Eva keluar dari ruang pertemuan dengan langkah yang terasa begitu berat. Seluruh tabungan yang dia tawarkan, tidak bisa menandingi orang yang bertekad membeli panti asuhan. Terlebih, pria itu menjanjikan relokasi di tempat baru yang lebih luas, mewah, dengan segala fasilitas pendukung.“Maafkan Ibu, Nak. Ibu tidak tahu lagi bagaimana menyelesaikan masalah ini. Kamu tahu, mengumpulkan uang sebanyak itu tidak akan mudah. Lagipula, harga yang mereka tawarkan juga cukup menguntungkan. Kita akan bisa membuat kenangan yang lebih indah di tempat baru."Kalimat Mariana kembali terngiang-ngiang, membawa ingatan Eva pada masa kanak-kanaknya di tempat itu belasan tahun yang lalu."Aku tidak tahu kenapa rasanya sesakit ini. Hanya panti ini tempatku pulang saat merasa putus asa hidup di ibu kota. Setelah diratakan dengan tanah, semua kenangan itu juga akan sirna," gumam Eva, berusaha menahan air mata dengan menengadahkan kepala. Dadanya terasa sesak. Dia sudah berencana akan mengundurkan diri dari
Read more