Home / Romansa / Cinta Seorang Pengasuh / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Cinta Seorang Pengasuh : Chapter 91 - Chapter 100

262 Chapters

Keanehan Mulai Terlihat

Tugas membuat notulensi itu telah diberikan kepada Chris. Namun, pria itu tidak sempat mengerjakannya karena sibuk mencari sekretaris baru untuk Adimas. Kini, pria itu sengaja memberikannya kepada Laras untuk mengujinya dan sambil mengerjakan hal lain, dia terus menghitung. Umumnya, akan membutuhkan waktu satu jam lebih bagi pemula untuk merangkumnya. Namun, di luar dugaan, waktu baru menginjak menit ketiga puluh saat kembali terdengar ketukan di pintu ruangan Adimas. Laras berjalan masuk sembari membawa beberapa lembar kertas. High heels yang menopang kaki rampingnya itu terantuk-antuk di lantai. “Ini hasilnya, Tuan,” katanya sembari menyerahkan kertas tersebut. Adimas hampir tidak memercayainya. Ia langsung memeriksa hasil pekerjaan wanita itu dan sedikit tersentak. Bagus dan rapi. Hasil ketikannya mudah dipahami dan rapi. Jauh lebih baik dari harapan Adimas. Tampaknya, benar kata Chris, Laras adalah orang yang cocok. “Lumayan,” ujar Adimas. Laras menahan senyum bangga yan
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Anindita Larasati

Tiga hari sebelumnya ….Duaaakk Suara yang kencang terdengar saat seseorang mendobrak pintu kayu di kontrakan itu. Di dalam, terlihat sosok Laras yang tengah merawat ibunya yang terbaring lemah karena sakit. Tubuhnya langsung terlonjak kaget sekaligus ketakutan saat mendengar suara serangan itu. Dua orang pria bertubuh sangar dengan potongan rambut cepak ala militer dan pakaian serba hitam merangsek masuk. “Mana wanita tua itu?! Dia memiliki utang yang sangat banyak kepadaku!” hardik seorang pria berwajah keras itu. Wanita tua yang tidak lain adalah ibunya Laras itu seketika terlonjak kaget dan mulai memegangi lehernya karena kesulitan untuk bernapas. Laras menjadi panik. Ia cepat-cepat mengarahkan kedua rentenir itu ke petak depan rumahnya. Ya, rumah Laras hanya berupa bangunan kontrakan tiga petak yang amat minimalis. Di rumah itu bahkan tidak ada kasur, hanya kasur lantai yang sudah tipis yang menjadi alas tidur sang ibu yang tengah sakit. Pakaian Laras pun terlihat sangat l
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Memata-mataimu

Bagi Laras, misi seperti ini bukanlah hal yang baru. Gadis itu mengambil foto tersebut dan memperhatikannya dengan saksama. Terlihat sosok Adimas dalam balutan kemeja dan jas yang rapi, tetapi Laras tidak mengenalinya. “Apakah dia yang menjebloskan Tuan Brixton ke penjara?” tanya gadis itu. Malvin memandang lurus ke arahnya dan menyeringai puas. “Ternyata kau benar-benar cerdas seperti apa yang dikatakan Tuan Brixton. Kau benar. Tuan Brixton ingin membalaskan dendam karena sudah dipermalukan. Dia menunjukmu untuk menjadi sekretarisnya dan memata-matai pria itu. Catat apa saja kegiatan pria itu, siapa saja orang yang dia temui, dan proyek apa yang akan dia kerjakan. Dengan demikian, kita bisa menghancurkan bisnisnya dari dalam.” Itu adalah tawaran yang menggiurkan. Pekerjaannya pun tidak terlalu sulit. Laras hanya perlu berakting dan berpura-pura. Namun, semenjak didepak keluar dari lingkaran bisnis Brixton, wanita itu sudah bertekad untuk menjauh dari kehidupan kotor semacam ini
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Berbalik Curiga

