelar istri itu sedang beribadah. Setelah salam, gegas dia turun ke lantai bawah. Hatinya bertanya-tanya siapa yang datang pada siang hari terik seperti ini. "Mas?" Tatapan kaget Nuraini menyambut suaminya di depan pintu terpampang jelas. Namun, bukan saja waktunya yang tidak biasa lelaki itu pulang kerja. Melainkan dengan sosok wanita di belakang suaminya itu. Tanpa peduli dengan keheranan istrinya, Fahri langsung masuk begitu saja dengan menggenggam tangan wanita yang dibawanya. Lalu mereka duduk di sofa ruang tamu. Nuraini yang masih belum mengerti siapa wanita yang datang bersama Fahri pun tetap bersabar. Diambilnya dua gelas air minum seperti yang biasa ia lakukan kala suaminya pulang kerja. "Minum airnya, Mas, Mbak!" pinta Nuraini. Netranya menatap wanita di samping Fahri dengan penuh tanda tanya. Pandangannya lalu beralih pada tangan keduanya yang saling menggenggam erat. Jauh di lubuk hati Nurai
Baca selengkapnya

Syarat

"Apa syaratnya?" tanya Fahri tak sabar. Dirinya juga sangat bahagia Nuraini bisa menerima Melisa dan calon anaknya. Nuraini menatap netra suaminya yang bersinar. Dia tau tidak bisa menolak, keputusan yang diambilnya juga bukan untuk menyenangkan mereka berdua. Tapi semata-mata dilakukan untuk dirinya sendiri. Walaupun dia mencintai suaminya, bisa saja menginginkan sebuah perpisahan. Akan tetapi, wanita cantik itu tau diharamkan surga bagi istri yang meminta cerai dari suaminya tanpa alasan yang benar. Semua Nuraini lakukan untuk menggapai ridho Tuhannya. Dia sudah mengerti bahwa hanya ada dua jalan bagi istri untuk mencapai surga yaitu ridho suami dan ridho Allah. Ya, Nuraini rela dimadu demi menggapai kedua ridho itu. "Syaratnya, aku ingin tinggal terpisah. Sebaiknya Mas carikan rumah buat Melisa," jawab Nuraini tersenyum. "Memang kenapa Mbak kalo kita tinggal serumah?" tanya Melisa tak mengerti. Melisa terkejut, bagaimana mungkin madunya memiliki pemikiran seperti itu. Dia ber
Baca selengkapnya

Curhat

"Bagaimanapun Nur masih istri, Mas! Hatinya pasti sedih jadi Mas ingin menghiburnya. Mas nggak mau Nur minta cerai karena masih butuh dia. Sampai Mas bisa menguasai semua miliknya baru Mas akan menceraikannya." Tanpa mereka ketahui diam-diam Nuraini mendengarkan pembicaraan mereka di balik pintu. Awalnya dia tidak sengaja karena ingin melihat keadaan adik madunya tapi tak disangka mendapat pengakuan mengejutkan. Nuraini menutup mulutnya yang kaget dengan perkataan suaminya. Benarkah yang dikatakan Fahri, kenapa harus membohonginya. Tak cukupkah luka yang digores karena pengkhianatan. Kini harus ditambah harta miliknya yang ingin direbut. Nuraini masih terpekur di depan pintu, sampai kemudian terdengar tawa cekikan Melisa diiringi lenguhan keduanya di dalam kamar membuatnya tersadar dan jijik. Menatap pintu dengan nyalang dan penuh amarah. Wanita cantik berhijab coklat itupun berlalu dengan perasaan hancur. Dalam satu hari ini sudah berapa kali dia mendapat kejutan dari suaminya. H
Baca selengkapnya

