Home / Romansa / Bangkitnya Suamiku yang Perkasa / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Bangkitnya Suamiku yang Perkasa: Chapter 231 - Chapter 240

884 Chapters

Bab 231

"Nggak usah galak-galak! Ibuku mengajariku dengan sangat baik! Tapi Ibu nggak pernah bilang harus permisi sama bajingan!" Wilona memelototi Theo, suaranya bahkan lebih keras daripada suara Theo.Theo menggertakkan giginya. "Bajingan?"Siapa yang mengajari anak ini?"Aku nggak sudi ada di sini!" Wilona bangkit berdiri, lalu mengambil bonekanya dan berjalan ke arah pintu.Di rumah sakit.Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, Anisa meminjam ponsel Mike untuk menelepon Maya.Mike mengeluarkan ponsel dan memberikannya kepada Anisa. Tak berapa lama Maya pun menjawab panggilan Anisa."Bu, ini Anisa, aku baik-baik saja. Tadi malam aku ngantuk banget dan ketiduran di mobil. Ibu jangan cemas, aku lagi bersama Mike dan William. Sebentar lagi pulang, kok," kata Anisa."Em, Ibu lagi masak. Begitu kamu pulang, kita bisa langsung makan," jawab Maya."Bu, di mana Wilona? Aku mau dengar suaranya," tanya Anisa."Hah? Bukannya Mike membawa Wilona? Kalian tidak bersama-sama?" Maya tersentak.Seketika
Read more

Bab 232

Setengah jam kemudian, Anisa tiba di rumah Theo.Sesampainya di ruang tamu, Anisa terkejut melihat ruangan yang kosong. Anisa melihat ke sekeliling, di mana orang-orang?"Wilona?" teriak Anisa."Ibu, aku di sini! Cepat, selamatkan aku. Bajingan itu mau memukul aku, huhuhu," jawab Wilona sambil menangis.Di ruang makan. Wilona bersembunyi di bawah meja, dia terlihat ketakutan."Wilo, ngapain kamu di bawah meja? Cepat, keluar!" Anisa berjongkok di bawah meja, lalu menggandeng Wilona.Wilona menggenggam tangan Anisa, lalu memeluknya sambil menangis. "Dia mau memukul aku. Ibu aku takut, makanya aku sembunyi. Untung aku larinya cepat. Kalau dia berhasil menangkap aku, aku pasti bakal dipukuli."Anisa tidak memercayai penjelasan Wilona. Bagaimana mungkin Theo memukul anak kecil? Ditambah, Wilona adalah anak kandungnya."Wilo, Paman Theo nggak akan memukul kamu." Anisa berusaha menenangkan anaknya."Aku memang mau memukul dia," kata Theo yang berjalan mendekat.Sesaat mengangkat kepala, Anisa
Read more

Bab 233

"Kamu lagi sibuk apa?" tanya Theo sambil menatap Anisa.Setelah selesai mengobati luka Theo, Anisa mengemas semua obat-obatan dan memasukkannya ke dalam kotak."Sibuk kerja," Anisa menjawab dengan santai."Bohong." Theo bangkit berdiri, lalu mencengkeram pundak Anisa dan berkata, "Aku merasa aneh, aku tidak tahu apa isi pikiranmu.""Untuk apa kamu mengetahui isi pikiranku? Theo, aku berterima kasih atas bantuanmu, aku bisa mentraktirmu makan."Theo melepaskan Anisa. "Aku menolongmu bukan untuk mendapatkan ucapan terima kasih. Sudahlah, bawa anakmu pergi! Oh iya, putramu yang kurang ajar itu memadamkan listrik di rumahku. Kalau kamu tidak bisa mengajarinya, aku tidak keberatan membantumu.""Maafkan aku. Aku akan menasehati mereka, aku janji masalah seperti ini nggak akan terulang lagi." Anisa meminta maaf sampai membungkukkan badan.Kemudian Anisa mengembalikan kotak obat, lalu berpamitan dan membawa Wilona pergi."Anisa!" Theo memanggil Anisa dan memberikan sebuah kotak kepadanya. "Sel
Read more

