Semua Bab Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku: Bab 31 - Bab 40

120 Bab

Bab 31

"Akhirnya surat itu keluar juga. Abang nunggu-nunggu banget dari kemaren."Aku menganggukkan kepala pada Bang Fino, memang kami menunggu surat itu datang, akhirnya sekarang datang juga. "Lumayan lama juga ya." Papa berkomentar. Entahlah, aku memegang perutku, kemudian mengusapnya perlahan. Semoga ini adalah keputusan yang terbaik. "Setelah ini, kita langsung ketemu sama Reyza buat nanyain perkembangan lacakan nomor teleponnya. Dia katanya lagi perjalanan ke sini.""Oke, Bang. Aku kayaknya mau bersih-bersih sekalian ganti baju dulu sebentar di kamar.""Ya udah, jangan lama-lama, nanti Abang panggil ya." Bang Fino mengusap kepalaku. Aku beranjak, tetapi kemudian duduk lagi, kepalaku agak pusing sedikit. "Kenapa, Dek?" tanya Bang Fino lagi, dia penasaran, begitu juga dengan Mama dan Papa yang memperhatikanku. "Kepalaku agak sedikit pusing, Bang.""Ya ampun. Ya udah, kamu biar dibantuin sama Rumi aja ya ke kamar, atau perlu Abang bantuin?""Gak perlu, Bang. Cuma agak pusing sedikit
Baca selengkapnya

Bab 32

"Udah gila itu orang!""Sabar, Bang." Rumi langsung memegangi lengan Bang Fino, dia menggelengkan kepala. Situasi sedang genting sekali. Aku tidak bisa berpikir panjang apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku bingung."Kamu mau pergi ke tempat itu, Dek?" tanya Bang Fino sambil menatapku. Kalau hanya itu saja pilihan untuk bertemu dengan Putra, akan aku lakukan, meskipun risikonya besar sekali. "Jangan aneh-aneh, Dek. Kita gak tau apa yang disiapkan oleh mereka di sana. Mana suaranya juga gak kenal lagi. Entah siapa mereka itu." Bang Fino masih saja tersulut emosi. "A—apakah Pak Fino dan yang lain sudah berhasil untuk menemukan Putra? Kamu dari pihak sekolah minta maaf sekali karena lalai dan gagal untuk menjaga Putra.""Halah! Sekolahan ini tidak pantas untuk mendapatkan predikat terbaik. Harusnya dibubarkan saja sekalian! Kalian ini tidak bisa menjaga keselamatan murid dengan baik." Bang Fino kembali emosi. Aku menghela napas pelan, sudah pusing ditambah pusing dengan teriakan
Baca selengkapnya

Bab 33

"Mobilnya Mas Guntur?" Fredrin langsung menoleh ke aku. "Guntur itu nama suami kamu, kan?""Iya. Itu mobilnya Mas Guntur, suami aku yang sekarang kita hendak bercerai." Aku mengingatkan itu lagi, aku tidak mau disebut sebagai istrinya Mas Guntur lagi. "Astaga." Kami diam sejenak menatap ke depan. Aku mengusap wajah, apakah semua yang kamu pikirkan benar? Apakah yang di depan benar? Mobil Mas Guntur jelas sekali terparkir di sana. Apakah memang benar Nada ikut campur dalam urusan ini dan dia adalah pengkhianat yang sebenarnya? Dia yang membantu Mas Guntur?"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Bang Fino. Ternyata kami tidak salah dengan datang kesini tadi, justru di sini kami mendapatkan jawabannya. Entahlah, aku bingung harus melakukan apa sekarang, aku kaget, syok sekali melihatnya. "Foto dulu sebagai bukti." Bang Fino dengan cepat mengeluarkan ponselnya, kemudian memfoto mobil Mas Guntur yang terparkir di sana. "Apakah kita harus masuk ke sana?" tanya Bang Fino tidak
Baca selengkapnya

