Home / CEO / Kesempatan Kedua / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Kesempatan Kedua : Chapter 11 - Chapter 20

88 Chapters

Bab 11. Tidak Layak Menjadi Ayah Keanu

Sepanjang perjalanan, Arletta hanya diam dengan sorot mata yang membendung kemarahan tertahan. Hatinya hancur berkeping-keping dan tersayat, jika berada di dekat Keevan Danuarga. Tidak pernah dia sangka kalau dirinya akan kembali berada di dekat pria yang tak pernah ingin dia lihat lagi di muka bumi ini. Andai saja bukan karena membutuhkan uang, sudah pasti dia memilih untuk pergi sejauh mungkin.“Turunkan aku saja di sini.” Arletta berucap dengan nada dingin pada Keevan, tak melihat ke arah wanita itu sama sekali. Dia lebih memilih Keevan menurunkannnya di halte daripada harus berhenti di lobby apartemennya. Bukan tanpa alasan, Arletta takut kalau sampai Keevan melihat Keanu. Arletta tidak akan membiarkan itu sampai terjadi.“Kenapa kamu ingin berhenti di halte? Apartemenmu masih di ujung.” Keevan menatap Arletta dengan tatapan penuh curiga. Hatinya berat menurunkan Arletta di pinggir jalan.“Aku nggak mau ada yang melihat kalau aku dianter sama kamu,” tukas Arletta ketus, dan dingin
Read more

Bab 12. Pertemuan yang Tak Seharusnya Terjadi  

“Nasha, aku peringatkan padamu ini terakhir kalinya kamu datang ke perusahaanku tanpa bilang padaku. Lain kali kalau kamu mau datang ke katorku, maka kamu harus bilang. Kamu tahu aku sibuk, Nasha. Bagaimana kalau tadi aku sedang bersama dengan client?”Suara Keevan menegur Nasha dengan begitu tegas dan penuh peringatan. Saat ini Keevan tengah mengantar Nasha ke apartemen wanita itu. Dia terpaksa meninggalkan kantor karena dia tidak mau kalau Nasha sampai membuat ulah.Keevan kesal melihat Nasha yang selalu datang, tanpa sama sekali bilang padanya. Pasalnya Nasha selalu memeluknya di depan muka umum. Tentu jika di hadapan client pasti dirinya malu akan sifat Nasha.Bibir Nasha tertekuk dalam kala mendengar ucapan Keevan. Wanita itu memeluk lengan Keevan seraya berkata manja, “Memangnya kamu nggak kangen aku?”Keevan mengembuskan napas berat, mengatur emosi dalam dirinya. “Turunlah, kalau memang aku menginginkanmu, maka aku akan mendatangi apartemenmu. Ingat apa yang aku katakan tadi. A
Read more

Bab 13. Pertemuan Kedua

Keevan turun dari mobil, dan melangkah masuk ke dalam lobby perusahaannya—menuju lift pribadinya. Sesaat Keevan melirik arloji yang melingkar di tangannya sekilas—waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Artinya para karyawan sudah pulang semua.Hari ini setelah Keevan menemani keponakannya—pria itu memiliki meeting di luar bertemu dengan beberapa client-nya. Hal itu yang menyebabkan Keevan baru kembali ke kantornya sekarang. Sebenarnya Keevan bisa saja untuk langsung pulang ke apartemennya, namun ada beberapa pekerjaan yang ingin dia periksa.Ting!Pintu lift terbuka. Keevan melangkah keluar dari lift, dan hendak menuju ruang kerjanya; tiba-tiba langkah Keevan terhenti melihat Arletta tertidur dengan posisi kepala wanita itu bersandar di atas kertas yang ada sketsa gedung. Keevan yakin Arletta mulai merancang gedung yang sebelumnya dia minta Arletta untuk mengerjakan project baru.Keevan mengembuskan napas kasar. Pria itu sama sekali tidak mengira kalau Arletta akan sampai lembur demi p
Read more