Khusus hari ini, Laras datang lebih pagi. Ia ingin menjelajahi seluruh penjuru perusahaan Adimas dan menghafal tata letaknya. Siapa yang tahu, informasi itu mungkin akan berguna baginya suatu saat nanti. Hingga hari mulai siang dan ruangan terakhir yang ia datangi adalah kantor Adimas sendiri. Pria itu belum datang sehingga Laras memiliki banyak ruang untuk memperhatikan dengan bebas. Ruangan kantor pria itu tampak luas. Ada tiga pasang sofa yang sengaja disediakan untuk tamu, meja-meja dan ornamen. Di dekat singgasana Adimas sendiri, terdapat lemari yang menyimpan banyak arsip perusahaan. Perhatian Laras langsung tertuju pada bingkai foto di meja Adimas. Di sana, terlihat wajah Adimas yang tersenyum hangat bersama sang istri dan putra sulung mereka. Sudut bibir tertarik ke atas membentuk seringai tidak senang. Entah mengapa, ia sangat tidak senang dengan foto itu. Terlebih, wajah sang istri tidak terlihat cantik. Bukan tipe yang cocok untuk bersandar dengan Adimas. Bahkan, Lar
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more

Pelakor

Kata-kata terakhir yang Adimas katakan benar-benar membuat Laras hampir gila. Apa maksudnya itu? Mengapa Adimas ingin mengenalnya? Apakah wajar untuk menanyakan hal itu kepadanya? Dahulu, saat bekerja dengan Brixton, Laras dikelilingi oleh pria berwatak keras dan kasar. Kata-kata kasar tidak pernah luput dalam pembicaraan mereka. Beruntung, Laras hanya mengurus bagian administrasi dan keuangan sehingga tidak ada yang berani bermacam-macam dengannya. Akan tetapi, bekerja di lingkungan seperti itu jelas akan tetap membawa pengaruh baginya, sadar ataupun tidak sadar. Sehingga sikap Adimas yang normal, bahkan terkesan lembut, membuat Laras kebingungan. Ucapan Adimas benar-benar berhasil mengguncang perasaan Laras hingga gadis itu membatalkan niatnya untuk memberikan laporan kepada Malvin. Ya, Laras belum melaporkan pertemuan Adimas itu kepada Malvin. Ia takut Malvin akan menghancurkan rencana Adimas, yang secara tidak langsung juga akan menghancurkan perusahaan Adimas. Ia dikirim
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

Merasa Familier

Alis Malvin menekuk sesaat setelah ia membaca pesan dari Laras. Ini benar-benar di luar prediksinya. “Kau bergerak jauh lebih cepat dari yang kukira, Adimas,” gumam pria itu dengan nada serius. Namun, tentu saja, Malvin pasti akan menghentikan dan mengacaukannya. Dia akan membuat semesta seolah tidak berpihak kepada Adimas. Malvin memulainya dengan memanggil orang kepercayaannya. Pria itu langsung datang dalam beberapa detik. “Kirim orang untuk memata-matai Maddison. Cari orang dalam di dunia pers yang bisa kita manfaatkan,” titah Malvin. Pria di hadapannya langsung mengangguk dengan patuh. “Baik, Tuan.” Setelah menjawabnya, ia berjalan pergi untuk segera melaksanakan titah bosnya itu. Tentu tidak sulit bagi Malvin dan komplotannya untuk melakukan itu. Ia merasa semakin dekat pada kehancuran Adimas. “Kerja bagus, Laras.” Kirim. ******Di sisi lain, Adimas tengah menikmati makan siang bersama keluarga kecilnya di sebuah restoran yang cukup tenang. Ia telah membuat reservas
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

Semakin Hilang Akal

Laras semakin hilang akal. Dari hari ke hari, ia merasa semakin kehilangan akal sehatnya. Saat bersama Adimas maupun tidak. Saat bersamanya, jantung Laras seakan terus berdetak dengan cepat. Saat tidak bersamanya, Laras merasakan kerinduan yang meresahkan perasaannya. Ia tidak tahu jika rasa cinta bisa menyiksanya seperti ini. “Kau masih memikirkan bos tampan itu?” Tasya yang duduk di sisinya bertanya. Sepulang bekerja, keduanya kembali sepakat untuk bertemu di kelab yang sama. Suara musik memekakkan telinga terdengar dan lampu kelap-kelip tampak menyilaukan mata. Suasana di sekitar Laras sudah begitu ramai, tetapi gadis itu memilih merenung sejak tadi. Laras mengangguk. Gadis cantik itu mengembuskan napas panjang. “Hari ini aku bertemu dengan istri dan anaknya. Itu membuatku semakin kesal,” tuturnya. Hanya dengan mengingat wanita itu saja membuat dada Laras merasa dongkol. Tasya menggelengkan kepala dengan tidak habis pikir. “... kamu pasti cemburu.” Dia berkomentar. Tidak h
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