Bab 34

"Ka—kamu ngapain di sini?!" Aku mundur satu langkah, menelan ludah susah payah. Tatapan pria itu seperti mau menelanku hidup-hidup. "Sudah lama sekali sejak kejadian itu ya, Dina."Dia adalah sepupu Mas Guntur. Aku punya masa lalu yang kelam dengannya, ketika kami hanya berdua di rumah dan Mas Guntur tidak ada. Astaga, aku sulit sekali untuk membayangkan itu, bahkan tidak ada yang tau mengenai hal ini. Baik itu Mas Guntur, Bang Fino, Rumi, atau pun Mama dan Papa. "Bawa anak menyebalkan ini kemana pun. Jangan sampai dia tau ada di mana."Orang suruhan pria itu langsung mengangguk, kemudian membawa Putra entah kemana. Di depan gelap sekali, aku menelan ludah. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa kah aku harus memberontak? Pria itu melangkah mendekatiku. Aku langsung menatapnya galak. Sungguh, aku tadi nya mengira yang melakukan semua ini adalah Mas Guntur atau setidaknya Weni, atau malah Ratih. Kenapa malah jadi dia? Ini aneh sekali. "Pasti kamu mengira Guntur atau istri kedua
Baca selengkapnya

Bab 35

"Ingin berbicara denganku? Apa lagi mau nya itu? Jangan bilang kalau dia mau memaksakan kehendaknya yang tidak jelas."Sungguh, aku tidak habis pikir lagi dengan jalan pikiran pria itu. Untungnya dia sudah tertangkap sekarang, jadi aku tidak perlu memikirkan untuk kejar-kejaran dengannya lagi. "Aduh, gak tau kalau itu, Dek. Tapi polisi tadi bilang, pria itu ingin memberikan pesan terakhir pada kamu." Abangku itu tampak mengingat-ingat apa yang dikatakan oleh polisi tadi. Keningku langsung terlipat mendengarnya. "Memangnya dia mau dihukum mati? Kayaknya gak bakalan seberat itu deh, pakai bilang pesan terakhir segala.""Entah. Abang juga gak paham." Bang Fino mengangkat bahunya. Kalau soal beginian dia memang tidak mengerti. "Nanti aku minta temenin Fredrin atau Reyza aja deh." Bang Fino langsung menoleh ke aku dengan wajah cemberut. "Kamu gak mau ditemenin sama Abang?"Eh? Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Kenapa malah jadi begini? Bang Fino memang sering sekali cemburu. "Kan
Baca selengkapnya

Bab 36

"Kan aku sudah pernah bilang, aku gak ada hubungan apa pun lagi dan aku gak mau berhubungan dengan Weni, Mas Guntur atau siapa pun itu.""Din, tolong Weni. Kamu akan menyesal kalau gak nolongin dia setelah dengar cerita dari aku."Cerita? Tetap saja aku menggelengkan kepala. Bagaimana pun juga, Weni sudah berselingkuh dengan Mas Guntur dan dia tanpa malu menikahi Mas Guntur. Entahlah, aku sudah muak sekali mendengarnya. Bodo amat dengan semua itu. Aku tidak akan menolong orang yang bahkan tidak peduli juga denganku. Untuk apa?"Suruh saja suami nya itu untuk menolongnya. Bukan kah pilihannya sendiri untuk menikahi Mas Guntur?"Aku langsung mematikan telepon, kemudian melanjutkan langkah. Tidak ada yang berani untuk bertanya padaku. Aku sudah gerah sekali, ingin teriak saja rasanya. Kami menuju ke rumah sakit dulu. Aku menoleh ke Bang Fino yang menggaruk rambutnya. Dia tampak ingin menanyakan sesuatu padaku, sepertinya tentang Nada yang meneleponku tadi. "Abang mau nanya sesuatu?" t
Baca selengkapnya

Bab 37

"Sini Dina!" Nada kembali melambaikan tangan. "Jangan-jangan mereka mau menjebak kita. Hati-hati, Dek."Baiklah. Aku menganggukkan kepala pada Bang Fino. Kami memang harus hati-hati dari pada kena jebakan dari Mas Guntur atau pun Weni. Entah kenapa si Ratih ada di situ. "Halo, Dina." Ratih tersenyum padaku. Aku sama sekali tidak menjawab sapaannya. Hanya melirik wanita itu sinis, kemudian ikut duduk di sebelah Bang Fino. Ada keterkejutan di wajah Ratih, dia langsung menoleh ke Nada yang tampak langsung menenagkan wanita itu. "Apa mau kalian? Langsung bilang aja, saya gak punya banyak waktu buat basa-basi." Aku melipat kedua tangan di depan dada, menatap mereka. Ratih menundukkan kepalanya. "Aku minta maaf dulu sebelum menyampaikan apa maksud dan tujuan kami di sini, Din."Untuk apa? Untuk apa lagi meminta maaf? Aku sudah muak sekali mendengar semua ini. Aku menghela napas pelan, menunggu Ratih untuk melanjutkan kalimatnya. "Aku di sini mau minta bantuan kamu untuk bantuin Weni,
Baca selengkapnya