Bab 14. Berbohong Demi Kebaikan

“Mama.”Mata Keevan menatap bocah laki-laki yang tak asing di hadapannya itu berlari ke arah Arletta. Seketika sebutan ‘Mama’ membuat Keevan bungkam seribu bahasa. Tampak sepasang iris mata cokelat Keevan menatap lekat bocah laki-laki yang kini tengah memeluk Arletta. Degup jantung Keevan—entah kenapa tiba-tiba berdetak kencang seakan ingin melompat dari tempatnya.Keevan sempat memejamkan mata sebentar, meyakinkan diri bahwa apa yang dia lihat ini adalah salah, namun ternyata pria itu sama sekali tidak salah. Fungsi penglihatan dan pendengarannya masih sangat baik.“Mama? Mama ke mana saja? Keanu nggak bisa tidur kalau Mama nggak ada di samping Keanu. Mama kenapa pulang malam, Ma?” Keanu terus memeluk erat tubuh Arletta dengan begitu erat.Raut wajah Arletta memucat. Tubuhnya mematung kala Keanu memeluknya. Tenggorokan Arletta tercekat. Lidahnya kelu. Otak Arletta seolah tak mampu lagi merangkai kata-kata. Wanita itu hanya diam. Bahkan dia pun tak menjawab rengekan putranya itu. Buka
Read more

Bab 15. Lebih Baik Mati daripada Menjadi Teman Tidurmu

Keevan menggak vodka di tangannya hingga tandas. Benak pria itu teringang bocah kecil yang tak sengaja bertemu dengannya di siang hari—yang merupakan anak Arletta. Otaknya seakan blank di kala mengetahui kenyataan itu.Lima tahun sudah Keevan tak bertemu dengan Arletta. Wajar kalau Arletta sudah menikah. Terlebih wanita memang akan selalu lebih dulu menikah daripada pria. Akan tetapi entah kenapa mengetahui kenyataan itu membuat hati Keevan menjadi panas.“Shit!” Keevan mengumpat seraya mencengkram kuat gelas sloki di tangannya. Pria itu membenci suasana hatinya yang sangat amat tidak nyaman. Padahal harusnya dia bersikap biasa saja, atau bahkan tak peduli. Tapi dia sendiri tak mengerti kenapa malah seperti tak suka mendengar kenyataan Arletta sudah pernah menikah, dan bahkan sudah memiliki anak.Keevan mengembuskan napas kasar dan memejamkan mata singkat. Pria itu menyambar ponselnya menghubungi asistennya. “Bawakan aku seorang wanita,” titahnya tegas di kala panggilan terhubung.“Ma
Read more

Bab 16. Keanu Rindu Papa

Arletta duduk di kursi kerjanya sambil melamun dengan sorot mata lemah, lurus menatap ke depan. Jutaan hal mengusik pikirannya. Arletta ingin sekali hidup tenang, tapi alih-alih mendapatkan ketenangan, malah mendapatkan beban berat dalam pikiran.Jika bukan karena Arletta membutuhkan uang demi Keanu, maka pasti dia memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaan milik Keevan ini. Hidup Arletta merasa sudah sangat amat tersiksa. Wanita itu lelah selalu melihat Keevan. Ingin dia berlari pergi, tapi semua itu adalah hal yang tidak mungkin. Bagaimanapun, Arletta memiliki tanggung jawab yang besar.Arletta mengembuskan napas kesal. “Harusnya kamu mati saja,” gumannya pelan.“Siapa yang mati, Arletta?” Rima—rekan kerja Arletta—menyapa Arletta yang terlihat kesal. “Ah nggak apa-apa. Aku hanya sedikit sakit kepala saja,” ucap Arletta yang berdusta. Dia tidak mungkin menceritakan pada Rima tentang dirinya dan Keevan. Selama ini tidak ada yang tahu tentang kehidupan pribadi Arletta. Wanita it
Read more

Bab 17. Menjadi Pusat Perhatian

Arletta tak memiliki pilihan lain selain ikut dalam family gathering yang diadakan oleh perusahaan milik Keevan—tempat di mana dirinya bekerja. Sudah satu minggu ini Arletta berjuang untuk meminta keadilan. Pasalnya pemotongan gaji lima puluh persen bagi yang tak ikut family gathering adalah berat. Apalagi untuk Arletta yang sangat membutuhkan uang demi Keanu.Sayangnya perjuangan Arletta adalah sia-sia. Aturan tetap harus berlaku. Hingga Arletta pun terpaksa mau tidak mau harus ikut dalam acara family gathering itu. Andai saja perusahaan di mana dirinya bekerja bukan milik Keevan, maka Arletta akan membawa Keanu.Arletta bagaikan berada di tepi jurang. Jika saja dirinya salah bergerak sedikit saja, dia pasti akan terjatuh. Arletta membenci situasi di mana Keevan melihat Keanu. Semua rencana yang sudah dia niatkan dari awal gagal total. “Mama … Mama …” Keanu berlari menghampiri Arletta yang tengah bersiap-siap ke kantor. Refleks, Arletta pun mengalihkan pandangannya kala mendengar s
Read more

