Beranda / Urban / Aku Sang Pria Pemuas / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab Aku Sang Pria Pemuas: Bab 141 - Bab 150

478 Bab

Bab 141: Nyoba Jamu Perawan

Kandi hanya bisa terdiam, saat bidan Cate melepas kerudungnya, hingga rambut panjangnya yang ternyata di semir agak pirang dan berbau harum sampo tergerai.Lalu Cate juga melepas baju luarnya, dengan hanya CD dan beha doang dengan cueknya mengambil handuk. Kemudian cuci muka dan gosok gigi ke toilet, kebiasaan sebelum tidur yang biasa Cate lakukan.Tubuh Cate ternyata putih bersih, bak warga keturunan. Karena Cate memang ada darah warga asli Kalimantan. Ditambah sehari-hari dia juga berpakaian tertutup.Kandi juga baru nyadar, mereka memang tak bawa pakaian ganti. Karena tak ada rencana nginap di kota kabupaten Muara Hitam ini.Begitu Cate selesai, Kandi melakukan hal yang sama, untungnya ada dua sikat gigi baru dan pasta gigi, juga sabun yang sengaja di sediakan pihak hotel.Kamar bertarif 500 ribu satu malam ini lumayan luas, juga bersih dan harum. Serta di lengkapi AC, TV dan ada mini barnya.Sehingga barang belanjan Cate yang banyak tadi di bantu roomboy mengangkatnya, tidak bikin
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-11
Baca selengkapnya

Bab 142: Langga Curiga dengan Kandi

Di sebuah kantor mewah yang berada di Jakarta…!“Mohon maaf pa Langga…kenapa bapak begitu ngotot ingin bertemu Kandi?” Ryana menatap pria yang sempat dia kagumi, dan kini tetap tampan di usia hampir 50 tahunan.Ryana hari ini menghadap Langga di ruang kerjanya yang mewah. Setelah mereka gagal bertemu Kandi, padahal sudah 2X ke rumah pemuda itu yang terkunci rapat. Tanda tak ada orang di rumah tersebut.Langga menatap Ryana, lalu menghela nafas panjang. “Maaf Ryana, aku tak bisa menceritakan pada kamu…ini soal pribadi!”Ryana terdiam dan tentunya tak berani bawel bertanya.“Hmm…jangan-jangan si Kandi anaknya pa Langga, astaga iya aku baru ingat, Kandi kan mencari suami kedua ibunya, apakah pa Langga ini orangnya, suami kedua ibu Nelly Agustin?” batin Ryana, seakan baru ngeh.Tapi tentu saja Ryana tak berani lancang bertanya, apalagi kini dia diminta bos besarnya ini kembali kerja ke ruangannya.Langga setiap 2 minggu sekali berkantor di Jakarta dan 2 minggu berkantor di Banjarmasin. Sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-11
Baca selengkapnya

Bab 143: Kampung Aneh, Warganya Takut Orang Asing

Bukan perjalanan yang mudah bagi Kandi, selain berupa hutan karet, jalan yang ia lewati juga hutan-hutan perawan dan hanya ada jalan setapak.Bahkan ada bekas pertambangan batubara yang menyisakan lubang-lubang yang dalam, tanpa pernah di reklamasi (reboisasi).Kandi sampai berhenti dan memfoto lubang-lubang besar ini.“Potret negeriku…kaya raya, tapi alam hancur, sisakan lubang besar. Yang kaya raya para cukong, warga di sini tetap miskin dan tinggal terpencil…penguasa yang serakah, memberi izin beginian!” batin Kandi geleng-geleng kepala.Kandi melanjutkan perjalanannya, sudah hampir 2,5 jam Kandi memasuki hutan ini, tapi Kampung Enyah yang ingin di tuju belum juga sampai.Kandi terus memacu motor dengan hati-hati, karena tempat yang ia tuju sesuai peta masih jauh. Andai saja jalanan mulus, sebetulnya dekat, tapi ini hutan dengan jalan setapak yang kadang berlumpur, kadang bebatuan cadas.Sehingga Kandi tak bisa memacu motor trailnya dengan kecepatan penuh, harus hati-hati dan waspa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-12
Baca selengkapnya

