"Akhirnya surat itu keluar juga. Abang nunggu-nunggu banget dari kemaren."Aku menganggukkan kepala pada Bang Fino, memang kami menunggu surat itu datang, akhirnya sekarang datang juga. "Lumayan lama juga ya." Papa berkomentar. Entahlah, aku memegang perutku, kemudian mengusapnya perlahan. Semoga ini adalah keputusan yang terbaik. "Setelah ini, kita langsung ketemu sama Reyza buat nanyain perkembangan lacakan nomor teleponnya. Dia katanya lagi perjalanan ke sini.""Oke, Bang. Aku kayaknya mau bersih-bersih sekalian ganti baju dulu sebentar di kamar.""Ya udah, jangan lama-lama, nanti Abang panggil ya." Bang Fino mengusap kepalaku. Aku beranjak, tetapi kemudian duduk lagi, kepalaku agak pusing sedikit. "Kenapa, Dek?" tanya Bang Fino lagi, dia penasaran, begitu juga dengan Mama dan Papa yang memperhatikanku. "Kepalaku agak sedikit pusing, Bang.""Ya ampun. Ya udah, kamu biar dibantuin sama Rumi aja ya ke kamar, atau perlu Abang bantuin?""Gak perlu, Bang. Cuma agak pusing sedikit
Baca selengkapnya