Bab 18. Sekalinya Pelacur, Tetap Pelacur!

“Hmmm…” Arletta menggeliat seraya merentangkan kedua tangannya—merasakan tubuhnya berada di ranjang empuk. Perlahan Arletta mulai mengerjapkan matanya beberapa kali. Bulu mata wanita itu lentik dan cantik—lantas pelupuk mata Arletta mulai terbuka secara pelan.Mata Arletta sudah terbuka. Kesadarannya mulai pulih. Detik di mana kesadarannya pulih—dia langsung terkejut. Raut wajahnya berubah melihat dirinya berada di sebuah kamar megah yang indah.Wajah Arletta memucat akibat kepanikan yang menelusup ke dalam dirinya. Embusan napas wanita itu sudah memberat akibat benaknya mulai muncul hal-hal negative.Buru-buru, Arletta mengalihkan pandangannya ke bawah—melihat tubuhnya sendiri. Embusan napas lega lolos di bibir Arletta. Wanita itu lega tubuhnya masih terbalut oleh pakaian. Sungguh, dia takut sekali. Dia pikir dirinya telah melakukan hal bodoh seperti beberapa tahun lalu.Tunggu! Arletta kembali terdiam. Benaknya berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya sampai membuatnya t
Read more

Bab 19. Apa Kamu dan Pak Keevan Memiliki Hubungan Khusus?

Keevan menyesap wine di tangannya, sambil menatap pemandangan deburan pantai Anyer dari jendela kamarnya. Senyuman samar di wajah Keevan terlukis di kala mengingat Arletta mengamuk karena digendongnya. Itu benar-benar sangatlah konyol. Padahal jelas wanita itu yang tertidur pulas seperti kerbau di mobilnya. Kalau saja Arletta bisa dibanguni, mana mungkin dirinya menggendong wanita itu.Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Keevan mengalihkan pandangannya ke arah pintu—dan segera meminta orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk ke dalam, karena memang pintu kamarnya tak dikunci.“Pak Keevan,” sapa Angga seraya melangkah mendekat ke arah Keevan.Keevan menatap sang asisten. “Ada apa?” tanyanya dingin dengan sorot mata tegas.“Pak, ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan pada Anda,” ucap Angga sambil menundukan kepalanya di hadapan sang asisten.Keevan meletakan gelas berkaki tinggi yang masih berisikan wine ke atas meja. “Katakan, apa yang ingin kamu katakan padaku?” tanyanya lagi
Read more

Bab 20. Fakta yang Baru Diketahui

“Siapa yang mengizinkan kalian berduaan malam-malam seperti ini?”Gelegar suara keras dan tegas terselimuti nada yang penuh amarah—membuat Arvin dan Arletta langsung mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu. Seketika mata Arletta melebar kala melihat Keevan berdiri tak jauh darinya dengan memberikan tatapan yang begitu dingin dan tajam.Entah kenapa, jantung Arletta berdebar tak karuan seakan ingin melompat dari tempatnya. Rasa panik dan khawatir melingkupi diri Arletta. Mungkin rasa takut yang muncul dalam diri Arletta, karena dia khawatir Arvin akan berpikir tidak-tidak.Arletta tak peduli pada Keevan. Yang dia pikirkan adalah Arvin berpikir negative. Pertanyaan Arvin saja tadi sudah menjurus ke mana—Arvin mulai berpikir buruk tentangnya. Itu pasti karena banyak sekali staff yang membicarakan Arletta.Arvin terdiam sebentar melihat Keevan ada di hadapannya. Tak dipungkiri, manik mata Arvin memancarkan sedikit rasa kesal. Akan tetapi, Arvin berusaha untuk mengatur perasaann
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status