Semua Bab Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua: Bab 71 - Bab 80

102 Bab

Bab 71. Kebahagiaan Kevin

Pertemuan itu akhirnya usai. Perbincangan semakin hangat ketika mereka tahu kalau Amira adalah utusan Intext. Dua tahun lalu, Dired di percaya oleh Ramon untuk membuka cabang Intext di Indonesia. Sebenarnya waktu itu Ramon hanya coba-coba saja. Dia tidak terlalu excited mengenai Indonesia. Entah kenapa, dia berpikir kalau di Indonesia tidak terlalu untung jika memulai bisnis yang sekarang ini dia geluti. Namun, keberadaan Dired, sang putra tunggal, memberikan Ramon sebuah ‘kelinci percobaan’ yang mana Dired di perintahkan untuk membuka cabang di sana. Awalnya Dired juga menolak. Sama halnya dengan Ramon, Dired juga tidak terlalu ambil atensi mengenai Indonesia. Tapi apa boleh buat? Ayahnya menitahkannya. Mana bisa Dired menolak meski ingin. Mengagungkan sang ayah adalah bentuk rasa hormat. Dengan menuruti segala perintahnya juga bagian dari rasa hormat. Itulah Dired yang di kenal banyak orang. Begitu tunduk dan patuh hanya pada sang ayah. Usut punya usut. Seperti kata pepatah, ‘man
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-04
Baca selengkapnya

Bab 73. Ramon Berkhianat

Amira memilih untuk menginap di hotel. Selain ingin menyendiri atas semua berita yang dia dapatkan sebelumnya, dia juga ingin mempunyai waktu luang dan minimnya ‘gangguan’ untuk berbincang dengan Ramon. Satu hari penuh dia tidak mendengar suara laki-laki itu. Rindu juga rasanya. Ingin berdebat dengan es yang akan mencair jika terkena gombalan kecil.Amira merebahkan tubuh di atas ranjang usai membersihkan diri juga memakai skincare routine. Ponselnya sudah ada dalam genggaman. Menyadari waktu sudah malam akan waktu yang pas untuk menghubungi Ramon karena di Amerika saat ini matahari baru mulai memuncak. Pasti pria itu masih membenamkan diri di dalam selimutnya! Amira yakin itu. Jelas saja. Sudah dua kali dia menghubungi kontak Ramon namun belum juga dapat jawaban. Amira jadi geram. Awalnya posisi tubuh itu di tidurkan kini berubah duduk bersandar di kepala ranjang. Amira mencoba satu kali lagi. Berharap dan sangat berharap dia menerima jawaban dari panggilannya.“Oh ayolah Tuan Ram
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-05
Baca selengkapnya

Bab 74. Menangislah

Suara ketukan pintu kamar menginterupsi pikiran Amira yang melayang-layang. Kepalanya refleks menoleh ke arah pintu cokelat di sana, lantas berjalan dengan gontai untuk melihat siapa gerangan yang mendatanginya malam-malam seperti ini. “Kevin?” gumam Amira saat punggung laki-laki itu menyapa matanya. Kevin hendak berlalu tadi, tapi kembali memutar badan saat Amira memanggilnya. “Ah... aku kira kau sudah tidur. Itu kenapa aku hendak pergi tadi,” ujarnya menjelaskan. Senyum kecil nan kikuk itu terbit.“Aku belum tidur. Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya Amira. Laki-laki berkulit bersih itu menggeleng pelan, “Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan saja tadi. Tapi aku rasa ini sudah terlalu malam—”“Aku ganti baju dulu. Tunggu,” potong Amira lantas meninggalkan Kevin.Kevin tidak menyangka kalau ajakannya ternyata di terima. Kevin pikir di jam saat ini Amira tidak lagi ingin keluar. Ternyata pucuk dicinta ulam pun tiba. Amira benar-benar obat bagi senyum
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

