"Aku nanti tidur di bawah nggak apa-apa, Mas. Kamu di ranjang." Mas Eris meletakkan kembali cangkir kopinya ke meja. "Takut hamil kamu, Nin?" tanyanya santai lalu tersenyum tipis menatapku. "Dulu aku memang berharap bisa mendapatkan keturunan darimu, Mas. Tapi sekarang nggak lagi. Kasihan anakku kalau punya ayah dzalim sepertimu." "Hanin!" Mas Eris menggebrak meja saking geramnya. Apakah kata yang kuucapkan keliru? Kurasa nggak. Wajar jika aku tak lagi menginginkan keturunan dari suami seperti Mas Eris bukan? "Ibu dan bapak sedang pergi. Jadi, kamu jangan berbuat aneh-aneh, Mas." "Aneh-aneh apanya? Jelas kamu masih sah menjadi istriku. Wajar jika suami istri tidur bersama. Kamu yang aneh, Nin. Bukan aku." Aku sengaja terkekeh. Geli mendengar ucapannya yang terdengar lucu di telinga. "Kesalahan apa yang dilakukan Mas Eros sampai membuatmu sebenci itu padanya, Mas?" Lagi-lagi Mas Eris menatapku geram. "Maksudmu apa? Tak perlu ikut campur masalahku dengan Eros. Kamu tak akan paha
Last Updated : 2023-07-15 Read more