All Chapters of Jadi Istri Dadakan: Chapter 71 - Chapter 80
95 Chapters
Pendapat
Hakam mengangkat tubuh Faryn yang tertidur dengan pulasnya setelah menangis saat mobil mereka berhenti. Wanutanya tidak mengatakan apapun. Dia hanya menangis dan terus terisak di pelukannya.Hakam tahu, Faryn hanya ingin mengeluarkan beban di hatinya.Mereka tidak jadi melakukan apapun yang menyenangkan malam ini. Tidak makan malam, tidak bertemu dengan orang tua Faryn, tidak pula khayalan liarnya yang menjadi nyata.Semua gagal total.Pertama kalinya dalam hidup Hakam saat merencanakan sesuatu berakhir dengan hancur berantakan seperti malam ini.Selama di perjalanan pulang, Hakam terus msmikirkan kalimat Faryn sebelum menangis. Menemukan dirinya?Memangnya wanitanya ini hilang di mana?Hakam terus berpikir untuk mengetahui maksud Faryn.Ada beberapa kemungkinan yang mampir di otak cerdasnya. Pertama Faryn meminta untuk dibantu mengingat masa lalu yang sudah ia lupakan. Si istri berharap bisa mengingat kembali.Bukankah Faryn bilang ingatan buruk adalah bagian dari dirinya juga?Yang k
Read more
Hadiah
"Hari ini Bapak akan ada rapat bersama Dewan Komisaris jam 9. Lalu dilanjutkan dengan pertemuan kolega dari PT BAP di Restoran Alaska jam 11," lapor Faryn sambil membaca daftar rapat di tab yang dipegangnya.Bahari melihat jam di pergelangan tangannya. Masih cukup waktu untuk berduaan dengan Faryn. "Tambahkan jadwal sebelum jam 11 ke dalam daftar."Faryn mengangkat wajahnya. Menatap Bahari dengan tatapan bertanya. "Apa yang harus saya tambahkan, Pak?"Bahari tersenyum lebar lalu berucap, "Tambahkan jadwal setengah 10, rapat bersama Faryn Titis Kemala di ruangan Bahari Jatayu."Faryn memiliki firasat tidak enak hanya dengan mendengar jadwal yanh diminta oleh Bahari. "Maaf, Pak. Tapi jika saya menambahkan jam yang tidak ada sebelumnya, akan membuat jadwal di antara jam-jam itu mundur," tolak Faryn halus."Rapat dengan Dewan Komisaris hanya akan memakan waktu sebentar. Sebaliknya, rapat bersama kamulah yang membutuhkan waktu lebih lama."Faeyn tersenyum paksa. Dia pun mengangguk menyetuj
Read more
Spesial
Dokumen yang diberikan Bahari ini bukan dokumen biasa.Ini dokumen surat berharga. Surat kepemilikan sebuah apartemen mewah. Atas nama dirinya!"P-Pak, ini ...," Faryn tergagap. Dibanding bahagia dia lebih merasa bingung.Bingung harus bagaimana, binggung harus mengatakan apa."Ini hadiah ulang tahun kamu. Kemarin saya belum sempat memberikannya," ujar Bahari. Matanya tidak lepas dari memperhatikan ekspresi Faryn. "Kamu ingin hidup kamu terjamin, kan? Saya bisa memberikannya."Faryn menutup kembali dokumen itu dan meletakannya di atas meja. Benar. Inilah yang dia inginkan. Upaya balas dendamnya. Salah satunya adalah mendapatkan sebagian harta Bahari.Seulas senyum manis menghias di bibirnya. "Terima kasih, Pak. Saya tidak menyangka Anda akan benar-benar menepatinya."Bahari mengecup pipi Faryn. Tangannya menggenggam punggung tangan sekertaris itu. "Jika saya sudah berjanji saya akan menepatinya."Faryn mengenal satu orang yang mengatakan hal yang hampir serupa. Kata-kata yang beberapa