Bab 74. Kepergian Farah

Malam setelah Ramon meninggalkan Bar Farah, perempuan itu kembali terhasut oleh ucapan Kevin. Dia menginginkan Ramon. Benar apa kata Kevin, bahwa Farah masih saja mencintai Ramon dan berniat ingin menjadi Farah yang dulu untuk laki-laki dingin yang sempat dia miliki itu.Itu kenapa Ramon kini terjebak dalam jerat Farah. Farah menyuruh anak buahnya untuk mencelakai mobil Ramon, dan inilah akhirnya. Ramon berada dalam dekapan Farah yang mana laki-laki itu mengalami kecelakaan ringan. Ramon kehilangan kesadaran dengan kepala yang terbentur pada setir mobil.**Dua jam sudah Ramon tersadar dari siksa kepedihan kepalanya yang terbentur. Dia masih menunggu siapa gerangan yang menjebaknya dan menahan diirnya di dalam ruangan yang dia tempati saat ini. Hanya ada beberapa alat medis. Lainnya kosong melompong.Tepat sekali memang apa yang Ramon tebak dalam kepalanya. Kedatangan Farah tidak lagi membuatnya kaget. Justru dia menghela napas, karena kecewa dengan tebakannya yang benar. Kenapa harus
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-07
Baca selengkapnya

bab 75. Ramon Menyusul Amira

Denyut di kepalanya masih saja terasa nyeri. Seperti ada denting yang terus menyerang telinga hingga berefek sampai puncak kepala. Ramon tidak punya pilihan lain, dari pada dia kembali tidak sadarkan diri, lebih baik meminta bantuan sopir taksi untuk mengantarnya pulang. Setibanya Ramon di rumah, hal yang pertama dia lakukan adalah merambat telepon rumah. Ponselnya pasti sudah tidak ditemukan lagi. Pasti Farah sudah berbuat yang tidak-tidak pada benda pipih miliknya itu. Hanya itulah satu-satunya yang bisa Ramon pikiran. Menghubungi Amira dengan telepon rumah yang baru saja dia letakkan di daun telinga. Satu kali panggilan, Amira tekan menjawab. Ramon sudah menggerutu dalam hati. Harusnya saat seperti ini Amira langsung menjawab. Kenapa pula di abaikan? Sesibuk itulah dia? Oh iya, Amira juga berjanji akan pulang setelah tiga hari. Dan ini, sudah harus ketiga. Apa gadis itu seorang lupa jadwalnya?Sekali lagi Ramon mencoba menghubunginya. Namun, bukannya mendapati suara gadis itu ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-08
Baca selengkapnya

Bab 76. Kedatangan Ramon ke Indonesia

Ramon benar-benar terbang ke Indonesia hanya untuk menemui sang pujaan hati. Ramon tahu bagaimana tabiat perempuan seusia Amira ini. Apahi menjalani hubungan jarak jauh, segala sesuatu yang tidak seharusnya di debatkan, akan mengantar asumsinya untuk terus merasa was-was. Meski masih merasakan sedikit nyeri di beberapa bagian tubuhnya, tak membuat Ramon menunda keinginannya. Menunggu Amira pulang bukan lagi hal yang tepat. Hanya atau hal yang bisa membuat gadis itu kembali, yakni dengan menjemputnya walau harus berdebat sekali pun. **“Jadi bagaimana? Apa kesepakatan untuk membangun kerja sama dengan Intext akan di setujui lagi?” tanya Amira. Ini pertemuan yang di rancang oleh Selena dan Mark, sesuai janji juga kesepakatan Amira.“Aku tidak akan menolak untuk membangun kerja sama dengan Intext bahkan sebelum kalian memintanya. Hanya saja, kami belum mengenal baik siapa founder pusat Intext. Kami takut kalau sewaktu-waktu rancangan juga kinerja masing-masing orang akan berbeda,” sahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-09
Baca selengkapnya

Bab 77. Pembuktian Cinta Ramon

Amira berjalan menuju kamarnya di lantai empat. Dalam langkahnya, kepalanya masih saja memikirkan tentang Ramon yang harus dia bawa ke Indonesia. Asumsi tentang Ramon yang hanya memanfaatkannya masih saja menjadi yang terdepan. Itu kenapa, Amira begtiu terlihat menimbang-nimbang, apakah dia harus menghubungi Ramon atau tidak. Tapi jika tidak di hubungi, apakah kesepakatan yang dia jalani akan lepas begitu saja? Amira sudah memegangi ponsel sejak tadi. Dari dia berjalan di lorong hingga menunggu lift, juga lorong berikutnya untuk masuk ke dalam kamar. Ponsel itu belum juga mendapatkan titah. Hingga getar singkat yang terasa di tangannya, membuatnya langsung mengangkat ponsel yang sudah menyala. Pesan dari Farah. Apalagi ini? Amira segera membuka pesan singkat tersebut tanpa berpikir yang tidak-tidak. Hingga sepasang bola mata yang menyorot pesan itu, dibuat terpaku beberapa detik, hingga detak jantungnya tiba-tiba saja memompa cepat.Buru-buru Amira menurunkan ponsel untuk menghila
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-10
Baca selengkapnya