Bab 144: Bakar Rumah Dukun Emas

Yang membuat Kandi terbelalak, selain terlihat beberapa orang sedang asek menghitung uang, yang agaknya setoran dari warga desa.Juga terlihat beberapa orang aseek mengeloni tiga orang wanita, yang pakaiannya hampir tak utuh lagi, nyaris terbuka semuanya.Wajah wanita-wanita itu agaknya warga desa itu juga, karena postur wajahnya itu khas. Kandi hapal sekali! Kandi lama di Kalimantan ini, sampai usia 13 tahun lalu merantau ke Surabaya, Bagoya hingga ke Jakarta.Mereka agaknya tengah berpesta ria, memanfaatkan keluguan warga kampung di Kampung Enyah ini.“Siapa kamu sebenarnya?” Kandi menatap pemuda ini, awalnya dia pikir pemuda ini polisi yang menyamar.“Aku Pahali, mahasiswa yang kebetulan pulang kampung dan mendengar aktivitas tak lazim di sini. Aku lalu nekat masuk ke kampung ini dan mengintai aktivitas mereka tersebut. Agaknya mereka itu komplotan penipu yang ngaku-ngaku dukun dan bisa rubah tanah liat jadi emas,” bongkar Pahali, hingga Kandi terdiam, nekat juga ni orang pikir Kan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-12
Baca selengkapnya

Bab 145: Kupai Cs Ternyata Musuh Jardo dan Batu Itu Ternyata..?

Kandi mengejap-ngejapkan matanya, saat di bangunkan dengan paksa dan tangannya di tarik agar berdiri. Benar-benar tak pernah mengira kalau dia akan di tangkap komplotan ini.Kandi membiarkan dirinya di bawa ke dekat bangunan yang sudah hangus jadi arang tersebut. Kandi hampir tertawa dalam hati, melihat gundukan tanah yang dikatakan bakal jadi emas kini ikutan terbakar.Setelah sukmanya agak tenang dan dia di suruh duduk di halaman bangunan ini, Kandi lalu menatap wajah ke 7 orang ini, terlihat 3 wanita yang dikatakan Pahali selama ini jadi budak ke 7 nya pucat, agaknya pengaruh hipnotis mulai hilang, hingga mereka terlihat ketakutan.“Jangan menuduh sembarangan, aku malah tak tahu apa-apa isi rumah kalian ini, kenapa menuduh aku membakar rumah kalian, lalu buat apa?” kata Kandi dalam bahasa daerah dengan tenang.Kagetlah Kupai mendengar Kandi malah bisa bahasa daerah sini.“Dia bohong, kemarin dia menolong seorang yang kami kejar, karena memfoto-foto rumah kita ini,” bantah anak buah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-12
Baca selengkapnya

Bab 146: Bertaruh Nyawa Demi Sebutir Intan

Kandi tetap bersikap tenang, walaupun kini dia bersiap-siap juga, karena nyawanya kini benar-benar dalam bahaya. Salah ucap, maka mandau tajam dan panjang itu akan mampir ke tubuhnya.Kupas ternyata sangat cerdik, dia mulai curiga. “Tak mungkin anak muda kebetulan nekat ke sini…pasti batu itu tersembunyi dan dia tahu tempatnya,” batin Kupai.“Sekarang kamu tunjukan di mana batu itu disembunyikan si Jardo! Asal kamu tahu Kandi, Jardo itu musuh bebuyutanku di dalam judi, kami kalah dan menang seimbang!” sentak Kupai.“Tenang dulu Bang Kupai, kalau aku tahu tempatnya. Ngapain aku sampai rela jauh-jauh ke sini, pastinya akan aku cari sendiri bukan? Apalagi batu itu berharga mahal.” Kandi masih coba bernegoisasi.“Benar juga Bang Kupai, mending Abang gunakan kemampuan Abang untuk deteksi di mana batu itu berada kini!” sela salah satu anak buahnya kini mulai terpengaruh ucapan Kadin.Kandi mulai lega, kini ucapannya yang ‘beracun’ mulai pengaruhi anak buah Kupai, Kandi perhatikan Kupai sepe
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-13
Baca selengkapnya

Bab 147: Rencana Licik Kandi Terbaca Kupai

Kedua anak buah Kupai kini sudah di makamkan, mereka kini menjauh dari kuburan itu. Kupai Cs sepertinya trauma, kalau-kalau ada ular kobra lagi mendekat dan mematuk mereka.Kini anak buahnya yang asalnya 6 tinggal 4 orang, Kandi kembali cari akal, bagaimana menyingkirkan yang 4 orang ini.Rencana Kandi ini sangat berbahaya, tapi dia tak punya pilihan lain, Kandi paham, Kupai cs ini bukan orang baik. Kenapa sampai saat ini mereka masih baik dengan Kandi? Karena batu intan belum di temukan.Satu hal lagi, Kandi menyebutkan di mana Jardo merasa tercecer batu intan itu, inilah yang bikin Kandi belum di apa-apakan Kupai cs. Setelah berjalan kembali hampir 2 jam, cuaca berubah gelap, karena sudah dekat malam. Kupai memerintahkan anak buahnya kembali beristirahat dan diminta salah satu membuat api unggun.Kupai menatap heran saat Kandi membuka sebungkus garam, lalu menaburkan di sekitar mereka. “Itu buat apa?” tegur Kupai rada-rada curiga, sampai kini dia masih kurang yakin dengan Kandi.“I
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-13
Baca selengkapnya