Bab 234

William menatap wajah polos Wilona, dia terpaksa menghancurkan mimpi indah adiknya. "Dia tidak baik hanya kepada Ibu, dia bersikap baik kepada semua wanita. Makanya dia disebut bajingan. Jangan tertipu sama kebaikan Theo."Setelah mendengar jawaban William, raut wajah Wilona terlihat kecewa.Wilona tidak berani memberi tahu William. Walaupun Theo bukan pria yang baik, dia memang sangat tampan.....Sesaat selesai makan malam, Anisa memanggil William ke kamar untuk mengajaknya mengobrol. "William, kamu tahu kenapa Ibu memanggilmu?"William menundukkan kepala, dia tidak berani menjawab Anisa."Kamu lupa pesan Ibu? Kamu berjanji tidak akan mengganggu Theo lagi, kenapa kamu melanggar janjimu sendiri? Ibu tahu, kamu melakukannya untuk membantu Ibu. William, kamu jangan menggunakan cara seperti itu untuk menyerang orang lain." Anisa terlihat kecewa."Bu, maafkan aku ...." William mengangkat kepalanya dan menatap Anisa. "Aku janji tidak akan mengulanginya lagi.""William, Theo bukan orang sem
Read more

Bab 235

Anisa adalah orang yang tahu diri. Begitu mendengar suara Nara, Anisa langsung berkata, "Maaf mengganggu kencan kalian. Aku akan menerima hadiahnya, terima kasih banyak. Tapi lain kali jangan memberikanku hadiah lagi."Setelah bicara, Anisa langsung menutup teleponnya tanpa menunggu jawab Theo."Tut, tut, tut ...." Hati Theo seolah dicabik-cabik saat mendengar suara telepon yang ditutup."Theo, aku dengar kemarin Anisa tertidur di dalam mobil? Dia baik-baik saja, 'kan?" tanya Nara."Em." Theo tidak tertarik untuk membicarakan Anisa. "Oh iya, bagaimana dengan psikiater yang mau kamu rekomendasikan?"Nara mengeluarkan sebuah kartu nama dan memberikannya kepada Theo. "Dokter ini adalah psikiater terkenal. Awalnya aku mendapatkan slot di tahun depan. Untungnya ada teman yang mau membantu aku. Aku berhasil membuat janji dengannya hari rabu depan pagi. Nanti kamu langsung bawa Thea saja."Theo melihat nama yang tertera di kartu nama. Psikiater ini sama dengan yang direkomendasikan dokter Kel
Read more

Bab 236

William dan Wilona melihat sebuah CD dan selembar kertas.Wilona membuka kertas tersebut dan menatap tulisan yang tertera di atasnya. Wilona mengerutkan alis, lalu memberikannya kepada William. "Kak, aku nggak ngerti. Aku nggak bisa baca.""Aku juga nggak ngerti," jawab William saat melirik kertas tersebut.WIlliam dan Wilona hanyalah anak balita, mereka belum bisa membaca kata yang terlalu rumit."Ini apa?" Wilona membolak-balik CD yang dipegang.Tidak tertera gambar maupun tulisan di CD ini. William juga penasaran apa isi CD-nya, tetapi laptopnya sedang disita Anisa."Kak, ini bisa dimasukkan ke dalam laptop, 'kan? Ayo, pinjam laptopnya Paman Mike." Wilona memang gadis yang cerdik.William tergoda mendengar saran yang diberikan Wilona."Kak, biar aku saja yang pinjam. Kalau Ibu tahu kamu yang pinjam, nanti kamu dimarahi." Wilona melompat dari tempat tidur dan pergi ke kamar Mike.William berpikir sebentar, lalu mengikuti Wilona. William khawatir Wilona tidak sanggup membawa laptop ya
Read more

Bab 237

Jika tahu isinya hanya CD dan secarik kertas, Wilona tidak akan mau bersusah payah membawanya pulang.Sekarang, masalahnya bagaimana cara mengembalikan kotak ini ke rumah Theo? Wilona tidak mungkin mengembalikannya secara terang-terangan. Wilona juga tidak mungkin berkunjung ke rumah Theo tanpa alasan.Sudahlah, hanya sebuah CD, tidak ada yang istimewa. Ketika William kembali ke kamarnya, Wilona sudah tertidur pulas.....Sepertinya Anisa kebanyakan tidur, dia sama sekali tidak mengantuk.Ketika terjaga di malam hari, orang-orang cenderung lebih mudah terbawa suasana. Contohnya, tiba-tiba Anisa malah merindukan Theo.Anisa membayangkan wajah Theo yang tampan, napas yang lembut, serta aroma tubuhnya yang khas. Anisa bahkan masih mengingat sentuhan lembut serta kehangatan Theo.Jika Theo tidak menyelamatkan Anisa, mungkin Anisa sudah tidak bernyawa.Ada banyak hal yang ingin diungkapkan, tetapi Anisa tidak berani mengatakannya.Theo sudah bukan suami Anisa. Di hati Theo ada Thea, di sisi
Read more

