Semua Bab Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku: Bab 101 - Bab 110

120 Bab

Bab 101

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya nya dengan suara dingin. Apa yang kami lakukan di sini? Tentu saja kami sedang mencari Putri. Aku menatap Guntur yang seperti tidak punya rasa bersalah di situ. "Di mana anakku, hah?! Kamu sembunyikan Putri di mana?!""Anak apa sih? Aku gak paham ya sama apa yang kamu ucapkan."Lihat kan, dia bahkan tidak peduli sama sekali. Aku mendelik pada nya. Tidak bisa kah dia bicara yang jelas? Harus nya dia itu bilang sama aku, kenapa dia menculik Putri sih?Sudah pasti dai yang menculik Putri, aku langsung masuk ke dalam rumah itu. Ditinggal oleh Weni, dia semakin gila saja. "Heh! Apa yang kamu lakukan di sini? Keluar dari rumah ini!" Dia membentakku. "Kamu tidak punya hak ya untuk datang ke rumah ini. Mau ngapain kamu setelah menghancur kan seluruh kehidupan aku, hah?!""Kamu yang mau apa setelah semua nya yang sudah kamu lakukan? Itu semua kan balasan atas semua kesalahan kamu di masa lalu. Aneh, sekarang malah menyalahkan aku, padahal kamu sendir
Baca selengkapnya

Bab 102

"Eh?! Enggak Bun, bukan suami aku." Aku tersenyum, berusaha untuk memperbaiki posisi duduk. Aku jadi gugup sendiri. "Loh terus siapa, Sayang? Kamu sudah punya anak, Nak?""Sudah, Bunda. Anak kandung aku sudah dua, ini aku juga sedang mengandung." Aku menundukkan kepala, menatap ke perut aku sendiri. "Oh ya? Ya ampun, Bunda sudah punya banyak cucu ternyata. Ini kan Papa nya? Ya ampun, Bunda bangga banget sama kamu, pengen ketemu sama cucu Bunda yang lain juga."Bunda bahkan langsung memegangi perut aku. Ya bukan Bang Fino juga Papa anakku. Aduh, bagaimana sih bunda?"Ini Abang aku, Bun. Sepupu dari Mama angkat aku." Aku diam sejenak. "Oh, Abang kamu." Bunda langsung senyum-senyum sendiri, mungkin dia memang tadi mengira kalau Bang Fino adalah suami aku. Menyebalkan sekali itu."Lalu suami kamu di mana, Nak? Kenapa tidak mengantarkan kamu ke sini? Bunda juga ingin melihat dia."Aku mengembuskan napas pelan, bagaimana ya cara menjelaskan nya pada Bunda? Aku bingung sekali. Aku menggar
Baca selengkapnya

Bab 103

"Kamu apa?" tanya Ayah angkat ku itu. Aku menelan ludah, aku takut sekali, bahkan aku langsung menoleh ke Bang Fino yang juga langsung berdiri. "Tidak, tidak papa." Aku mengusap wajah, aku takut. "Bagaimana, Sayang? Kamu pasti senang sekali karena baru saja melihat ayah angkat kamu kan? Bunda senang banget akhir nya kamu bisa ketemu dengan dia. Ah iya, Mas. Kamu sudah mengenal Dina?"Ayah angkatku itu diam sejenak, kemudian tertawa dan menganggukkan kepala nya. "Sudah kenal, sedikit, Sayang. Aku juga kaget ketika melihat ternyata anak kita ini adalah Dina. Anak yang sejak dulu kamu cari-cari, akhir nya ketemu juga sekarang.""Oh ya? Kamu kenal dengan Dina di mana, Sayang?" Bunda langsung membantu untuk membawakan tas kerja Ayah angkat ku itu. Entah lah, aku mau menyebut nya sebagai ayah angkat atau bukan, aku rasa dia tidak pantas untuk disebut seperti itu. Aku menelan ludah menatap dia. Sungguh, pria itu menyeramkan sekali. "Dulu, Papa nya anak ini adalah partner bisnis aku, y
Baca selengkapnya