Rahasia Dua Puluh Juta

Adimas tidak pernah bersikap seperti ini. Ia tidak pernah menyangka uang senilai dua puluh juta itu bisa amat mengganggu pikirannya. Bukan berarti Adimas tidak ikhlas memberikannya. Bahkan meski seluruh kekayaan dan asetnya jatuh ke tangan Karina, Adimas tidak akan protes. Namun, satu yang mengganggunya adalah Karina yang sengaja merahasiakan hal itu dari Adimas. Mengapa istrinya itu merahasiakannya? Apakah Adimas tidak boleh tahu? Memang, apa yang akan gadis itu lakukan dengan uang senilai dua puluh juta itu? Jika pun Karina memintanya untuk diberikan kepada keluarganya yang membutuhkan, Adimas tidak akan menolak. Hanya dengan satu syarat: izin dari Adimas sendiri. Namun, karena ini adalah kali pertama Karina meminta sesuatu darinya, jelas Adimas tak dapat menolak. Oleh sebab itu, Adimas membiarkannya. Namun, sekarang perkara itu justru terus mengganjal dalam pikirannya. Hingga saat pertama Adimas tiba di lobi perusahaannya, ada sebuah notifikiasi yang masuk ke ponselnya. Selam
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

Laras Terseret Masalah

Tepat setelah Chris memberitahu Adimas, ribut-ribut itu terdengar semakin jelas. “Bawa wanita itu kepadaku!!!” sergah seorang pria. Dia memukul meja resepsionis dan menendang sofa yang disediakan di sana. “Mengapa kalian hanya diam saja?!! Apakah kalian tuli?! Cepat bawa wanita itu!!!” Pria itu kembali membentak dengan kasar. Perhatian para pegawai terpusat pada keributan itu. Mereka semakin berkumpul, tetapi tidak ada satu pun yang berani mendekatinya. “Cepat, kita bawa dia!” ujar seorang petugas keamanan pada rekannya. Keduanya bergerak mendekat dan berniat menangkap kedua tangan pria asing itu. Namun, dengan cepat pria itu menepis kedua petugas keamanan di sana. “Lepaskan aku! Aku tidak akan pergi sebelum bertemu wanita itu. Bawa kemari wanita jalang itu!!” bentaknya dengan lebih keras. Suaranya lantang dan wajahnya sangar. Namun, tatapannya terlihat tidak jelas. Dalam sekali pindai, Adimas bisa menerka jika pria itu berada di bawah pengaruh alkohol. Wanita yang berdiri di
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more

Niat Terselubung

Setelah ribut-ribut itu, para karyawan ramai membicarakan peristiwa hangat siang itu. Namun, Laras tidak memedulikannya. Gadis itu kembali bekerja dan mendampingi Adimas seperti biasa. Bahkan, keduanya diharuskan untuk lembur karena mengejar pekerjaan yang belum selesai. Ini kali pertama Laras dan Adimas bekerja lembur. Meski tidak ada hal khusus yang mereka lakukan selain bekerja, tetapi jantung Laras terus berpacu saat menyadari hanya tersisa segelintir orang, termasuk ia dan Adimas, di perusahaan ini. “Ini proposal final yang Anda minta, Tuan,” ucap Laras saat jam menunjukkan pukul setengah sebelas. Hanya ada keduanya di dalam ruangan ini sementara jendela menyajikan pemandangan langit malam bertaburkan bintang. Benar-benar romantis, pikir Laras. Adimas terlihat jauh berbeda. Pria itu sangat fokus hingga tidak satu kali pun menoleh pada jendela. Ia melirik pada proposal itu sesaat, kemudian mengangguk. “Terima kasih. Kamu boleh pulang sekarang,” ucapnya. Laras mengangguk p
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more
PREV
1
...
89101112
...
27
DMCA.com Protection Status