Bab 38

2 tahun kemudian ...."Ma, tadi aku diejekin di sekolah.""Oh ya? Kenapa, Sayang? Ada yang nakal? Kamu gak papa kan? Langsung bilang ke guru?" tanyaku sambil mengusap kepala Putra. Putra baru saja kembali dari sekolahan. Aku menatap nya yang tampak sedih, sementara aku juga sedang kerepotan mengurus Putri yang sudah berusia satu tahun lebih. Pembantu yang biasa membantuku sedang pulang kampung, besok baru kembali dari kampung. Aku juga agak kerepotan kalau mengurus anak-anak sendirian sementara aku juga harus bekerja. "Putra diapain tadi, Nak? Bilang aja ke Mama. Nanti biar Mama yang bilang ke guru kalau Putra dinakalin." Aku menatapnya yang menggelengkan kepala. "Mereka bilang Putra gak punya Papa lagi. Kan Putra jadi sedih. Memang nya kenapa kalau gak punya Papa lagi, hampir aja Putra ajak berantem dia tadi, tapi nanti Mama sedih." Putra menundukkan kepalanya. Astaga. Aku menelan ludah mendengar cerita dari Putra, kemudian langsung memeluk anak sulungku. "Makasih, Nak. Jangan
Baca selengkapnya

Bab 39

"Kalian saling mengenal?"Kami langsung menoleh ke Pak Alvin. Aku menelan ludah, kemudian menggigit bibir, apa yang harus aku jawab?"Ah enggak, Vin. Saya memang pernah mengenal Dina, jadi nya ya kaget karena gak pernah ketemu lagi akhir-akhir ini. Udah lama banget gitu.""Oh gitu." Meskipun menganggukkan kepala dengan apa yang dikatakan oleh Reyza, Pak Alvin tetap saja menyipitkan mata, masih tidak percaya. "Maaf Vin saya agak terlambat, karena memang tadi masih ada kesibukan di rumah sakit. Lagi ramai sekali, Vin.""No problem Rey, saya agak penasaran aja soalnya kalian tadi saling nyebutin nama masing-masing. Saya kira kalian saling mengenal atau punya hubungan begitu?""Ah, tentu saja tidak. Saya juga belum mengenal siapa Ibu yang sedang duduk itu kok. Boleh saya duduk?" tanya Reyza membuat Pak Alvin menganggukkan kepala. Aku menghela napas pelan, sedikit karena ragu, sedikit juga karena penasaran dengan respon dari Reyza. Apa kah benar dia tidak peduli lagi? Atau bagaimana kons
Baca selengkapnya

Bab 40

"Jadi semua nya masih gara-gara saya, Om?" tanyaku agak sedikit tidak percaya dengan perkataan Papa Reyza. "Masih gara-gara kamu?" tanya Papa Reyza agak sedikit tidak mengerti dengan pertanyaanku barusan. Aku menganggukkan kepala, bukan kah masalah ketika Reyza belum menikah kemarin itu juga gara-gara aku?"Oh itu." Papa Reyza menganggukkan kepala nya. "Iya begitu lah, Din, tapi tolong kamu jangan jadi merasa bersalah karena semua ini. Semua nya udah tertulis di takdir."Aku menghela napas pelan, tetap saja, masa iya si Reyza tidak menikah gara-gara aku sih. "Kamu udah ketemu lagi sama Reyza, Din?" Mendnegar pertanyaan Papa Reyza, aku terdiam sejenak. Apa yang harus aku katakan? Apa kah aku harus berbicara yang sejujurnya?"Kamu tenang aja, Om gak bakalan ngasih tau ke Reyza soal Om yang ketemu sama kamu. Ya, mau bagaimana pun juga kamu punya kehidupan yang bakalan lebih baik lagi, jadi untuk apa mengingat masa lalu dan harus sama Reyza? Cinta juga gak bisa dipaksain meskipun kamu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status