Semua Bab Istri Kedua Suamiku: Bab 11 - Bab 20

34 Bab

Menyusun rencana

Tapi segera dicegat Fahri, "Apa, mereka di sini seminggu?" "Iya, soalnya orang tuaku super sibuk dan jarang ada waktu. Jadi, saat ini mereka sedang berlibur makanya menginap di sini. Kenapa, nggak rela pisah lama-lama dengan Melisa?" "Bukan, tapi kasihan kalo dia tinggal sendiri apalagi sedang hamil," keluh Fahri kacau. Sudah seperti ini pun kamu tetap tidak bisa berpaling dari Melisa, Mas. Kalo aku mau sekarang bisa saja mendepakmu tapi kalo semudah itu kamu pasti senang. Kamu harus merasakan penderitaan dulu seperti yang kurasakan, batin Nuraini mendengkus. Wanita muda itu membiarkan Fahri termenung di kamar lalu melangkah keluar. Hatinya sakit setiap kali dari mulut suaminya keluar tentang Melisa. Seolah-olah wanita perebut itu lebih penting dari dirinya. "Bagaimana Fahri?" tanya Ranti pelan setelah duduk di samping ibunya. "Dia terkejut saat Aini bilang Mama dan Papa mau menginap selama seminggu. Bukan itu aja, Mas Fahri malah mencemaskan Melisa di sana padahal kita tau oran
Baca selengkapnya

Masa lalu Melisa

[Mas, kamu ngapain sih! Kenapa nggak angkat teleponku?] [Kok cuma dibaca aja] Kembali pesan masuk tapi cuma Nuraini baca saja. [Mas pasti lagi bersenang-senang dengan Nur 'kan. Jangan bilang Mas menyentuh dia] ditambah emot merajuk. Nuraini yang tergelitik pun ingin mengerjai Melisa. Dia berpura-pura menjadi Fahri. Gegas diketiknya balasan sebelum suaminya terbangun. [Iya, memangnya kenapa Mas menyentuh Nur? Dia masih istri Mas, kami baru saja memadu kasih. Mas sangat puas karena malam ini Nur begitu cantik dan menggairahkan] Nuraini cekikan saat mengetik pesan tersebut. Membayangkan Melisa pasti kepanasan di sana, wanita itu begitu senang sambil melirik Fahri yang terlelap. [Mas pasti bohong! Mas sudah janji nggak akan menyentuh Nur lagi sejak aku hamil] [Kalo nggak percaya, Mas akan kirim fotonya] Tidak lama foto Nuraini kirim setelah tanda silang biru berarti sudah dilihat Melisa. Cepat Nuraini hapus kembali agar Fahri tidak curiga. Benar saja ponsel berdering, Melisa memang
Baca selengkapnya

Diusir

Melisa tambah kesal, sambil menunggu dipukul-pukulnya gerbang seraya teriak. "Mas Fahri, Mas ... Aku datang, buka gerbangnya!" Suara cempreng Melisa yang ribut membuat Ranti melongok dari pintu. Wanita itu melihat satpam berjalan ke arah rumah. "Siapa dia?" tanyanya pada satpam. "Katanya istri kedua Den Fahri, Nyonya! Ingin ketemu Den Fahri," lapor satpam. "Katakan aja Fahri nggak ada di sini, usir dia! Jangan sampai Fahri tau kedatangannya," titah Ranti lalu menutup pintu. Satpam segera kembali ke posnya lalu menyampaikan pesan majikannya pada Melisa. "Benarkan kalo saya istri kedua Mas Fahri!" "Maaf, Den Fahri nggak ada di rumah. Jadi, silakan anda pergi!" "Bohong! Mas Fahri pasti di rumah, dia masih tidur 'kan! Pak, biarkan saya masuk. Mas Fahri ... Mas bangun. Kalo nggak aku bongkar pada orang tua Nur tentang pernikahan kita!" teriak Melisa dengan lebih kencang. "Diam, kalo nggak saya pukul!" bentak satpam mengacungkan pentungan. Melisa yang melihatnya menciut, apalagi s
Baca selengkapnya

