Home / CEO / My Rich Ex-Boyfriend's Obsession / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of My Rich Ex-Boyfriend's Obsession: Chapter 121 - Chapter 130

142 Chapters

BAB 121: Pengakuan Perasaan

“Aku sudah tahu jika ingatan kamu kembali.”Tubuh Rosea menegak waspada, Rosea masih sedikit trauma dengan kebiasaan Leonardo yang suka menguntit segala hal tentang dirinya hingga ke dasar.“Kamu tahu dari mana?” tanya Rosea dengan napas tertahan.“Karina sudah menceritakan semuanya padaku.” Leonardo mengecup permukaan tangan Rosea dan kembali menempatkannya di pipi, biru matanya yang cerah menatap lekat Rosea dengan penuh pengharapan.“Kamu marah?”Leonardo menggeleng dengan senyuman. “Aku sangat berharap, jika alasan kamu masih bertahan disini dan memberiku kesempatan karena ingatan kamu kembali, kamu mengingat kenangan tentang kita, dan kamu masih memiliki perasaan kepadaku,” ucap Leonardo dengan penuh kehati-hatian.Pupil mata Rosea bergetar, bibir mungilnya terkatup rapat kehilangan kata-kata untuk menyangkal.Sejujurnya, kesalahan Leonardo terlalu banyak, dia tidak segan melukai orang-orang terdekat Rosea ketika keinginannya tidak terpenuhi, cara Leonardo mencintainya sudah san
Read more

BAB 122: Monaco

Sore yang cerah terlihat di upuk barat, keramaian suara terdengar dari berbagai penjuru tempat negeri kecil Monaco.Lalu lalang mobil mewah memadati jalanan dan terparkir di dekat sebuah halaman kasino. Dua buah sedan hitam membelah jalanan, melintasi keramaian kota.Rosea tertidur lelap bersandar pada bahu Leonardo, sementara Prince meringkuk membiarkan paha ayahnya sebagai bantalan.Tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai ke tempat tujuan, kedua mobil sedan itu mendekati wiayah perumahan Monte Carlo dan memasuki salah satu rumah yang berdiri di dekat tebing.Sebuah rumah berlantai dua langsung menghadap ke lautan dengan sebuah taman yang indah dan kolam renang di sisi tebing yang curam berbatu ditumbuhi oleh pepohonan besar yang rindang.Pintu di sisi Leonardo terbuka, dengan penuh kehati-hatian pria itu melangkah keluar menggendong Rosea yang ketiduran usai meminum obat penenang.Suara rengekan Prince terdengar, anak itu terduduk lemas tidak dapat menahan kantuknya, kedua
Read more

BAB 123: Meminta Bantuan

“Nyonya Berta, dia masih menunggu di depan dan berharap bertemu dengan Anda.”“Saya tidak menerima tamu yang tidak memiliki urusan pekerjaan.”“Saya sudah mengatakannya, namun dia bersikeras.”Berta menyesap anggurnya untuk meredakan tenggorokannya yang kini mengering. Sejak beberapa jam lalu dia mendapatkan kabar jika Mikhaila datang ke Indonesia dan memohon ingin bertemu dengan Berta.Sesungguhnya, Berta masih berharap Mikhaila akan menjadi isteri Leonardo, dengan begitu putranya akan kembali hidup dalam jalur yang sudah ditentutan. Hidup tanpa kecacatan dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang pewaris.Berta sangat ingin Leonardo kembali ke Indonesia dan kembali meminpin bisnis keuangan keluarganya. Berta sudah sangat kelabakan, dia tidak sanggup berlama-lama meminpin banyak cabang perusahaan usai ditinggalkan suami sekaligus putranya.Namun, sejak beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika assistant Leonardo mengirimkan bukti cctv Mikhaila main tangan pada cucu satu-satunya, Ber
Read more

