Arletta duduk di kursi kerjanya sambil melamun dengan sorot mata lemah, lurus menatap ke depan. Jutaan hal mengusik pikirannya. Arletta ingin sekali hidup tenang, tapi alih-alih mendapatkan ketenangan, malah mendapatkan beban berat dalam pikiran.Jika bukan karena Arletta membutuhkan uang demi Keanu, maka pasti dia memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaan milik Keevan ini. Hidup Arletta merasa sudah sangat amat tersiksa. Wanita itu lelah selalu melihat Keevan. Ingin dia berlari pergi, tapi semua itu adalah hal yang tidak mungkin. Bagaimanapun, Arletta memiliki tanggung jawab yang besar.Arletta mengembuskan napas kesal. “Harusnya kamu mati saja,” gumannya pelan.“Siapa yang mati, Arletta?” Rima—rekan kerja Arletta—menyapa Arletta yang terlihat kesal. “Ah nggak apa-apa. Aku hanya sedikit sakit kepala saja,” ucap Arletta yang berdusta. Dia tidak mungkin menceritakan pada Rima tentang dirinya dan Keevan. Selama ini tidak ada yang tahu tentang kehidupan pribadi Arletta. Wanita it
Read more