Drama Melisa

Pukul setengah delapan Nuraini dan keluarga sudah tiba di bandara. Menjejakkan kaki masuk ke dalam sambil menyeret koper menuju tempat penyimpanan tas dan koper. "Mas Fahri ...!" Fahri membulatkan matanya setelah tau siapa yang memanggil. Seketika langkah mereka terhenti melihat seorang wanita memanggil lalu mendekati Fahri. Lelaki itu jadi salah tingkah dan menoleh ke arah Nuraini yang melongo. Wangi parfum yang dikenakan wanita itu tercium begitu dekat. Ranti dan Bram memicingkan mata karena tidak mengenalnya tapi sebersit kecurigaan melanda dalam hati mereka. "Siapa dia, Fahri?" tanya Ranti. "Ehm, kenalkan Tan saya ____" Belum selesai bicara, tangan wanita itu ditarik Fahri keluar. "Mah, Pah, kalian duluan masuk nanti Fahri menyusul. Nur, kamu temani mereka!" desaknya lalu secepatnya membawa wanita itu keluar. "Mah, Pah, Aini mau melihat Mas Fahri. Mama sama Papa nggak apa-apa 'kan di dalam dulu?" "Nggak apa-apa, pergilah! Takutnya nanti Fahri batal berangkat." Setelah men
Baca selengkapnya

Hubungan terlarang

"Fatma siapa?" tanya Bram heran. "Mantan pembantu kita dulu, bukankah dulu saat bekerja di rumah kita dia tiba-tiba hamil. Padahal saat itu belum menikah entah siapa yang sudah menghamilinya," desah Ranti menggeleng, dia masih ingat betul rumah pembantunya karena pernah diantar pulang. Bram yang mendengarnya pun meneguk ludah dan salah tingkah. "Papa kenapa?" Bram menggeleng. Ranti lalu terkenang kisah dua puluh tahun yang lalu. Wanita yang masih terlihat segar itu masih menyimpan memori tentang pembantunya. Kala itu usia Nuraini baru satu tahun, sedang aktif-aktifnya. Saking repotnya mengurus anak, Bram menyarankan agar Ranti mengambil pembantu untuk urusan pekerjaan rumah. Kala itu kehidupan mereka belum seberapa makmur seperti sekarang. Tapi, untuk menggaji pembantu Bram masih mampu. "Bu Ranti, kabarnya ingin cari pembantu ya?" tanya tetangganya saat Ranti sedang mengajak anaknya jalan-jalan sore di sekitar rumah. "Iya nih, Bu! Nuraini lagi senangnya berjalan kesana kemari, s
Baca selengkapnya

Terekam cctv

Usai menuntaskan hasratnya, Bram tersenyum puas. Tatapannya heran saat melihat ke dalam bak mandi tidak menemukan cairan merah. "Fatma, kamu sudah nggak perawan lagi?" Fatma terhenyak, tidak menyangka majikannya begitu memperhatikan sampai kesitu. Di tengah tubuhnya yang lelah, dia pun segera memakai kembali dasternya. "Saya nggak tau, Pak!" jawabnya pelan. "Pasti kamu sudah nggak perawan lagi, jawab aja!" "Saya masih perawan, Pak! Kenapa bapak tanya seperti itu?" "Kamu sungguh polos atau pura-pura nggak tau? Jangan bohongi saya atau ____" Belum sempat Bram meneruskan bicaranya, terdengar ponsel terus meraung minta diangkat. Gegas Bram keluar dari kamar mandi, menyambarnya dan terlihat istrinya memanggil. "Pah, kok belum jemput Mama?" "Papa sibuk, Mah! Banyak kerjaan, sebentar lagi Papa jemput ya!" "Oke kalo gitu, Mama akan ____" "Pak, saya keluar dulu. Bapak lupa pakai handuk, ini saya pakaikan!" Ranti merasa terkejut mendengar suara pembantunya. Sama halnya dengan Bram ya
Baca selengkapnya

Memecat Fatma

Ranti mengedikkan bahu, setelah Fatma keluar dari kamar mandi menegurnya "Kamu kenapa muntah-muntah? Hamil?" Fatma terkejut dan Bram tersedak. Ranti menyeringai melihat tingkah keduanya yang kaget. "Kok Mama bisa ngomong gitu?" "Biasa itu gejala hamil seperti Mama dulu, ayo ngaku siapa yang menghamilimu?" "Bu, saya nggak mungkin hamil! Mungkin masuk angin aja, saya boleh istirahat dulu Bu?" tanyanya sembari melirik Bram yang juga shock. "Ya sudah sana, bawa sekalian air minum," pinta Ranti. Walaupun kasihan tapi mengingat adegan panas itu Ranti pun tidak ingin membantu Fatma. Apalagi dia sampai mengandung anak Bram, hatinya sudah terlanjur sakit. Usai Fatma masuk ke dalam kamarnya, Bram hanya terdiam. Bahkan yang tadinya masih lahap makan sudah tak selera lagi. Pikirannya berkecamuk kalo benar pembantunya hamil, apa yang harus dilakukannya. Istrinya pasti mencurigainya bermain dengan Fatma. Ranti melirik suaminya yang termenung, jujur ada rasa ingin meluapkan amarah jika meliha
Baca selengkapnya