BAB 124: Membujuk Prince

Aroma lembut lavender memenuhi ruangan, Rosea sedikit menggerakan kepalanya dan melihat ke sisi untuk menemukan keberadaan Leonardo yang sejak tadi berdiri menunggunya berendam.“Kenapa kamu masih ada disini?” tanya Rosea terdengar pelan.“Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja.”Dengan cepat Rosea membuang muka dan memutar bola matanya. “Memangnya siapa yang sudah membuat aku kembali sakit lagi seperti ini?” Wajah Leonardo merah merona teringat percintaan singkat mereka berdua saat dia membantu melepas pakaian Rosea. “Aku kan tidak membuat banyak guncangan, kamu juga menikmatinya,” jawabnya membela diri. Rosea merangkak keluar dari bathub, selembar handuk besar membungkusnya.Suara pekikan terdengar begitu dengan mudahnya tubuhnya terayun dalam gendongan Leonardo yang membawanya keluar dari kamar mandi, lalu mendudukannya di sisi ranjang.“Aku bisa sendiri Leonardo,” bisik Rosea memberitahu. “Aku ingin membantu kamu.”“Beri aku ruang, sebentar saja. Aku tahu kamu juga sibu
Read more

BAB 125: Lamar Aku

“Turunkan aku!” bisik Rosea ditelinga Leonardo. “Aku tidak mau,” jawab Leonardo membalasnya dengan senyuman.“Turunkan, kamu gila ya?” maki Rosea mencubit keras lengan Leonardo dan menggigit bahunya, “turunkan tidak?”Alih-alih meringis dan menuruni perintah Rosea, Leonardo menanggapinya dengan tawa. Dengan mudahnya Leonardo menarik mundur kursi dengan ujung sepatunya, dia segera duduk membawa Rosea di pangkuannya.Satu kaki Rosea yang terluka membuatnya kesulitan bergerak pindah tanpa bantuan tongkat. “Jangan terlalu banyak bergerak, kamu bisa membangunkan sesuatu,” bisik Leonardo memeluk erat pinggang Rosea agar berhenti memberontak.Leonardo tertawa geli melihat cemberutan kesal Rosea yang tidak bisa memaki karena ada Prince yang tengah memperhatikan.“Prince, apa kamu bis_”“Bisa memotongkan daging untuk Sea?” potong Leonardo menyela ucapan Rosea yang hendak meminta tolong agar Prince membawakan kursi roda untuknya.“Tentu saja.” dengan penuh semangat Prince mengambil piring dan
Read more

BAB 126: Tamu

“Apa aku sudah mengambil keputusan yang tepat?” tanya Rosea pada dirinya sendiri.Rosea terbaring sendiri di tengah ranjang, menatap nyalang langit-langit kamar yang terang, gemercing cincin gordeng terdengar dikesunyian, jam kecil di atas meja menunjukan pukul dua malam.Masih terbayang tentang apa yang telah dia ucapkan pada Leonardo. Rosea terkejut dengan dirinya sendiri yang berbicara spontan begitu saja meminta dilamar.Reaksi pertama Leonardo adalah tersipu malu seperti seorang anak gadis yang mendengarkan pengakuan cinta pertamanya dari seseorang, ketakutan dimatanya berubah menjadi kobaran semangat.Leonardo pergi dengan senyuman yang cerah, meninggalkan dengan bisikan cinta dan sebuah janji untuk segera melamarnya.Rosea memijat keningnya dengan penuh tekanan, perasaannya kini menjadi gugup, dia tidak memiliki bayangan apapun tentang pernikahan.Selama ini, Rosea tidak pernah berencana akan menikah dalam hidupnya. Rosea terbiasa melakukan banyak hal sendiri dan menjadikan di
Read more

BAB 127: Membuka Rahasia

Tangan Rosea terkepal kuat sampai buku-buku jarinya memutih, hatinya cukup sakit mendengarkan ucapan Berta yang selalu saja menghinanya.Rosea harus mengontrol diri, kali ini dia tidak boleh memikirkan tentang harga dirinya saja, Rosea juga perlu mengetahui sesuatu.Rosea mengatur napasnya beberapa kali, sebelum akhirnya dia berkata, “Sejak pertama kita bertemu, Anda terus menerus membicarakan uang. Jika Anda takut saya mencuri uang Anda dan putra Anda, buatlah surat perjanjian agar hidup Anda tenang bersama uang-uang yang Anda banggakan,” jawab Rosea.“Memangnya kamu pikir itu akan berlaku setelah kamu berhasil membuat putra saya tergila-gila padamu?” tanya Berta menaikan nada suaranya.Mata Rosea memicing, semakin dia banyak berbicara dengan Berta, Rosea semakin tidak mengerti jalan pikiran wanita itu. “Apa sebenarnya kekurangan saya? Mengapa Anda begitu membenci saya?”Hening..Ada jeda yang cukup lama terjadi, rupanya Berta tidak bisa langsung menjawab pertanyaan sederhana Rose
Read more

