Home / Urban / Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua: Chapter 81 - Chapter 90

102 Chapters

Bab 81. Perencanaan Menikah

Amira tidak menyadari sejak kapan dia sudah sendirian. Begitu matanya terbuka, ada lagi tubuh besar yang sempat memeluknya erat tadi malam. Gadis itu perlahan menyugar rambutnya, lalu menghela napas. Ada sedikit rasa tidak rela ketika Ramon pergi tanpa memberitahunya. Enggan bangun untuk memulai hari, suara ketukan pintu kamar mengurung niat Amira yang tadinya ingin kembali merebahkan diri. Dengan ogah-ogahan kakinya dipaksa bergerak. Sebelum benar-benar membuka pintu, Amira menyempatkan diri untuk memeriksa wajahnya apakah terlihat baik atau tidak ini menyapa orang di sana. Suara kenop pintu terdengar. Kayu pipih itu pun terbuka, menampilkan sosok menjulang dengan senyum manis menyambut sepasang mata Amira.“Kevin?” “Selama pagi, Amira. Apa aku mengganggumu?” sapa Kevin, sosok yang datang. Amira segera menggeleng sambil mengulas senyum kecil. Keadaannya masih sedikit berantakan. Amira mengelus-elus rambutnya, berusaha terlihat baik. “Ah... tidak. Aku juga baru saja bangun tadi,”
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

Bab 82. Foto Kecil Amira

“Aku melihat Amira pergi bersama Kevin. Ke mana mereka?”Rama baru saja tiba di dalam kamar Ramon. Sebelum masuk dia sempat berpapasan dengan dua orang yang tidak asing itu lagi, Amira dan kevin. Baru saja menemui sang atasan, pertanyaan itu langsung saja menembus rungu Ramon.“Aku tidak tahu,” singkat Ramon.“Apa kau dan Amira sudah tidak ....”Mata Ramon segera menatap tajam pada Rama, membuat laki-laki itu menciut seketika. Ucapannya tidak berlanjut, dan memilih menelan kembali sebelum kobaran api dari mulut bosnya itu keluar.“Kau terlihat nyaman dengan bahasamu itu,” singgung ramon kemudian.Rama buru-buru menggeleng sambil merutuk diri. “Tidak, Pak. Aku hanya mencoba sekali lagi agar nanti diluar aku tidak keceplosan,” kilahnya, memberikan alasan.Ramon memenyunggingkan bibirnya, lalu balik fokus pada layar persegi besar ditangannya. “Katakan, apa lagi yang sudah kau dapatkan?” tanya Ramon, kembali ke topik pembahasan.Rama segera berjalan mendekat lalu duduk dikursi depan Ramo
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

Bab 82. Metta dan Intext besan

Kevin tidak mau berdiam diri saat menyadari Akira sedang tidak baik-baik saja. Kakinya segera melangkah cepat, mengekori perempuan yang punggungnya sudah tak tampak lagi. Kevin buru-buru mengitari seluruh halaman rumah hingga keluar pintu gerbang, tidak menyangka kalau Amira bisa hilang secepat kilat dari pandangannya. Dia tidak menemukan di mana lagi gadis itu. Dan hal yang membuatnya masih bertanya-tanya, kenapa Amira pergi dan sambil menangis? Tak juga dapat hasil, Kevin bergerak cepat menghampiri motor miliknya. Tidak punya waktu lebih untuk mengendarai mobil yang terparkir di garasi. Begitu helm full face itu terpasang, langsung saja motor merahnya itu melaju kencang, berharap kalau Amira belum pergi jauh. **Amira dikejutkan oleh kehadiran Rama telat di tepi jalan saat dirinya hendak keluar dari rumah Kevin. Rama yang kala itu memang berniat mencari tahu di mana kediaman Kevin, lantas saja menyuruh Amira masuk ke dalam mobil miliknya, dan segera membawa Amira menjauh. Melihat
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

