Home / CEO / Perfect Partner / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Perfect Partner : Chapter 81 - Chapter 90

165 Chapters

Bab 81 Siapa Ini?

“Sebaiknya kita makan siang bersama.” Daddy Bryan langsung berdiri. Tadi dia baru saja mengajari anaknya beberapa hal. Jadi harus terjeda ketika makan siang.“Baiklah.” Bian setuju. Lagi pula sudah jam makan siang. Jadi tentu saja dia harus segera makan. “Hubungi Flavia, agar dia bergabung dengan kita.” Daddy Bryan berjalan sambil memberikan perintah pada Bian.Untuk sesaat Bian terdiam. Dia tidak punya nomor telepon istrinya. Tentu saja itu membuat Bian bingung. “Kenapa?” tanya Daddy Bryan yang melihat anaknya diam saja. “Aku tidak punya nomor teleponnya.” Bian menatap sang daddy malu. “Astaga, kamu sudah pergi sampai Bali. Berhari-hari bersama. Bagaimana bisa tidak punya nomor teleponnya?” Daddy Bryan menggeleng heran “Iya, karena sudah bertemu. Jadi untuk apa aku minta nomor teleponnya.” Bian memberikan alasan. “Dasar!” Daddy Bryan menggerutu. “Ini, cari nomornya.” Daddy Bryan mengambil ponselnya dan membukanya. Setelah itu memberikan pada anaknya. Bian segera mencari nomor
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 82 Makan Malam Bersama

“Sebaiknya Mommy siapkan makannya. Aku lapar.” Bian yang melihat kemesraan antara daddy dan mommy-nya menjadi risih. Jelas dia tidak bisa bermesraan seperti itu dengan istrinya. “Iya.” Mommy Shea tersenyum. “Ayo Fla, bantu Mommy.” Mommy Shea mengalihkan pandangan pada Flavia. Flavia mengangguk. Dengan segera dia mengikuti sang mommy ke dapur. Membantu merapikan makanan dan menghias kue. Ternyata Mommy Shea sudah selesai masak. Jadi Flavia sudah tidak harus bersusah payah dulu. “Seperti ada yang kurang, Mom.” Flavia yang menghias rainbow cake yang dibuat mommy Shea. “Iya, kurang warna merah.” Mommy Shea membenarkan ucapan Flavia. “Apa kamu menggunakan pewarna makanan warna merah untuk membuat kue?” Mommy Shea menatap menantunya. “Tidak. Aku belum membuat kue sebelum ini.” Flavia menggeleng. “Memang kenapa, Mom?” Flavia merasa penasaran. “Waktu itu Mommy beli perwarna makanan semua warna, tapi saat tadi mencari satu warna tidak ada. Yaitu warna merah. Mommy pikir kamu menggunakann
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more

Bab 83 Tidak Lihat Apa-Apa

Flavia yang sedang sibuk mencuci piring mengalihkan pandangan ke belakang. “Papa, tetapi sekarang aku yang biayai semuanya.” “Kenapa kamu semua?” Bian penasaran. Anak-anak masih tanggung jawab orang tua. Tentu saja dia merasa aneh. Jika ditanya alasan itu, tentu saja Flavia bingung menjawab. Jelas alasannya karena dirinya menikah dengan Bian. Mamanya memintanya mengambil alih semuanya. “Karena aku kakaknya. Jadi aku ingin bertanggung jawab atas adikku.” Flavia memberikan jawaban lain. “Ternyata tidak enak juga jadi kakak.” Bian tersenyum. Dia anak bungsu. Selalu dituruti apa pun yang diinginkannya. Selalu dapat banyak kasih sayang. Sekali pun kuliah di luar negeri, semua terfasilitasi jadi tidak pernah kekurangan. “Iya, anak sulung bukan anak manja.” Flavia menyindir Bian. “Maksudmu anak bungsu manja?” Bian yang hendak meletakkan lap kotor, menghampiri Flavia. “Iya, seperti kamu.” Flavia melirik sinis. “Aku tidak manja. Buktinya aku di London bertahun-tahun tanpa orang tuaku.
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more