Bab 238

Sepuluh menit kemudian Leo muncul di hadapan Nara.Leo mengenakan baju tidur dan sandal jepit. Rambutnya pun masih acak-acakan.Sesaat menerima telepon Nara, Leo langsung buru-buru datang.Rasanya Leo ingin marah, kenapa Nara menelepon dan memarahinya? Leo bisa memahami kekesalan Nara karena kejadian tempo hari. Namun Leo tidak sengaja, dia juga korban.Hanya saja amarah Leo pun sirna begitu melihat kedua mata Nara yang memerah."Dok, ada apa?" Leo berdeham, lalu bertanya, "Paman mencampakkanmu?"Nara mendengus dingin, lalu berdiri sambil memegang pohon besar yang ada di samping."Aku hamil!" kata Nara sambil menggertakkan gigi. "Anakmu!"Leo membelalak, dia sulit memercayainya. "Apa? Kita baru melakukannya sekali ...."Nara mengangkat tasnya dan langsung memukul kepala Leo. "Sialan! Berengsek! Semua salahmu!"Nara memukul Leo sambil memarahinya, "Bagaimana ini? Aku harus bagaimana?"Tanpa pikir panjang, Leo langsung berkata, "Gugurkan! Kalau Paman sampai tahu, aku bisa dibunuh.""Aku
Read more

Bab 239

Theo mengeluarkan beberapa permen dan memberikannya kepada Thea.Setelah melihat permen, Thea baru bersedia melepaskan tangan Theo. Theo agak khawatir melihat Thea yang dibawa masuk ke ruang konsultasi.Ini adalah pertama kalinya Thea berkonsultasi dengan psikiater. Theo berusaha menenangkan diri, Thea pasti baik-baik saja. Lagi pula dokter ini adalah dokter yang terkenal.Sekitar setengah jam, tiba-tiba pintu ruangan terbuka, lalu Thea berlari keluar dan langsung memeluk Theo.Emosi Thea masih terkendali, dia tidak menangis. Hanya saja Thea agak takut dan gugup.Theo memeluk Thea sambil menepuk punggungnya. "Tenang-tenang, ada aku."Dokter mempersilakan Theo duduk di sofa, lalu berkata, "Pak Theo, aku sudah membaca catatan medis yang kamu berikan. Setelah berinteraksi langsung, aku merasa Thea tidak memerlukan psikiater. Masalah utama bukan terletak pada psikologisnya.""Mungkin kamu bisa berkonsultasi dulu dengan dokter bedah. Setelah dioperasi, Thea mungkin bisa langsung sembuh tanp
Read more

Bab 240

"Mau makan siang bersama?" Theo mengajak Anisa.Anisa mengerutkan alis. "Kamu menungguku?"Theo tidak membantah. Kalau tidak menunggu Anisa, Theo sudah pergi sejak tadi."Di mana Thea?" tanya Anisa."Di mobil," jawab Theo sambil melirik mobil yang diparkir di halaman."Oh, kalian makan berdua saja. Ibuku sudah masak, kami makan di rumah." Anisa menolak tanpa ragu.Anisa tidak habis pikir, entah apa isi otak Theo, dia mau mengajak Anisa dan Thea makan bersama? Apakah Theo tidak tahu malu?"Aku sudah mereservasi tempat di restoran yang ada di samping." Theo tidak menyerah begitu saja. "Nanti aku mau mengantar Thea ke sekolah. Kamu juga mau mengantar William, 'kan? Habis makan, kita antar mereka ke sekolah."Anisa kembali menolak. "Kami makan di rumah saja. Anakku juga mau tidur siang dulu."Melihat Anisa yang tidak bisa diajak baik-baik, Theo terpaksa menggunakan cara provokatif. "Cuma makan siang, kamu takut? Hanya karena sudah bercerai, bukan berarti tidak boleh makan bersama, 'kan? Ja
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
89
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status