Bab 83. Keputusan Amira

“Apa tentang Farah masih berlaku untuk pembuktian perasaanku padamu? Menjadi putri dari orang terpandang adalah hal yang sangat mengejutkan. Aku takut aku tidak akan bisa lagi bertemu denganmu karena kedudukan kita akhirnya sama,” ungkap Ramon, lirih. Dia takut, amat takut saat ini.Ada yang terbakar dalam hati Amira kala mendengar penuturan laki-laki ini. Bagaimana bisa dia berpikir kalau Ramon itu tidaklah mencintainya seperti yang sudah ditunjukkan. Pernyataan Ramon saat ini saja sudah membuktikan semuanya. Apalagi kepala Amira yang bertepatan dekat didada Ramon, membuatnya bisa mendengar dengan jelas degup jantung laki-laki itu.“Aku bahkan ragu, apakah mereka menerimaku atau justru menolak fakta,” kata Amira.“Bagaimana jika sebaliknya? Hubunganku dan Metta tidak begitu baik.”“Apa kau setakut itu, Pak?”Ramon mengerutkan kening, begitu mendengar nada panggilan itu lagi keluar dari mulut Amira. Segera dia meregangkan pelukan dan menatap pahatan wajah Amira yang baginya amat sanga
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

Bab 84. Perang

Pertemuan yang sudah disepakati yang kemarin satu jam lagi akan berlangsung. Amira sudah menjelaskan pada ramon keseluruhan ceritanya dan juga regulasi yang akan mereka hadapi. Tentang fakta yang kemarin, Amira tidak bersedia untuk mengungkapnya. Meski dalam hati kecilnya kenyataan ini adalah hal yang sangat ajaib baginya. Bertemu dengan kedua orangtua yang sudah sangat lama tidak dia jumpai bukanlah hal yang biasa tentunya. Namun, seolah keadaan yang memaksanya, Amira ingin tetap menjadi sebatas rekan saja untuk dua orangtua itu. Amira sudah membuat keputusan akhir!Ruangan yang kemarin kini mulai terisi lagi untuk hal yang sama. Rekan-rekan penting Mettatech sudah berkumpul kembali. Ada banyak cerita dan kisah tentang latar belakang Ramon yang sudah terkuak ditelinga orang-orang Mettatech. Dan hal itu membuat mereka semakin penasaran, apakah pertemuan ini akan membuahkan hasil yang baik. Baik itu untuk rumah mereka sendiri atau untuk rekan yang saat ini akan mereka temui.“Mettatech
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

Bab 85. Amira Putri Metta

“Pak, apa Anda yakin akan membeli saham di Metta? Sepertinya itu terllau berlebihan. Kitak tidak terlalu membutuhkan apa pun dari Metta. Apa sebaiknya tidak teralalu gegabah?” ucap Rama, masih sambil berjalan mengekori langkah Ramon.Tatapan sang atasan itu langsung saja berpindah pada gadis mungil di sisi kirinya yang berjalan sedikit lambat. Amira merasakan tatapan Ramon hingga refleks membalas dengan mendongak menatapnya.“Bagaimana? Kau masih mau lanjut?” tanya Ramon, alih-alih menjawab tanya Rama tadi.“Uh?” Amira mengerjap. “Kenapa bertanya apdaku, Pak? Bukankah kau bosnya?” Amira membuang jauh pandangannya.Ramon menhentikan langkah untuk menatap dengan jelas apa yang ada dalam hati Amira yang disembunyikan lewat tatapan itu. Rama bingung, yang Amira juga ikut menatap heran.“Jalanlah lebih dulu. Aku akan pulang bersama Amira,” kata Ramon menyuruh Rama pulang lebih dulu.“Baiklah, Pak. Saya pamit,” sahut Rama kemudian, lalu melenggang pergi.Amira menatap sorot mata Ramon yang
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

Bab 86. Namina Kembali

“Aku akan memberikanmu waktu untuk membuat Amira kembali merasakan hal yang seharusnya. Jadi tolong lakukan yang benar-benar harus dilakukan. Selamatkan kebahagiaannya sekali ini saja,” kata Ramon lagi.Usai fakta itu lolos dari bibir Ramon, Selena bak tersihir disatu tempat. Matanya membola dengan debaran jantung yang tak beraturan. Ucapan Ramon tadi saja terasa samar di telinganya. Selena hanya bisa membayangkan kejadian kemarin, dan mulai meratapi kenyataan. Dengan cepat bayang-bayang Amira memenuhi kepalanya. Senyum gadis itu memang tidak ada ubahnya dengannya.Amira ... adalah Namina yang hilang. Putri tunggal keluarga terpandang dan pengusaha yang sudah tidak asing lagi namanya.“Bagaimana bisa kau yakin akan hal itu?” tanya Selena, getir.“Jangan tanya apa pun lagi. Anda masih menginginkannya atau tidak?” pungkas Ramon, datar.Kepala Selena kembali menoleh lorong kosong temoatnya berdiri. Buliran air mata kini membasahi wajahnya. Dadanya semakin bergejolak, hampir tidak bisa me
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