Bab 84 Rumah Hantu

Jumat sore Mommy Shea meminta Flavia dan Bian untuk ke rumah menginap. Besok pagi agar Flavia bisa berangkat sendiri. Seperti biasa Flavia membawa mobil dan Bian membawa motor. Karena tidak ada rapat, Flavia tidak masalah bawa mobil. Lagi pula, kemarin adalah kecelakaan dan hanya terjadi kadang kala saja. Seperti biasa Bian sampai lebih dulu. Bian sudah bermain dengan Lora dan juga Nick. Mereka bermain di tempat parkir. Naik motor Bian yang sedang terparkir. Lora duduk di belakang Bian, sedangkan Nick duduk di depan Bian. Mereka berdua seolah baru naik motor bersama pamannya. Flavia yang turun dari mobil melihat dua anak begitu seru sekali. Tawa mereka begitu terdengar riang sekali. “Aunty.” Lora memanggil Flavia yang baru turun. “Hai.” Flavia tersenyum. Dua anak bule itu terlihat menggemaskan sekali. “Aunty, ayo naik.” Lora mengajak Flavia untuk duduk di belakangnya. “Tidak muat, Sayang.” Flavia memberitahu. “Uncle, maju. Biar Aunty Fla naik.” Lora mendorong tubuh Bian agar da
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more

Bab 85 Takut Dekat

Flavia seketika takut. Namun, dia tidak yakin dengan ucapan Bian. “Jangan mencoba menakut-nakuti aku!” Flavia memberikan peringatan pada Bian. “Aku tidak berbohong. Aku sering mendengar derap kaki di lorong ini. Kemudian suara pintu utama itu dibuka. Saat aku cek, ternyata tidak ada siapa pun di sana.” Bian memberitahu Flavia.Bulu kuduk Flavia berdiri ketika cerita horor yang diberikan oleh Bian. Dia jelas takut. Lebih baik, dia tidak dengar cerita. Karena rasa takut itu seketika muncul dan begitu menakutkan. Bian menahan tawanya. Dia tahu Flavia takut. “Sudah aku mau mandi.” Bian segera mengayunkan langkahnya ke kamarnya. Flavia melihat ke sekitar. Terdapat empat pintu kamar. Dilihat dari luar, kamar begitu besar. Pastinya akan begitu seram. “Tunggu.” Flavia menarik Bian agar tidak masuk ke kamarnya.“Apa?” Bian yang nyaris membuka pintu kamar, menghentikan langkahnya. “Aku tidur di mana?” Flavia langsung bertanya pada Bian. “Tidur denganku jika tidak keberatan.” Bian menyerin
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more

Bab 86 Harus Saling Menyayangi Dulu

Makan malam bersama begitu hangat. Tidak hanya keluarga Adion makan malam kali ini, tetapi ada keluarga Julian juga. Flavia melihat keakraban sebuah keluarga yang tak pernah dilihatnya. Tentu saja itu membuatnya iri. Seusai makan, mereka melanjutkan mengobrol di ruang keluarga. Flavia melihat Lora dan Nick yang begitu asyik bermain dengan Bian. Sudah seperti teman saja dua anak kecil itu dengan Bian. “Uncle tidak punya anak?” Lora menatap Bian polos. Bagi anak-anak kecil bertanya sesuai apa yang dipikirkannya. Tak peduli apa yang sedang terjadi pada orang-orang dewasa. Bian terpaku. Pertanyaan itu tentu saja membuatnya bingung harus memberikan jawaban apa. Pertanyaan itu juga membuat Flavia canggung. Dia merasa bingung harus menjawab apa mengingat jika dia belum tahu akan hamil atau tidak. “Belum, Sayang, adik bayi masih proses dibuat.” Bian tersenyum sambil membelai lembut rambut Lora. “Memang buatnya pakai apa?” Lolo menatap ingin tahu. Anak-anak memang memiliki rasa penasaran
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

Bab 87 Bawa Aku Ke Kamarmu

Flavia menatap malas pada Bian. “Aku tidak akan ke kamarmu!” Dengan tegas Flavia menjawab. Dia tidak akan tergoda untuk ke kamar Bian. “Terserah, tapi ingat jika ada derap kaki percayalah itu bukan manusia. Karena jarang yang ke kamar atas. Apalagi hanya kita yang berada di kamar atas.” “Jangan mencoba membodohi aku dengan cerita horor konyolmu itu. Aku tidak percaya.” Flavia masih dengan keyakinannya. Tak berlama-lama, dia segera menuju ke kamarnya. Dia merasa tidak takut dengan cerita Bian. Bian tersenyum ketika melihat Flavia masuk ke kamarnya. Ceritanya memang tidak benar. Namun, sugesti yang diberikan pada Flavia tentu saja akan terngiang di telinga Flavia. Alam bawah sadarnya akan berpikir yang dikatakannya adalah benar. Flavia masuk ke kamarnya. Saat masuk Flavia merasa ada yang aneh. Kamar begitu besar. Terbiasa dengan kamar kecil tentu saja membuat Flavia merasa tidak nyaman. Apalagi mendengar cerita Bian. “Itu hanya akal-akalan Bian saja!” Flavia yakin tidak ada hantu d
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

