All Chapters of Dalam Pernikahan Tanpa Nafkah: Chapter 61 - Chapter 70

76 Chapters

Bab 60 Pesona Qia

Sore hari aku sudah memandikan Qia. Sekarang putriku yang menggemaskan ini sudah wangi dan sangat lucu dengan baju terusan pita-pitanya.“Mom, mom, momm …,” celoteh Qia seraya belajar jalan selangkah dua langkah.Lusa adalah hari kelahirannya tepat satu tahun.“Anak Momi pinter.” Aku pun membawa Qia ke teras untuk bermain.“Ya, ya, ya ….” Ia menepuk-nepuk tangan.“Apa Sayang Momi? Oya, Qia mau kado ulang tahun apa?” “Mau papa balu, Momi,” sahut Lidia tiba-tiba muncul.“Eh, Ate Lidia. Selamat sore,” sapaku.“Sore anak gemoy.”Lidia langsung menggendong dan menciumi Qia. Ia meronta tak suka karena ciuman bertubi-tubi itu membuat tak nyaman.“Uh, uh, uh,” protes Qia.“Dia engak mau diciumin terus, Teh.”“Habisnya gemes banget, sih. Buat Teteh sajalah,” pintanya enteng.“Buat Teteh? Emang Qia barang apa?”“Ya, nanti ‘kan Mbak bisa bikin lagi sama Pak Irsyad,” candanya.“Huss! Bikin apanya? Orang kita terpentok restu.”“Jadi masalah ini masih belum kelar?”“Belom.”“Yah ….”“Mau bagaimana
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more

Bab 61 Untung Ada Qia

Maaf sebelumnya salah copas. Sudah diperbaiki. Menunggu ACC.**Tidak disangka-sangka Qia berekpresi senang sampai tubuh mungilnya melonjak kegirangan.“Wah, Qia suka sama Omah!” seru Lidia.Tante Ratna bangkit dari sandaran bad. Ia duduk perlahan. “Sini Sayang!” Ia merentangkan tangan meraih Qia. Putriku itu tentu menyambut gembira.Li pun melepaskan Qia ke pangkuan maminya. Rupanya tante Ratna tidak tahan dengan godaan anakku. Ia terlampau senang dan sangat memang mendambakan anak kecil. Apa lagi Qia itu menggemaskan. Siapa pun mudah jatuh hati kepadanya. Gemoy, pipi bapau, kulitnya putih bersih, iris mata yang hitam pekat, hidung kecil tetapi mancung, serta dua bola matanya yang belo nan jernih.Setelah kami semua ngobrol kesana kemari, akhirnya lima belas menit kemudian hendak berpamitan.Namun ponsel Li tidak berhenti berbunyi. Ternyata ia diminta datang ke Yayasannya untuk mendatangani sebuah berkas penting dan ada beberapa urusan mendesak.“Aduh, Mih. Apa tidak mengapa kalau L
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more

Bab 62 Perayaan Qia

Hari ini adalah hari ulang tahun Qia. Aku belum ada rencana apa-apa. Bahkan aku bingung mau belikan kado apa? Mungkin aku hanya akan membelikannya cake ulang tahun bertema Kuda poni kesukaannya. Habisnya kami hanya berdua, mungkin tambah Lidia saja. Coba kalau datuk-nenek ada di sini, akan lain cerita.Bunyi dering ponsel membuyarkan lamunan. Ternyata datuk-nenek Qia melakukan panggilan video call. Gegas kuangkat.“Assalamualaikum, mana cucu nenek?” sapa mama setelah panggilan terhubung.“Waalaikum salam Nenek. Nenek apa kabar?” balasku sambil memperlihatkan kepada Qia layar ponsel dimana datuk-nenek berada.“Kabar kita baik. Wah comelnya cucu Nenek. Hari ini hari jadi, ya?”“Iya, Nenek.”Mama pun menyanyikan lagu selamat ulang tahun, “happy birthday to you ….”Dengar neneknya menyanyi, Qia langsung joget-joget sambil melambaikan tangan.“Lihat tuh, Mah!”“Iya. Aduh lucu! Jadi mahu cepat-cepat ke sana lagi.”“Secepatnya datuk dan nenek mahu ke sana. Tunggu, ya!” papa ikut nimbrung.“
last updateLast Updated : 2023-06-27
Read more