Bab 148: Hutan Angker

Tentu Kandi tak mau konyol, dia sama seperti Toro melompat menghindar, hingga tebasan itu luput. Tapi anehnya Kupai bak orang kesurupan. Bukan hanya Kandi yang mau di timpas nya (bacok), Toro juga di kejarnya, seakan tak kenal lagi dengan anak buah sendiri.Kandi tentu saja merasa ada yang tak beres dengan Kupai, kini dia melihat bagaimana kalang kabutnya Toro menghindar timpasan Kupai. Sambil teriak-teriak kalau dia anak buahnya.Craakkkk…lengan Toro kena tebasan mandau tajam ini, Kandi akhirnya tak tinggal diam, kalau dibiarkan Toro bisa tewas.Bukk…sebuah pukulan di punggung dan tengkuk Kupai dari Kandi, membuat pria setengah tua ini pingsan seketika.Kandi mengikat tangan dan kaki Kupai di sebatang pohon, dengan gunakan tali rapia yang sejak berangkat dari markas selalu di bawa Toro.Setelahnya, Kandi mengobati lengan Toro, Kandi membawa obat luka dan perban di tas ranselnya, sehingga luka Toro berhenti mengucur.“Gawat mas Kandi, si Kupai kesambet…hutan ini emank angker hiii..!”
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-14
Baca selengkapnya

Bab 149: Ular Raksasa dan Telor-telornya, Ternyata?

Kandi tenang-tenang saja, dia tidak se-gugup Toro, Kandi juga kini memegang mandau milik Kupai, yang sengaja di bawanya. Setelah pentolan penjahat itu saat kesurupan terjun ke lumpur maut.Toro berteriak sambil melompat menjauh, saat muncul kepala ular sawa alias piton segede kepala bayi. Kandi justru sebaliknya menunggu dengan mandau tergenggam erat di tangannya.Ular piton ini agaknya terganggu dengan bau asap ikan di bakar, sehingga dia keluar dari gua ini. Desisan ular ini makin nyaring dan agaknya dia akan menyerang Kandi, yang sama sekali tak menjauh dari tempatnya semula.Begitu kepala ular ini menerjang, agaknya dia ingin sekalian memilit tubuh Kandi, pemuda ini melompat ke samping ular sebesar pohon pinang dewasa ini. Kandi sebenarnya gentar juga melihat besarnya ular ini.Badan ular ini langsung melilit batang pohon ulin, atau di sebut kayu besi yang tadi berada di belakang Kandi. Inilah yang sebenarnya di kehendaki Kandi. Saat melilit, crassss…dengan sekuat tenaga Kandi m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-14
Baca selengkapnya

Bab 150: Jadi Miliuner Berkat Intan

“Tunggu pa polisi, ini Bang Kadin teman saya,” tiba-tiba nongol seorang remaja dan 5 polisi berpakaian preman ini kaget dan langsung menurunkan senjatanya.“Kalo yang satu ini siapa?” polisi itu langsung menatap Toro.“Dia teman saya pa polisi…!” kali ini Kandi yang menjawab sambil menatap Pahali, agar jangan buka mulut. Karena Toro termasuk orang yang dulu mengejar remaja ini dengan mandau, gara-gara kepergok memfoto komplotan Kupai. Toro yang sudah serba salah kini menarik nafas lega.“Lantas di mana Kupai dan anak buahnya?” polisi yang berpakaian preman dan jadi pemimpin ke 5 polisi ini, lalu bertanya langsung ke Kandi.“Sebaiknya kita cari tempat yang enak buat bercerita,” tawar Kandi, si polisi ini langsung mengangguk.Kini..polisi itu lalu mengajak Kandi dan Toro ke balai desa Kampung Enyah. Disinilah akhirnya Kandi mengungkapkan secara blak-blakan kematian tragis Kupai cs, mulai di patok ular hingga masuk ke lumpur maut.Kandi juga ngaku, dialah yang membakar rumah, yang jadi t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
48
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status