Bab 78. Cabang Intext

Ramon benar-benar dibuat bingung akan Amira yang menyuruhnya menunggu selama lima menit. Laki-laki yang dibalut kemeja hitam itu ragu-ragu untuk kembali mengetuk pintu. Namun, tangannya tetap saja terangkat lantas menyerukan nama Amita sekali lagi. “Amira! Buka pintunya. Kenapa kau jadi orang tidak berguna seperti ini. Trik apaan ini?”Di dalam sana Amira melirik tajam pada pintu cokelat yang tertutup. Seolah yang sedang di maki lewat tatapan itu adalah si biang onar yang ada di balik pintu kamarnya. Amira lantas saja menyunggingkan senyum sebal, sambil memberikan peringatan pada keamanan hotel. Tak berlangsung lama, dan tidak mendapatkan respons dari Amira, dua orang laki-laki bersetelan jas rapi datang menghampiri Ramon. Ketukan langkah itu membuat Ramon menoleh hingga mengerutkan dahinya, bertanya-tanya. “Maaf, apa ada yang bisa kami bantu?” tanya satu pria yang baru saja datang mendekat. “Tidak. Kau boleh pergi,” jawab Ramon ala kadarnya. “Kami baru saja mendapatkan peringat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-11
Baca selengkapnya

Bab 79. Malam Pertama di Indonesia

Tidak dapat perlakukan yang seharusnya, Amira berlatih mengutuk Ramon lewat tatap kebencian pada pintu kamarnya. Gadis itu benar-benar menyorot tajam kayu pipih itu, seolah menatap Ramon. “Brengsek kau, Ramon! Dasar laki-laki kurang ajar! Tidak tahu diri!” Amira melempar bantal ke sana kemari, meluapkan amarah yang membuncah. Air matanya lolos begitu saja, terus membasahi wajah. Sesenggukan yang terasa kian menyerang, memberikan kepedihan yang teramat nyata bagi Amira. Gadis 26 tahun itu, mendadak menyesal telah menumbuhkan cinta yang tulus dalam dirinya. Jika saja hanya kecewa yang hadir, dari dulu Amira sudah pergi menjauh dari laki-laki bernama Ramon itu! Keadaan Amira sangat berantakan. Rambutnya tidak tertata rapi, juga maskara pelentik bulu kelopak itu menghitam mengelilingi kedua bola mata. Amira menangis tersedu-sedu, sambil membersihkan kembali keadaan diri juga kamarnya.Tidak lama kemudian, saat waktu sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam, pintu kamarnya kembali di ket
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-12
Baca selengkapnya

Bab 80. Mengakuisisi Mextech

“Bagaimana jika induk Intext tahu tentang Mettatech?”Selena memijat pelipisnya sambil mendesah resah. Pertanyaan suaminya barusan membuatnya sejenak ingin keluar dari lingkup dunianya. Ada getir yang tiba-tiba menyerang, juga ada rasa tidak rela yang membuncah menolak kebenaran.“Aku tidak tahu. Tapi aku rasa, founder induk Intext itu tidak akan tahu tentang hal ini. Bukankah yang mengelolanya ayahnya Dired? Aku rasa dia tidak tahu-menahu tentang cabang mereka. Tapi ....” Selena menahan ucapannya. Dia melirik suaminya yang ikut menatapnya. “Tapi kenapa?” “Tapi bagaimana jika dia tahu? Metta akan dikuasai olehnya. Belum lagi kita sempat menolak tawarannya waktu itu. Dan juga, orang-orang menyebutnya manusia dengan watak yang super arogan. Aku tidak takut, Mark. Aku hanya tidak rela. Metta sudah seperti sayap untukku. Jika sayapku patah, maka aku tidak akan berguna untuk apa pun lagi,” sambung Selena. Kilat keresahan benar-benar terbit dari dua bola matanya. Mark ikut menghela nap
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status