Hari-hari setelah Hans mengajak Eva melihat bukit berbintang, juga memberikan cincin untuk melamarnya, tak ada interaksi berarti di antara keduanya. Pria itu disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya, membuatnya tidak sempat ‘mengganggu’ istrinya.Mereka hanya bertemu saat sarapan pagi, menyapa dan berbincang sekadarnya. Tak ada lagi percakapan, itu artinya tak ada perdebatan. Begitu tenang dan damai untuk Eva. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama saat Kuina tiba-tiba menghubungi Eva.“Eva, bagaimana keadaanmu, Nak?” Suara Kuina yang lembut terdengar begitu Eva mendekatkan ponsel ke telinga.“Aku baik, Ma.”“Syukurlah,” ucapnya sambil mengembuskan napas lega dan melanjutkan, “Kamu masih di kantor?”“Ya.”Eva melirik jam mungil di pergelangan tangan kirinya. Masih dua jam sebelum pulang kerja, tentu saja dia masih ada di Dirgantara Artha Graha sekarang demi memenuhi tanggung jawabnya.“Apa Hans bersamamu?” tanya Kuina, mengambil alih perhatian Eva kembali.“Hans?”“Ya.
Read more