Bab 104

Eh?! Pergi yang jauh? Apa maksud dari perkataan Bang Fino? Apa kah dia sedang bercanda? Tetapi tidak ada juga sih letak dia sedang bercanda sekarang. Wajah nya tampak serius sekali. Aku menelan ludah. "Maksud nya apa, Bang?""Abang gak akan ganggu hidup kamu lagi, Dek. Kamu bakalan bebas dari Abang. Kamu bisa memulai hidup baru, tapi izinin Abang buat bantuin kamu dulu ya."Bang Fino ingin pergi? Tetapi aku tidak bisa tanpa Bang Fino. Dia bahkan menemani aku di waktu aku susah. Tidak pernah dia pergi sekali pun. "Dek? Kenapa kamu malah diam saja? Abang butuh jawaban dari kamu."Buru-buru aku menggelengkan kepala. Aku tidak mau Bang Fino pergi. "Abang apaan sih." Aku tertawa pelan. "Jangan suka bercanda deh, Bang.""Abang sedang tidak bercanda." Bang Fino justru melirikku dengan serius, dia tampak tidak peduli dengan apa pun yang aku katakan tadi. "Abang serius Abang akan pergi dari kehidupan kamu setelah ini. Biar kamu juga bisa bahagia dengan anak-anak nanti nya. Lupakan saja sem
Baca selengkapnya

Bab 105

"Hah?!" Dia terlihat kaget sekali ketika mendengar aku selesai mengatakan hal tersebut. "Menyusup ke rumah nya si Guntur? Buat apa lagi, Din?"Weni justru terlihat tidak setuju dengan permintaan aku barusan. Ya memang aku yang salah sih karena aku meminta tolong yang aneh dan tidak-tidak seperti ini. Salahku juga karena malah meminta tolong pada Weni, tetapi aku mau minta tolong pada siapa lagi kalau bukan pada Weni?Haduh, aku pusing banget deh. Aku menatap Weni sambil memohon. "Aku curiga Putri ada di rumah nya Guntur, Wen. Maka nya aku minta tolong ke kamu buat nyari tau semua nya. Kamu bisa gak?" Aku menatap nya dengan tatapan memohon. Wanita yang aku bantu dulu itu langsung terdiam, dia kemudian menundukkan kepala nya, seolah sedang memikir kan permintaan aku. Entah kenapa, memasang satu-satu nya solusi yang bisa membantu aku adalah Weni, entah dia mau membantu aku atau tidak, yang pasti aku sangat berharap pada dia. "Apa kah kamu mau membantu aku, Wen?" tanyaku pelan sekali.
Baca selengkapnya

Bab 106

Hei! Lihat lah, kenapa jadi dia membawa Guntur ke sini?Aku menyipitkan mata menatap Nada. Kenapa dia malah membawa pengkhianat? Ah iya aku lupa kalau dia juga adalah pengkhianat besar. Dasar menyebalkan. "Memang salah aku sudah mau menerima ajakan kamu untuk bertemu di sini." Aku menggelengkan kepala, tidak percaya menatap nya. Weni juga belum bisa menjalankan kan tugas nya, karena aku belum sempat untuk membelikan dia ponsel. Ya, kami ada rencana. Aku menatap mereka bergantian. Sungguh, aku enggan sekali untuk melakukan apa pun ketika melihat ada Guntur yang dibawa oleh nada. "Sudah lah, aku sudah tau mau lagi di sini. Aku mau pulang saja." Aku hampir saja beranjak, tetapi langsung ditahan oleh Nada. "Tunggu sebentar saja, Din. Kenapa sih kamu kayak gitu? Kita ini perlu bicara, bukan hanya marahan doang kerjaan kita.""Bicara? Apa lagi yang mau kamu bicarakan? Dengan membawa pria itu? Udah gila kamu, ya? Aku gak akan mau bicara dengan kamu, kalau kamu membawa pria gak jelas itu
Baca selengkapnya

Bab 107

"Abang setuju sih dengan apa yang dikatakan oleh Hani." Bang Fino mengangukkan kepala. Ada otak utama nya? Ada pelaku utama? Sejujur nya aku paham dengan apa yang dikatakan oleh Hani, tetapi siapa kira-kira? Bahkan kami saja tidak tau kan siapa?"Ini mereka mau ke mana sih? Hutan semua kayak gini?" Aku bergumam kesal, karena sejak tadi kami juga tidak sampai-sampai. Entah mau dibawa kemana oleh Nada dan juga Guntur. "Sabar dong, Dek. Ini Abang juga sejak tadi ngeliatin ke maps, biar kita gak nyasar nanti pas pulang. Terus juga orang suruhan Abang juga sudah ada di belakang kita kalau pun kita butuh mereka nanti nya."Wow, aku agak kaget sih mendengar perkataan Bang Fino, karena beberapa langkah juga lebih maju dari pada aku. Jadi salut pada Bang Ando. Dia benar-benar hebat kalau sudah punya rencana. "Rencana Abang keren banget gila. Aku gak nyangka loh.""Itu juga kebanyakan dari Hani." Aku langsung menoleh ke Hani yang tersenyum dan mengacungkan jempol nya. "Makasih banyak loh,
Baca selengkapnya