Bab 63 Hilang

Jujur aku jadi deg degan. Gelisah sekali. Takut nominal yang ditagih Tante Ratna melampaui batas kemampuanku saat ini. Meski aku tak minta perayaan ini untuk Qia.“Mih …,” tegur Li.“Iya Li. Salma harus membalasnya. Enak saja gratisan!” ketusnya.“Berapa yang saya harus bayar?” tanyaku gugup.Jangan sampai melebihi sepuluh juta. Aduh, bisa tekor nih. “Bayarannya, menikahlah dengan Li!”“A-pa Tante?” tanyaku karena takut salah dengar.“Maukah kamu menikah denganku, Salma?” tanya Li menimpali.“Maksudnya?”“Iya, menikahlah kalian. Mami sudah merestui,” jelas tante Ratna seraya tersenyum lebar.“Ya Allah ….” Aku menangkup mulut. Tidak tahu harus berkata apa.“Terimalah lamaran, anak Tante!”Li mengeluarkan sebuah kotak yang berisi cincin berlian. Kilaunya sungguh menyilaukan. “Mih,” panggil Li sebagai isyarat untuk menyematkannya di jariku.“Tangannya, Sayang!” pinta tante Ratna.Aduh, aku dipanggil ‘sayang’. Apa tidak salah dengar lagi? Kuulurkan pelan tanganku. Cincin itu pun kini me
last updateLast Updated : 2023-06-27
Read more

Bab 64 Panik

Dalam situasi seperti ini aku harus sebisa mungkin mengontrol diri. Aku harus tenang agar bisa berpikir jernih dan Qia cepat ditemukan. Sebaiknya sekarang aku hubungi Hans untuk memberitahunya.“Hallo, Hans ….” Sapaku setelah tersambung.“Ya, ada apa?” Nadanya terdengar ketus. Aduh, apa dia juga sedang ada masalah? Bagaimana reaksinya kalau tahu bahwa Qia hilang?“Mom, mom, momm ….”Terdengar suara Qia di telepon. Terus suara itu langsung hilang. Hanya grasak grusuk yang tertangkap kuping. Aku tidak mungkin salah dengar. Tadi itu pasti Qia. Apa artinya Hans yang telah membawa Qia tanpa izinku?“Hans, Hans, apa itu Qia? Kamu ‘kan yang mengambil Qia? Hans!” cecarku.Namun, tiba-tiba sambungan terputus. Kuhubungi ulang, tetap tidak tersambung lagi. Sepertinya Hans sengaja tidak mau mengangkatnya. Itu membuatku semakin yakin kalau yang tadi memang Qia.Ada sedikit perasaan lega saat tahu Qia sedang dengan Hans. Setidaknya dia aman bersama papa-nya. Akan tetapi, apa maksud dari semua ini?
last updateLast Updated : 2023-06-28
Read more

Bab 65 Salah Paham

Aku benar-benar panik. Takut sekali hal buruk terjadi sama Qia. Sekalipun sedang bersama papanya."Mbak hey, tenang dulu! Ini Qia sudah pulang," ucap Lidia di telepon."Maksudnya?"“Nih, sama papa-nya. Mbak cepat pulang saja!”“Iya-iya.”Kuhapus air mata yang berderai. Pulang Qia membuatku tenang. Apa-apaan Hans tadi membawanya tanpa izin? Ditelepon malah diputus. Heh, apa dia berubah pikiran? Syukurlah! Bagaimana pun Qia itu anaknya. Dia pasti tidak mau terjadi sesuatu dengan darah dagingnya.Kulajukan mobil dengan tergesa. Ingin segera sampai dan memberi peringatan kepada lelaki tidak tahu diri itu. Sudah untung selama ini kuizinkan dia menemui buah hati kami, setelah apa yang dilakukannya.Karena ngebut, lima belas menit sampailah ke rumah kontrakanku. Emosi menguasai sampai tak peduli keselamatan sendiri.Setibanya, aku langsung menyambar Qia dari pangkuan papa-nya.“Keterlaluan kamu, Hans! Apa kamu akan membawanya kabur dariku? Lalu kenapa kamu balik lagi? Apa karena Qia rewel me
last updateLast Updated : 2023-06-28
Read more

Bab 66 Sah

“Astaghfirullahaladzim …,” lirih Li seraya mengusap wajah.Sorot matanya pun berubah redup. Ia mengalihkan setelah beberapa detik menatapku.“Eh, ada calon penganten. Silakan duduk,” sambut Hans mencairkan suasana.“Iya, Li silakan duduk dulu.”“Maaf, apa saya mengganggu?” tanyanya formal.“Ah, Bos ini kayak sama siapa saja. Tadi aku hanya bantu Salma pilihkan kebaya.”“Oh. Iya silahkan bisa dilanjutkan kembali.”“Sudah kok. Eh Sal, aku mau balik ya! Soalnya harus mangkal lagi.”“I-iya.”“Panggilkan Qia, dong!”Aku gegas mengambil Qia yang baru selesai dibersihkan dari pup oleh Lidia. Segera kukenakan lagi diapersnya.“Siapa yang datang?” tanya Lidia.“Li,” jawabku pelan.Kami pun kembali ke ruang depan.“Qia anak Papa yang paling cantik, Papa pulang dulu, ya! Nih, sekarang mainnya dengan papa baru.”“Pa, pa, pa,” celoteh Qia.Hans menciuminya dan kemudian pamit pulang.“Eh, ada Teh Lidia juga?”“Hmm … kamu pikir tadi aku hanya berdua gitu dengan Hans?”“He … bukan apa-apa, kalau berd
last updateLast Updated : 2023-06-29
Read more

