"Astaghfirullah, Yang. Kamu tidak payah, kamu yang terbaik. Udah dong, jangan ngambek. Nih, mau aku makan, kok.""Serius, mau dimakan?""Iya, nih. Lihat!" Hans mulai menyuapkan nasi ke mulutnya."Telornya juga, ya! Habiskan! Kalau tidak, berarti benar masakanku enggak enak." Aku berujar sambil mengatupkan bibir."Iya, siap."Namun, saat sendok mencoba membelah telor, tampaklah ketidak matangannya. Nempel di sendok dan kalau diendus, tentu bau amis. Hans menahan suapannya yang hendak masuk mulut."Kenapa? Katanya masakanku enak. Hayo dimakan!" desakku.Tidak ingin aku merajuk, akhirnya dia memakannya juga. Aku yakin yang lumer kuning dimulutnya itu bikin eneuk. Terlihat dari bibir yang mengunyah pelan serta mata terbuka lebar. Segera ia meraih segelas air untuk menenggelamkan makanan yang seperti takut melewati tenggorokan."Yang, aku kenyang.""Bohong! Masa baru dua suap sudah kenyang?""Bener, Yang, kenyang.""Alah, ngaku aja kalau telornya enggak enak! Enggak usah ngeles, jangan pur
Last Updated : 2023-06-16 Read more