Read more
Bantuan
"Kamu nasih lanjut bekerja? Meski sudah di rumah?"Faryn mendongak dari menatap layar laptop. Buru-buru ia tutup layar yangs edang di lihatnya ketika Hakam mendekat."Yah. Ada beberapa pekerjaan yang nggak bisa ditunda," jawabnya berbohong.Hakam duduk di depan Faryn. Matanya menatap bergantian laptop dan sang istri."Boleh pinjam laptopnya?" Tangan Hakam terulur ke depan, meminta pada Faryn.Alis cantik Faryn nyaris bersatu saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Hakam. "Untuk apa?" tanyanya dengan sikap defensif.Akan sangat berbahaya jika Hakam tahu apa yang tengah ia kerjakan."Biar aku bantu kerjakan pekerjaan kamu. Karena kalau aku hanya melarang kamu, sepertinya nggak akan banyak yang berubah."Hakam mulai memikirkan perkataannya pada Faryn. Selama ini ia selalu bertanya-tanya kenapa istrinya selalu lembur. Awalnya dia memang percaya perkataan wanita berambut sebahu itu.Tapi, setelah beberapa kejadian akhir-akhir ini, Faryn yang semakin larut dalam pekerjaannya, mulai membu
Read more
Bukan Spesial
Seharusnya masih besok pertemuan Bahari dengan perempuan berinisal V alias Vani, sahabat baik Lintang. Faryn sudah mempersiapkan segaal skenarionya dengan baik. Jika beruntung, semuanya akan berjalan sesuai rencana."Mbak, Pak Baharinya ada di ruangan?"Faryn yang baru kembali dari kamar mandi, berbalik ke belakang. Seorang satpam berdiri di belakangnya dengan sebuah kotak dan sebuah amplop dokumen di tangannya. Kabar mengenai Faryn yang mendadak menjadi sekertaris, sudah tersiar beberapa waktu lalu. Bahkan sampai membuat heboh dan menciptakan banyak gosip.Tidak heran orang-orang di kantor pusat Jatayu langsung dengan mudah mengenali wajah Faryn, termasuk satpam di depannya ini."Ada, Pak. Kenapa, ya?""Ini ada dokumen dari cabang, mbak. Katanya sudah bilang ke Bapak boleh diantar titipkan lewat satpam."Kurang lebihnya Faryn tahu maksud dari satpam ini memanggilnya. Tentu si satpam ingin dirinya yang menyampaikan dokumen itu pada Bahari mengingat dia sekertarisnya."Oh, begitu."Far
Read more
Persaingan Antar Wanita
Vani sudah menunggu Faryn di tempat mereka melakukan janji temu. Tangannya mengepal setiap kali teringat dengan kejadian kemarin."Maaf, aku terlambat."Vani hanya melirik tajam tanpa mengangkat kepalanya. Lalu berdecih kesal. "Memangnya kamu siapa sampai membuat aku menunggu?" tanyanya ketus.Faryn menyunggingkan senyum miring. "Aku siapa? Oh, kebetulan aku orang spesial untuk 'Om' kamu," jawabnya congkak.Setelah kejadian kemarin, Bahari juga menghubunginya. Mengatakan bahwa dia sudah mengakhiri hubungan apapun dengan Vani. Ia berjanji hanya akan menjadi Faryn satu-satunya perempuan, selain istrinya.Tidak ada Vani, tidak ada perempuan lain lagi.Hidung Vani kembang kempis menahan kesal. Jika tidak ingat di mana mereka berada kini, sudah pasti dia akan menampar pipi Faryn dengan sangat keras."Gara-gara kamu Om Bahari meninggalkan aku. Dia lebih memilih kamu. Memangnya apa bagusnya dari kamu?"Faryn bersandar dengan kaki terlipat. Wajahnya tersenyum penuh kemenangan."Itu berarti ..