Bab 67 Hangat

Karena kami sudah menyelenggarakan pernikahan di ballroomnya, pihak hotel memberikan hadiah menginap gratis satu malam pasca resepsi.Saat pintu kamar terbuka wewangian langsung menguar dari dalam. Terlihat taburan kelopak mawar merah muda di atas bad ukuran king. Di tengah bad ada sepasang handuk berbentuk angsa dalam posisi beradu. Kemudian ada beberapa balon berbentuk hati menggantung di langit kamar. Serta pencahayaan remang dari lampu tumblr menambah kesan semakin romantis.Irsyad menggandengku untuk duduk di tepi ranjang.Tik tok tik tok, bunyi jarum jam yang berputar begitu terdengar jelas bagi kami saat ini. Jarumnya sudah menunjukkan pukul 22.30 Wib.“Eum … karena kita sudah menikah, enaknya aku panggil apa, ya?”“Tidak tahu,” jawabku seraya menunduk malu.Sungguh tidak disangka, seorang yang sudah lama kukenal, seorang teman, seorang rekan, dan seorang Bos, bisa membuat jantungku dag Dig Duk tidak karuan seperti ini. “Aku panggil kamu … Sayang?” Aku menggeleng karena mirip
last updateLast Updated : 2023-06-30
Read more

Bab 68 Bocah Hitam

Jika biasanya pengantin baru berbulan madu hanya berdua, berbeda dengan kami. Aku dan Irsyad memilih untuk memboyong dua keluarga yang baru bersatu ini. Awalnya tentu keluarga kami menolak karena berpikiran akan mengganggu. Akan tetapi kami terus bersikukuh untuk mengajaknya.Aku, Irsyad, Qia, mama, papa, mami serta asisten rumah tangganya yang sudah dianggap keluarga itu menghabiskan waktu keliling Indonesia. Dari mulai Gorontalo, Bangka Belitung, Lombok, Bali, hingga pulau Komodo. Kami benar-benar berlibur.“Mih, malam ini Qia biar tidur sama kita aja,” tawar Irsyad.“Enggak! Qia malam ini giliran tidur dengan Mama lagi, Syad.”“Mah. Aku juga kangen sama Qia,” ucapku.“Kalian ‘kan bisa sama Qia siangnya. Malamnya biar Qia tidur sama Mama, ya!”Sejak pergi bulan muda, belum pernah sekalipun Qia tidur bersama aku dan ayahnya. Oya, anakku memanggil Irsyad dengan sebutan ‘ayah’. Kami sangat paham kenapa orang tuaku dan mami Mohan melakukan semua itu.Mereka hanya ingin agar kami bisa
last updateLast Updated : 2023-07-01
Read more

Bab 69 Luka Lama

Akhirnya urusan Irsyad sudah selesai. Dia langsung menjemput kami dari rumah neneknya Qia. Mengingat mami sedang kurang fit di rumah, jadi kami memutuskan untuk langsung pulang lagi ke Bandung.Namun, sebelum pulang, kami membeli dulu oleh-oleh khas Sukabumi. Pilihan jatuh kepada Mochi. Sebuah kue yang terbuat dari beras ketan, bertekstur lembut dan lengket. Bercita rasa manis dengan aneka varian isi.Usai membeli oleh-oleh sampai bagasi mobil penuh, kami melanjutkan perjalanan pulang. “Ayah, tolong berhenti!” teriak Qia tiba-tiba.“Ada apa, Sayang?” Irsyad terkejut.“Berhenti dulu, Yah!” pintanya lagi.Irsyad pun menepikan mobil.“Ada apa, Nak?” tanyaku.“Mom, itu anak yang tadi!” tunjuknya kepada sosok anak yang sedang berjalan di trotoar.“Oh, iya.”“Anak yang tadi apa, sih?” Aku pun menceritakan tentang tadi sewaktu di Mesjid.“Kasihan, Yah,” ujar Qia.“Hei, Dek! Sini sebentar!” Irsyad melambaikan tangan ke anak itu.Anak itu tampak celingukan. “Saya?” Ia menunjuk dirinya sendir
last updateLast Updated : 2023-07-02
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status