Liburan ke Bali

"Fatma, saya rindu kamu!" gumam Bram sadar dari lamunan sudah dalam kamar Fatma. Memeluk bantal dan membaui aroma tubuh pembantunya. "Pah, kok kamu tidur di kamar Fatma?" pekik Ranti keesokan harinya. Pagi saat bangun, dia tidak mendapati suaminya ada di tempat tidur. Ranti pikir suaminya sudah bangun, saat dicek ke kamar mandi kosong. Dia pun keluar kamar bermaksud ke dapur tapi matanya menyipit melihat pintu kamar Fatma tidak tertutup rapat. Begitu dibuka terkejut ternyata Bram tertidur pulas di ranjang bekas pembantunya. Sebersit cemburu hadir, pasti suaminya masih merindukan Fatma. Begitu besarkah gairah lelaki itu pada pembantu mereka hingga dia tidur di kamar tempat biasa mereka memadu kasih. Bram mengerjap bangun kaget mendengar suara istrinya. "Loh, Papa kok tidur di sini Mah?" "Itu yang mau Mama tanya, kenapa Papa tidur di kamar bekas Fatma?" Ranti berkacak pinggang. Bram cengengesan menggaruk kepalanya bingung. "Mungkin tadi malam Papa nggak sadar, Papa tertidur di ter
Baca selengkapnya

Pengakuan Fatma

Bram bermaksud menghampirinya, tatkala sedikit lagi akan sampai seorang lelaki mendekati wanita itu kemudian melampirkan jaket ke tubuhnya."Ibu kenapa keluar nggak pakai baju tebal, nanti masuk angin!" kata lelaki yang memakaikan jaket tersebut. "Sebentar aja, Pak! Ibu ingin cari udara segar, bosan di dalam terus," jawabnya. "Ya sudah, ayok kita masuk!" Keduanya beranjak pergi dan Bram terkejut saat wajah wanita itu menoleh ke samping. "Fatma?" gumam Bram terhenyak. Walaupun sudah lewat dua puluh tahun, Bram yakin kalo wanita yang barusan dilihatnya itu Fatma. Wajah yang sedikit menua itu masih tersisa kenangan yang tidak mungkin dilupakannya. Kedua pasangan suami istri itu hanya melewati Bram tanpa mengenalnya. Saat tubuh wanita itu bersisian jalan dengan Bram, mata keduanya sempat bersitatap. Lalu senyum mengangguk diterima Bram darinya. "Fatma!" panggil Bram setelah beberapa langkah. Sepasang suami istri itu menghentikan langkah karena ada yang memanggil. Keduanya menoleh
Baca selengkapnya

Talak

Fatma menyunggingkan senyum manis dan mengambil ponsel di saku bajunya. Bram memperhatikan sembari tangannya meraba-raba di tubuh wanita di sampingnya. "Ini Mas!" tunjuk Fatma memberi ponselnya pada Bram yang terkejut setengah mati. "Dia?" "Iya, Mas! Ini anak kita, kenapa terkejut begitu?" Bram menggeleng. "Bukan apa-apa, hanya nggak nyangka sudah sebesar ini!" Bagaimana Bram tidak kaget, foto yang ditunjukkan Fatma sebagai anaknya ternyata adalah Melisa. Pelakor dalam rumah tangga Nuraini, dia masih belum percaya. Apa mungkin Melisa anaknya dengan Fatma tapi kan dia sudah menikah lagi. "Benar ini anakku?" tanya Bram sekali lagi. "Benar, Mas! Kasihan anak itu dari kecil sudah kehilangan Mas, kehilangan ayahnya," jawab Fatma sedih. "Tapi kamu kan sudah menikah lagi, apa Melisa bukan anak suamimu?" Bram masih meragukannya. Sebelum kertas perjanjian itu ditemukan dia tidak akan mengaku. "Melisa anakmu kamu, Mas! Dia ingin sekali ketemu kamu, kasihan dia Mas. Hidupnya selama ini
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status