Bab 108

"Ya, gak ada yang nyuruh mereka untuk main-main sama kita." Bang Fino mengetukkan jari nya ke atas meja. "Mereka pikir, mereka itu paling hebat dan paling segala nya? Tentu saja tidak, lucu sekali mereka ini." Benar apa yang dikatakan oleh Bang Fino dan juga Hani. Aku sangat setuju dengan perkataan mereka. "Cara main mereka sudah ketebak. Kita bakalan buat mereka menyesal dengan apa yang mereka lakukan. Jangan kira kami ini bodoh."Aku menatap Bang Fino, Hani, dan juga Weni yang sudah siap untuk membantuku membuat kasus ini selesai. Aku sangat berterima kasih pada mereka, karena sudah mau banyak membantuku, apa lagi bang Fino. Sudah jelas sekali kalau harus nya Bang Fino pergi dari kehidupan ku sekarang juga, tetapi ya sudah lah. Memang aku masih membutuhkan dia juga. "Mereka salah kalau mau bermain-main dengan kita. Kita lihat saja, kita akan buat mereka menderita dengan strategi mereka sendiri.""Bagaimana cara nya, Bang? Mereka kan sudah punya strategi yang kuat juga.""Gampan
Baca selengkapnya

Bab 109

"Kerja sama apa?" tanyaku sambil memalingkan wajah. "Kerja sama yang pasti nya bakalan buat kamu jadi senang banget, karena ini akan menguntungkan dari kedua belah pihak, bukan dari pihak aku saja." Dia mengatakan nya ringan dan enteng sekali. "Iya memang nya kerja sama yang kayak mana?"Kesal sendiri deh bicara dengan si Nada ini. Apa yang hendak dia bicarakan? Sejujur nya aku penasaran dia mau bilang apa. "Kerja sama soal Guntur. Aku punya banyak sekali rahasia tentang dia. Bukan kah kamu membenci dia sekali kan?"Kerja sama soal Guntur? Aku menyipitkan mata mendnegar nya. Hmm, entah kenapa aku bisa menebak arah pembicaraan ini mau ke mana. "Wow, sudah datang rupa nya. Kenapa kamu gak bilang ke aku dulu, Din."Kami menoleh, aku menatap Hani yang baru saja datang. Ini akan menarik sekali. "Halo Nada. Akhir nya kita bisa ketemu lagi ya, kamu pasti kangen banget deh sama aku." Hani melambaikan tangan nya. Hanya saja, Nada tampak tidak suka dengan keberadaan nya Hani. Dia bahkan l
Baca selengkapnya

Bab 110

"Dia siapa, Bang?" tanyaku tidak sabaran melihat Bang Fino yang terhenti mengatakan nya. Bang Fino akhir nya menggelengkan kepala nya. Seperti nya sejak tadi dia berusaha untuk mengingat-ingat sesuatu. Namun, malah Bang Fino tidak ingat atau justru Bang Fino ternyata tidak tahu siapa wanita itu? Astaga, aku kira Bang Fino juga ingat, ternyata tidak. Bodo amat deh, aku kesal sekali melihat nya. Kenapa juga dia tidak tau. "Ya udah lah kalau Abang gak ingat juga. Jadi kita gak perlu juga nyumput-nyumput atau sembunyi kayak gini." Aku keluar dari tempat persembunyian kami, yang biasa saja untuk mengambil barang-barang yang sedang aku butuhkan. Aku ke minimarket ini ada tujuannya juga. "Eh, Dina." Bener dugaanku sebelumnya Kalau Guntur pasti akan memanggil aku. Aku langsung menoleh, menatap nya yang melambaikan tangan. Dia tersenyum, berusaha untuk bersikap baik dan juga berusaha untuk mengubah sikap nya yang dulu. Entah lah, dia seperti nya takut kalau kedok nya ini ketahuan, tet
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status