Sore hari aku sudah memandikan Qia. Sekarang putriku yang menggemaskan ini sudah wangi dan sangat lucu dengan baju terusan pita-pitanya.“Mom, mom, momm …,” celoteh Qia seraya belajar jalan selangkah dua langkah.Lusa adalah hari kelahirannya tepat satu tahun.“Anak Momi pinter.” Aku pun membawa Qia ke teras untuk bermain.“Ya, ya, ya ….” Ia menepuk-nepuk tangan.“Apa Sayang Momi? Oya, Qia mau kado ulang tahun apa?” “Mau papa balu, Momi,” sahut Lidia tiba-tiba muncul.“Eh, Ate Lidia. Selamat sore,” sapaku.“Sore anak gemoy.”Lidia langsung menggendong dan menciumi Qia. Ia meronta tak suka karena ciuman bertubi-tubi itu membuat tak nyaman.“Uh, uh, uh,” protes Qia.“Dia engak mau diciumin terus, Teh.”“Habisnya gemes banget, sih. Buat Teteh sajalah,” pintanya enteng.“Buat Teteh? Emang Qia barang apa?”“Ya, nanti ‘kan Mbak bisa bikin lagi sama Pak Irsyad,” candanya.“Huss! Bikin apanya? Orang kita terpentok restu.”“Jadi masalah ini masih belum kelar?”“Belom.”“Yah ….”“Mau bagaimana
Last Updated : 2023-06-26 Read more