Bab 87. Terluka demi Cinta

Tumpukan pasir yang dirancang memang untuk dihajar habis-habisan oleh sang peninju, kini menjadi bahan amukan laki-laki berdarah asli Indonesia tersebut. Buku-buku jemarinya memerah, perlahan melebam. Ada luka yang tidak tahu di mana tepatnya, namun luka itu bak kanker stadium akhir yang terus kian menggerogoti.“Amira itu Namina yang hilang, adikmu.” Kata-kata yang saat ini terngiang ditelinganya. Ucapan yang terlontar dari lisan sang ibu, begitu menegaskan bahwa Maira yang dia taruh rasa cinta itu, berubah menjadi sosok yang tidak seharusnya dia letakkan kasih cinta yang lebih.Kevin berteriak, berdecak, mendengus, dan terus memukulu samsak. Dia meluapkan semua kepahutan realita yang datang tanpa meminta. Harusnya bukan inilah akhir dari kisahnya. Kevin tidak memgharapkan ini terjadi. Tapi ada apa dengan takdir? Kenapa dia selalu saja terjebak di dalam paragraf yang rumit? Bagaimana bisa seorang penulis yang andal selalu menempatkan dirinya di dalam ruang yang rumit?Snungguh naif
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

Bab 88. Boleh Aku menciummu?

“Terima kasih,” ucap Amira pada petugas hotel saat dia mendapatkan kotak P3K yang dia cari. “Kamar yang mana saja. Saya akan tinggal beberapa hari.” Rungu Amira tidak sengaja mendengar suara yang begitu familiar. Kepalanya refleks menoleh pada meja kasir hotel dan mendapati laki-laki jangkung berbalut kaos oblong dengan celana pendek warna senada. “Kevin?” gumam Amira. Memastikan yang dia lihat sungguh benar-benar Kevin, Amira mendekat. “Kevin, kau di sini?” Laki-laki yang disebutnya barusan menoleh saat bahunya disentuh. Tepat saat sepasang bola matanya mendapati wajah Amira, entah kenapa ada luka yang terbuka. Serasa jantungnya dikoyak-koyak begitu saja hanya dengan menatap mata Amira. “Amira?” Kevin hanya bergumam. Gadis itu memindai wajah juga keadaan tubuh Kevin yang terlihat berantakan juga tampak lesu. Mata Amira beralih pada jemari Kevin, dan sontak saja mendapati luka kemerahan di buku-buku jemarinya. Buru-buru Kevin menyembunyikan tangan. Kevin takut kalau Amira akan
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more

Bab 89. Taruhan

Atmosfer semakin hening. Begitu terasa hawa-hawa canggung yang membuat Amira semakin dan makin sulit menahan debar jantungnya. Diamnya Amira menjadi pertanda pada Ramon bahwa permintaannya tadi tidak ada penolakan. Kakinya melangkah satu kali lagi. Jarak keduanya benar-benar terkikis sekarang. Gadis dengan mata bulat itu mendongak sempurna menatap pahatan wajah penuh pesona Ramon. Dan ada apa dengan Ramon malam ini. Kenapa wajahnya terlihat lebih segar dari sebelumnya? Apa karena potongan rambutnya yang baru saja Amira sadari telah berubah?Tangan Ramon meraih kotak putih ditangan Amira dan meletakkannya di atas nakas di belakang Amira. Tangan kekar penuh urat-urat biru samar itu, secara perlahan mulai menyentuh caruk leher Amira yang mana didetik yang sama Amira menutup matanya. Sebuah peluang yang bagus. Sebuah tanda terima yang dia dapatkan. Ramon semakin dibuat berambisi untuk melahap satu kali lagi benda kenyal itu. Saat jarak bibirnya sudah mulai habis dan tersisa beberapa cen
last updateLast Updated : 2023-09-27
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status