Read more
Telepon
Bahari mengunyah manyantap makanannya seperti biasa di meja makan bersama sang istri yang duduk di kursi paling ujung. Mereka terpisahkan jarak yang sangat jauh oleh meja dari kayu jati itu."Kata Linggar, kamu mengangkat Faryn menjadi sekertaris kamu," ucap sang istri memulai percakapan setelah hening yang sangat lama di antara mereka.Bahari mengangkat kepalanya. Menatap sang istri yang sama sekalo tidak balas menatapnya."Ada masalah?"Bahari kembali menyuap potongan daging sapi ke mulutnya. Si istri menoleh, menatap tidak suka pada jawaban si suami barusan."Kenapa dia harus dijadikan sekertaris?"Mereka saling bertatapan. Yang satu dengan pandangan tidak suka dan menyelidik. Yang satunya lagi dengan pandangan tidak peduli."Memangnya kenapa?" tanya Bahari balik.Bukannya menjawab dengan jawaban yang ingin didengar oleh sang istri, dia malah menjawab dengan pertanyaan lagi. Terang saja hal itu membuat perempuan paruh baya di depannya marah."Jawab pertanyaanku dengan jawaban. Buka
Read more
Upaya
Vani tahu dia sudah gagal hanya dengan melihat reaksi Bahari yang menolak penampilannya kemarin saat berkunjung. Padahal itu adalah kesempatan terbaik yang bisa ia dapatkan.Bahari sudah melarangnya untuk menemuinya di kantor maupun di tempat biasa mereka menginap. Bukan sekedat larangan. Namun juga disertai ancaman.Entah sungguh-sungguh atau tidak ancaman itu, Vina tetap tidak berani melanggar ucapan Bahari. Dia masih membutuhkannya. Kalau dia menentang pria itu, bukankah malah akan membuat Bahari makin kesal padanya?Vina menggigit ujung ibu jarinya. Ciri khasnya ketika sedang kehabisan akal. Matanya menatap ke luar jendela kamar. Ekspresinya nampak tengah berpikir keras."Kalau aku hancur, Faryn juga harus sama hancurnya denganku," ucapnya pada diri sendiri. Lalu sebuah senyum licik menghias wajahnya.Ya. Kenapa dia harus menderita seorang diri jika dia bisa membawa orang lain ikut merasakan hal yang sama dengannya?Dia akan menghancurkan hidup Faryn seperti yang dilakukan wanita
Read more
Menemukan
Vani menemukan kejanggalan saat mengingat kembali. Ketika Faryn memergoki perbuatannya dengan Bahari. Dia terlalu terkejut karena pria itu membela istri Hakam pada saat itu untuk bisa berpikir jernih.Sekarang saat dia sudah bisa lebih tenang, otaknya bisa diajak bekerjasama. Lalu muncullah pertanyaan. Sejak kapan Faryn bekerja di kantor Jatayu dan menjadi sekertaris Bahari?Dia tidak akan tahu kalau tidak melihat Faryn di sana secara langsung."Sejak kapan dia kerja di situ?" tanyanya pada diri sendiri.Baik Lintang maupun Linggar tidak ada satu pun yang memberitahunya. Tunggu dulu. Apakah keduanya sudah tahu kalau Faryn bekerja di sana? Jangan-jangan tidak ada satu pun dari keduanya yang tahu.Vani kembali berpikir. Jika Lintang tahu, sudah pasti sahabatnya itu akan memberitahunya. Lalu bagaimana kalau ternyata Lintang memang tidak tahu menahu?Wajar saja sih, mengingat wanita itu tengah fokus pada kehamilan yang sebentar lagi akan memasuki tanggal kelahiran. Dia hanya menerima info
Read more
Rumahnya Dulu
Vani mendapatkan video itu. Utuh tanpa editan apapun dari Linggar. Dia tidak menyangka kalau suami Lintang itu ternyata mempunyainya. Padahal saat berita tentang Faryn yang menjadi sang aktris di video itu beredar, dia terlihat sangat tak acuh.Ternyata diam-diam pria itu malah satu-satunya yang masih menyimpannya."Dasar. Semua pria ternyata sama saja," kata Vani seraya tertawa terbahak.Memang di dalam videi itu wajah Faryn tidak terlihat begitu jelas. Tapi suara desahannya sangat mirip dengan suara Faryn. Meski hanya penampilan tubuh polos dua pemain itu yang terekspos sempurna, tetap saja pengakuan dari Faryn sudah lebih dari cukup untuk mengetahui siapa orang-orang dalam video asusila tersebut.Vani tidak ingin hanya memiliki satu alat sebagai balasan dari perkataan Faryn. Dia ingin mengulik semua rahasia dari pesaingnya.Bagaimana masa lalunya, perselingkuhannya dengan Bahari, dan juga tentu saja pernikahan mendadaknya.Vani harus tahu semuanya.Dia mulai menelusuri jejak masa la
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status