Bab 88 Kamar Bian

Ketika menyadari jika berada di dalam pelukan Bian, Flavia langsung mendorong tubuh Bian. Bian yang berada dalam posisi jongkok pun terjatuh. “Kenapa kamu mendorongku?” Bian cukup terkejut. Dia merasa bingung kenapa Flavia mendorongnya secara tiba-tiba. Flavia tidak menyangka jika dorongannya cukup keras hingga membuat Bian sampai terjatuh. Tentu saja itu membuatnya merasa tidak enak dengan Bian. “Kamu memelukku.” Flavia berkata jujur. Dia memang terkejut ketika Bian memeluknya. “Astaga, setelah kamu menikmati pelukanku cukup lama, baru kamu mencampakan aku begitu saja.” Bian berangsur bangun. Sedikit kesal pada Flavia. Mengingat tadi istrinya itu memeluknya cukup erat.Flavia malu karena ketahuan menikmati pelukan dari Bian. “Ayo cepat. Aku sudah mengantuk.” Bian melewati Flavia begitu saja. Mengayunkan langkahnyaFlavia masih terpaku di tempatnya tak beranjak. Masih berjongkok di lantai. “Apa kamu menunggu ada hantu di situ?” Bian yang gemas melihat istrinya tidak beranjak sa
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

Bab 89 Bisa Dicek?

Flavia begitu pulas sekali tidur. Karena semalam tidak bisa tidur, membuatnya sampai begitu nyenyak. Tanpa menyadari di mana keberadaannya sebenarnya. Flavia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Namun, saat menghirup aroma maskulin, sejenak Flavia berpikir dari mana aroma itu berasal? Flavia membuka matanya. Pandangannya menyapu sekitar melihat di mana sekarang dirinya berada. Saat melihat jika dirinya berada di kamar Bian, dia baru menyadari jika semalam dirinya tidur di kamar Bian. Ketakutannya membuatnya meruntuhkan egonya untuk tidur di kamar Bian. Mengingat tidur di kamar Bian tentu saja membuat Flavia memastikan keadaannya. Namun, dia tidak menemukan Bian ada di sana. Sofa tampak kosong. “Ke mana dia?” Flavia mencari keberadaan Bian. Tepat saat bibirnya baru saja tertutup, Flavia melihat Bian keluar dari kamar mandi. Jika semalam melihat Bian dengan telanjang dada, tetapi masih pakai celana, kali ini hanya selembar handuk yang melilit tubuh Bian yang dipakai. Tentu saja
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

Bab 90 Belum Akurat

Mama Lyra menatap Flavia. Dia sudah tahu apa yang terjadi pada Flavia dan Bian. Sebagai dokter tentu saja dia tidak bisa berbohong jika pengecekan setelah pembuahan tidak bisa. Karena secara medis tetap bisa, walaupun tidak akurat. “Secara medis bisa, tetapi tetap kurang akurat. Aku lebih menyarankan ketika masuk enam minggu. Karena akan lebih akurat.” Mama Lyra memberikan sarannya pada Flavia. Flavia mengangguk-anggukan kepalanya mengerti yang dijelaskan oleh Mama Lyra. Dia pastinya tidak akan melakukan pengecekan karena pastinya akan lebih dini. Lagi pula, dia punya waktu enam bulan untuk menunggu. “Apa Bian membuatmu tidak nyaman?” Mama Lyra menatap Flavia. “Sebagai dokter aku bisa menyarankan ke psikiater jika kamu merasa takut atau tidak nyaman.” Mama Lyra tahu benar perasaan seorang pasien yang mungkin pasti tersakiti akibat apa yang terjadi padanya. “Tidak, Ma. Bian sejauh ini bersikap baik padaku.” Flavia tidak bisa memungkiri karena memang Bian sangat baik. Walaupun terka
last updateLast Updated : 2023-07-12
Read more
PREV
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status