“Tunggu, bicaralah pelan-pelan.” Ren yang masih menyetir bahkan harus menepikan mobilnya dahulu.“Aku mohon pergilah ke rumah sakit dan bawa Sana pergi.” “Tunggu.” Ren mengernyit. “Bagaimana denganmu, kau di mana?” “Aku di rumah. Aku baik-baik saja, hanya dikurung di dalam kamarku. Sekarang kau pergilah ke rumah sakit dan bawa Sana pergi dari sana.” Ren mengangguk. “Jangan tutup teleponnya. Aku ingin memastikan kau tetap baik-baik saja di sana.” Selama perjalanan menuju rumah sakit hanya diiringi kesunyian meskipun sambungan telepon masih terhubung.Hingga—suara lain terdengar. “BRAK!” pintu dibuka dengan paksa. “Mina,” panggil Ren pelan. “Kau menghubungi pria itu?” tanya seorang. “Sudah Dad bilang jangan ikut campur apapun tentang Sana. Kau menghubungi pria itu untuk membawa Sana pergi dari rumah sakit bukan?” Di sisi lain, Mina menatap penuh kebencian pada sang ayah. Bagaimana bisa orang tua bisa melakukan hal seperti ini. Ia menyembunyikan telepon itu di belakang tubuhnya.“B
Baca selengkapnya