Beli rumah

Fahri beranjak akan pergi dan langkahnya terhenti kala mendengar ucapan istrinya. "Mas, apakah kamu nggak mencintaiku lagi?" Lelaki itu berbalik badan dan tersenyum, "Mas mencintaimu, Nur!" Kamu bohong kan, Mas! Tidak mungkin kamu masih mencintaiku setelah apa yang kamu perbuat padaku hari ini, batin Nuraini mendengus. Dirinya menatap punggung Fahri yang berjalan keluar setelah mengucapkan cinta. Bila dulu kata cinta itu begitu melambungkan Nuraini. Walaupun hidup berdua tanpa anak, bagi wanita berumur dua puluh lima itu tidak masalah. Asal kasih sayang Fahri tidak berkurang maka persoalan lain tidak dia pusingkan. Teringat janji yang dipinta Fahri tadi, Nuraini menghubungi seorang teman. Tidak berapa lama dering panggilan tersambung. "Assalamu'alaikum, Nuraini!" "Wa'alaikumussalam, maaf mengganggu kesibukan kamu Mas Tommy," ucap Nuraini segan. "Nggak apa-apa, hum! Ada apa tumben meneleponku?" Nuraini mentralkan jantungnya yang berdebar, sebenarnya dia tidak ingin lagi berhubu
Baca selengkapnya

Sertifikat rumah

Selesai sholat, Nuraini turun menuju meja makan di mana hidangan yang dimasak tadi ia letakkan. Namun, dirinya kaget mendapati Fahri dan Melissa sedang makan. Dia merasa sedih suaminya tidak mengajaknya makan bersama. Melihat Nuraini muncul, Fahri segera menoleh. Tanpa rasa bersalah berucap dengan entengnya. "Makan, Nur!" "Iya, Mas! Kenapa nggak menungguku tadi?" tanya Nuraini dengan senyum. "Melisa katanya sudah lapar jadi kami makan duluan," ucap Fahri menyikut Melisa yang masih asyik makan. Melisa cuma mengangguk dan meneruskan makannya. Nuraini hanya tersenyum miris melihat madunya seperti orang kelaparan. Diambilnya nasi lalu melihat lauk yang tinggal sedikit, wanita itu menghela napas. "Maaf, Mbak! Lauknya tinggal sedikit abisnya masakan Mbak enak, kalo kurang nanti Mbak bisa masak lagi," celetuk Melisa seenaknya. Nuraini mendengus menatap Melisa, dipikirnya masak itu tidak lelah apa. Akhirnya terpaksa dia makan dengan lauk yang tinggal sedikit itu. Fahri juga terlihat ac
Baca selengkapnya

Awal penderitaan Fahri

Ponsel kembali bergetar menyentak lamunan Nuraini. Masuk pesan dari Tommy yang mengirim foto sertifikat lengkap dengan namanya. [Aini, sebenarnya rumah itu untuk siapa?] "Maaf Mas Tommy, kalo bisa antarkan kunci rumah dengan sertifikatnya hari ini?" balas Nuraini beralih telepon tanpa menjawab pertanyaan Tommy. Di seberang sana lelaki itu menghela napas, Nuraini mendengarnya karena ponsel begitu dekat di bibir. Maafkan aku Mas Tommy tidak bisa memberitahumu yang sebenarnya, batinnya sendu. "Baiklah, kalo itu maumu. Sebentar lagi akan Mas kirim."Nuraini menghentikan obrolan setelah mengucapkan terima kasih. Benar saja tak butuh lama dua puluh menit kemudian seorang kurir berteriak dari luar. "Paket!" Gegas Nuraini turun setelah memakai hijabnya, saat kakinya baru saja menapak di bawah pintu kamar terbuka. Fahri dan Melisa yang keluar dari kamar juga mendengar teriakan paket. "Kamu ada pesan barang, Nur?" tanya Fahri yang melihat istri pertamanya itu buru-buru ke depan. "Iya,
Baca selengkapnya

Kejujuran

Tok, tok, tok! Nuraini terkejut ada yang mengetuk jendela mobilnya. Gegas dihapus air matanya dan membuka kacanya, terlihat seraut wajah lelaki dengan rahang mengetat. "Aini, kamu berhutang penjelasan pada Mas!" ujar lelaki itu yang tak lain adalah Tommy. "Mas Tommy?" "Ya, kamu harus jelaskan apa yang terjadi. Mas sudah melihat sendiri. Kamu beli rumah untuk Fahri, lalu siapa wanita itu?" Nuraini menghela napas, tidak mungkin lagi ditutupi semua kalo Tommy sudah tau. Dia merasa malu dengan keadaannya, pasti lelaki itu akan mencemoh dirinya yang tidak becus mengurus suami. "Aini?" panggil Tommy lagi karena dilihat wanita di depannya jadi melamun. "Jangan di sini, Mas! Kita cari tempat lain aja, di cafe misalnya. Aku akan jalan duluan, Mas naik mobil sendiri aja," ucap Nuraini akhirnya mengalah. "Baiklah, Mas ikuti mobil kamu dari belakang. Tapi kamu nggak apa-apa 'kan menyetir?" tanya Tommy cemas. Nuraini menggeleng dan tersenyum. Nuraini melesatkan roda empat itu dengan stabi
Baca selengkapnya