BAB 128: Khawatir

“Apa Leonardo menunjukan tanda-tanda bahwa dia terobsesi padamu?”Wajah Rosea pucat pasi tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana Berta. Rosea ingin menyangkal, namun kebenaran yang terjadi membenarkan pertanyaan Berta.Suasana yang penuh ketegangan berubah menjadi dingin. Hati Berta yang keras melunak, nalurinya sebagai sesama perempuan muncul begitu melihat sorot mata Rosea yang dipenuhi oleh kesedihan bercampur takut.Berta pernah mengalami ketakutan yang sama ketika dia dijodohkan dengan Giorgio Abraham. Beruntungnya, Giorgio tidak mengalami kutukan itu, pernikahan mereka berdua justru cenderung di pimpin oleh Berta karena Giorgio lebih suka bekerja di restaurant.Tidak dapat Berta pungkiri, mungkin memang benar Rosea adalah pasangan yang ideal untuk Leonardo. Rosea tidak hanya cantik dan mandiri, dia juga cukup memiliki kecerdasan, Rosea mampu membuat Leonardo dan Prince bahagia.Berta memperhatikan itu semua.Berta membuang muka, dia harus menjaga rasa simpatinya agar tidak men
Read more

BAB 129: Menyerah

Dewa terbangun setelah beberapa jam yang lalu mendapatkan obat bius yang membuatnya tertidur panjang. Setelah berhasil dibawa pergi dari villa hingga mendapatkan perawatan medis dan menjalani proses amputasi kemarin malam, Dewa sempat histeris dan mengamuk tidak terima dengan keadaannya sekarang yang cacat.Pria paruh baya itu menatap langit-langit kamar yang sedikit berkunang-kunang.Dengan lemah Dewa mengusap matanya yang berair, desakan tangisan kesedihan kembali melupa di dalam hatinya begitu pandangan matanya tertuju pada tangan dan kakinya yang tidak lagi sempurna.Berhari-hari terjebak di ruang bawah tanah begitu menyiksa dan membuatnya beberapa kali berpikir bahwa kehidupannya akan berakhir di tempat itu.Bayang-bayang kenangan mengerikan berputar di kepalanya, Dewa masih bisa mengingat dengan jelas suara menggema letupan senjata yang dia todongkan pada Temmy hingga adiknya meninggal, hingga detik ini Dewa tidak mengetahui keberadaan jasad adiknya dimana.Tidak hanya kematian
Read more

BAB 130: Pilihan untuk Berta

Melalui komputernya, Leonardo tengah memperhatikan apa yang sedang kini Rosea lakukan melalui cctv yang terpasang di kamar. Rosea tengah tengah duduk membaca sebuah buku yang seharusnya tidak pernah dia lihat. Leonardo sudah melihat apa saja yang telah terjadi hari ini di rumah itu, termasuk ketika Berta membawanya masuk ke dalam ruangan terlarang. Selepas kepergian Berta, gerak-gerik Rosea terlihat tenang. Namun, melihat bagaimana Rosea menolak makan dan minum obat, tampaknya apa yang sudah dia ketahui dari Berta telah berhasil mempengaruhi pikirannya. Jika dibiarkan seperti ini terus, Rosea bisa terjatuh sakit. “Ayah…” panggil Prince merengek. Leonardo beranjak dari tempat duduknya, dia menghampiri Prince dan memeluk putranya yang telah terbangun dari tidurnya. “Ayah.. apa Sea sudah menelpon balik?” tanya Prince dengan suara seraknya. Leonardo tersenyum memaksakan, dia kesulitan untuk menyembunyikan perasaannya sendiri. Saat ini perasaannya sama seperti Prince, merind
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status