Pintu rumahku di ketuk, setelah pindahan satu minggu lalu aku mulai kenalan dengan para tetangga. Rumah yang kami tempat tak besar, tapi cukup untuk keluarga kecil kami. "Waalaikumsalam, sebentar," kataku buru-buru memakai hijab instan yang selalu ada di gantungan khusus dekat pintu supaya mudah jika buru-buru harus aku gunakan. "Mbak Anisa, ya," kata wanita berparas cantik, kulit putih, dan memakai hijab warna coklat. "Iya, kataku."Ia menyodorkan kotak putih besar ke hadapanku. "Dari Mama, katanya menyambut tetangga baru.""Oh, iya, terima kasih. Rumahnya yang mana, ya?" Aku sebenarnya belum hapal betul. Apalagi repot pindahan dan atur ini itu, hanya baru bisa membagi makanan kotak selametan rumah baru. "Cat hijau itu, Mbak, B1.nomor 3," jawabnya lagi. "Oh, terima kasih sekali lagi, ya.""Iya, Mbak, pulang dulu, ya, Assalamualaikum," pamitnya. "Waalaikumsalam," balasku lagi kemudian menutup pintu. Karena rumahmu model tanpa pagar, jadilah siapa yang datang bisa mengetuk pintu
Read more