Kedatangan orang tua

Ponsel berdering, Nuraini mengambil dari dalam tas kecil. Membuka layarnya ada notifikasi pesan masuk lewat aplikasi gagang hijau. Dari Mas Fahri, gumamnya pelan. Nuraini mengerutkan alisnya setelah membaca pesan itu. [Nur, Mas nggak nyangka kalo kamu mengusir Mas karena sudah punya lelaki lain. Kamu selingkuh ternyata, Mas kecewa sama kamu] ditambah emot sedih. Lekas Nuraini membalas pesan suaminya yang telah salah paham. [Mas, kamu salah. Aku nggak selingkuh, lelaki tadi itu adalah pemilik rumah yang aku beli dan dia datang untuk menagih pembayaran] Nuraini terpaksa berbohong tentang siapa Tommy. Dia tidak mau melibatkan lelaki parlente itu dengan masalah rumah tangganya dan Fahri tidak perlu tau juga siapa Tommy. Wanita berhijab itu meletakkan ponselnya di meja. Tommy yang sedari tadi memperhatikan menjadi penasaran siapa yang sudah mengirim pesan hingga membuat wanita di depannya itu mengerutkan alisnya. "Dari Mas Fahri," ucap Nuraini sebelum Tommy sempat bertanya. "Apa ka
Baca selengkapnya

Kemarahan orang tua Nuraini

"Ada yang mengirim pada Papa foto Fahri sedang memeluk wanita di sebuah pusat perbelanjaan. Katakan, apa benar ini Fahri?" Degh! Hati Nuraini mencelos saat Bram menunjukkan beberapa foto di ponselnya. Ranti juga terhenyak dari duduknya begitu matanya menatap foto menantunya itu. "Nak, ini benar Fahri suamimu?" tanya Ranti berusaha sabar. Wanita yang sudah berumur empat puluh lima tahun itu tidak mau marah sebelum pasti tau yang sebenarnya. Nuraini hanya menunduk, haruskah dia mengatakan yang sejujurnya. Ingin disangkal pun foto itu sangat terlihat jelas, pelukan mesra mereka yang dua hari ini selalu diperlihatkan di depannya. "Kenapa diam? Benar ini Fahri 'kan?" Bram kembali bertanya dengan tegas. Lelaki yang masih nampak gagah itu begitu tidak menyukai pengkhianatan. "Katakan saja, Nak! Kami nggak akan menyalahkanmu," hibur Ranti setelah mendengar isakan Nuraini. Bram mendengkus, dia sudah menduga tanpa Nuraini menjawab dengan isakan saja itu artinya memang putrinya sedang meng
Baca selengkapnya

Fahri pulang

"Mama dan Papaku datang, mereka menanyakan Mas tapi aku bilang Mas lagi keluar kota," ucap Nuraini dibuat secemas mungkin agar Fahri tidak curiga. 'Degh! Bagaimana ini kalo mertuaku sampai tau aku menikah lagi. Pasti mereka akan mendepakku,' batin Fahri galau. "Mas, bagaimana bisa sekarang kamu pulang? Tapi jangan bawa Melisa," ucap Nuraini lirih. "Ehm, Mas nggak mungkin meninggalkan Melisa sendiri, Nur!" Nuraini menghela napas, dia sudah tau suaminya tidak bakal mau meninggalkan istri keduanya itu. Ranti dan Bram yang mendengarkan pun merasa geram. Sengaja Nuraini menelepon depan orang tuanya dengan mengaktifkan loudspeaker. "Ya sudah kalo kamu nggak mau, Mas! Aku akan bilang pada orang tuaku kalo kamu menikah lagi. Siap-siap aja menerima gugatan cerai," sergah Nuraini. "Jangan, Nur! Tolong beri Mas kesempatan, jangan bilang pada Papa dan Mama. Mas akan bujuk Melisa biar sementara dia tinggal sendiri dulu," pinta Fahri terdengar memelas. "Apa, Mas! Kamu mau meninggalkan aku?"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status