Anisa adalah orang yang tahu diri. Begitu mendengar suara Nara, Anisa langsung berkata, "Maaf mengganggu kencan kalian. Aku akan menerima hadiahnya, terima kasih banyak. Tapi lain kali jangan memberikanku hadiah lagi."Setelah bicara, Anisa langsung menutup teleponnya tanpa menunggu jawab Theo."Tut, tut, tut ...." Hati Theo seolah dicabik-cabik saat mendengar suara telepon yang ditutup."Theo, aku dengar kemarin Anisa tertidur di dalam mobil? Dia baik-baik saja, 'kan?" tanya Nara."Em." Theo tidak tertarik untuk membicarakan Anisa. "Oh iya, bagaimana dengan psikiater yang mau kamu rekomendasikan?"Nara mengeluarkan sebuah kartu nama dan memberikannya kepada Theo. "Dokter ini adalah psikiater terkenal. Awalnya aku mendapatkan slot di tahun depan. Untungnya ada teman yang mau membantu aku. Aku berhasil membuat janji dengannya hari rabu depan pagi. Nanti kamu langsung bawa Thea saja."Theo melihat nama yang tertera di kartu nama. Psikiater ini sama dengan yang direkomendasikan dokter Kel
William dan Wilona melihat sebuah CD dan selembar kertas.Wilona membuka kertas tersebut dan menatap tulisan yang tertera di atasnya. Wilona mengerutkan alis, lalu memberikannya kepada William. "Kak, aku nggak ngerti. Aku nggak bisa baca.""Aku juga nggak ngerti," jawab William saat melirik kertas tersebut.WIlliam dan Wilona hanyalah anak balita, mereka belum bisa membaca kata yang terlalu rumit."Ini apa?" Wilona membolak-balik CD yang dipegang.Tidak tertera gambar maupun tulisan di CD ini. William juga penasaran apa isi CD-nya, tetapi laptopnya sedang disita Anisa."Kak, ini bisa dimasukkan ke dalam laptop, 'kan? Ayo, pinjam laptopnya Paman Mike." Wilona memang gadis yang cerdik.William tergoda mendengar saran yang diberikan Wilona."Kak, biar aku saja yang pinjam. Kalau Ibu tahu kamu yang pinjam, nanti kamu dimarahi." Wilona melompat dari tempat tidur dan pergi ke kamar Mike.William berpikir sebentar, lalu mengikuti Wilona. William khawatir Wilona tidak sanggup membawa laptop ya
Jika tahu isinya hanya CD dan secarik kertas, Wilona tidak akan mau bersusah payah membawanya pulang.Sekarang, masalahnya bagaimana cara mengembalikan kotak ini ke rumah Theo? Wilona tidak mungkin mengembalikannya secara terang-terangan. Wilona juga tidak mungkin berkunjung ke rumah Theo tanpa alasan.Sudahlah, hanya sebuah CD, tidak ada yang istimewa. Ketika William kembali ke kamarnya, Wilona sudah tertidur pulas.....Sepertinya Anisa kebanyakan tidur, dia sama sekali tidak mengantuk.Ketika terjaga di malam hari, orang-orang cenderung lebih mudah terbawa suasana. Contohnya, tiba-tiba Anisa malah merindukan Theo.Anisa membayangkan wajah Theo yang tampan, napas yang lembut, serta aroma tubuhnya yang khas. Anisa bahkan masih mengingat sentuhan lembut serta kehangatan Theo.Jika Theo tidak menyelamatkan Anisa, mungkin Anisa sudah tidak bernyawa.Ada banyak hal yang ingin diungkapkan, tetapi Anisa tidak berani mengatakannya.Theo sudah bukan suami Anisa. Di hati Theo ada Thea, di sisi
Sepuluh menit kemudian Leo muncul di hadapan Nara.Leo mengenakan baju tidur dan sandal jepit. Rambutnya pun masih acak-acakan.Sesaat menerima telepon Nara, Leo langsung buru-buru datang.Rasanya Leo ingin marah, kenapa Nara menelepon dan memarahinya? Leo bisa memahami kekesalan Nara karena kejadian tempo hari. Namun Leo tidak sengaja, dia juga korban.Hanya saja amarah Leo pun sirna begitu melihat kedua mata Nara yang memerah."Dok, ada apa?" Leo berdeham, lalu bertanya, "Paman mencampakkanmu?"Nara mendengus dingin, lalu berdiri sambil memegang pohon besar yang ada di samping."Aku hamil!" kata Nara sambil menggertakkan gigi. "Anakmu!"Leo membelalak, dia sulit memercayainya. "Apa? Kita baru melakukannya sekali ...."Nara mengangkat tasnya dan langsung memukul kepala Leo. "Sialan! Berengsek! Semua salahmu!"Nara memukul Leo sambil memarahinya, "Bagaimana ini? Aku harus bagaimana?"Tanpa pikir panjang, Leo langsung berkata, "Gugurkan! Kalau Paman sampai tahu, aku bisa dibunuh.""Aku
Theo mengeluarkan beberapa permen dan memberikannya kepada Thea.Setelah melihat permen, Thea baru bersedia melepaskan tangan Theo. Theo agak khawatir melihat Thea yang dibawa masuk ke ruang konsultasi.Ini adalah pertama kalinya Thea berkonsultasi dengan psikiater. Theo berusaha menenangkan diri, Thea pasti baik-baik saja. Lagi pula dokter ini adalah dokter yang terkenal.Sekitar setengah jam, tiba-tiba pintu ruangan terbuka, lalu Thea berlari keluar dan langsung memeluk Theo.Emosi Thea masih terkendali, dia tidak menangis. Hanya saja Thea agak takut dan gugup.Theo memeluk Thea sambil menepuk punggungnya. "Tenang-tenang, ada aku."Dokter mempersilakan Theo duduk di sofa, lalu berkata, "Pak Theo, aku sudah membaca catatan medis yang kamu berikan. Setelah berinteraksi langsung, aku merasa Thea tidak memerlukan psikiater. Masalah utama bukan terletak pada psikologisnya.""Mungkin kamu bisa berkonsultasi dulu dengan dokter bedah. Setelah dioperasi, Thea mungkin bisa langsung sembuh tanp
"Mau makan siang bersama?" Theo mengajak Anisa.Anisa mengerutkan alis. "Kamu menungguku?"Theo tidak membantah. Kalau tidak menunggu Anisa, Theo sudah pergi sejak tadi."Di mana Thea?" tanya Anisa."Di mobil," jawab Theo sambil melirik mobil yang diparkir di halaman."Oh, kalian makan berdua saja. Ibuku sudah masak, kami makan di rumah." Anisa menolak tanpa ragu.Anisa tidak habis pikir, entah apa isi otak Theo, dia mau mengajak Anisa dan Thea makan bersama? Apakah Theo tidak tahu malu?"Aku sudah mereservasi tempat di restoran yang ada di samping." Theo tidak menyerah begitu saja. "Nanti aku mau mengantar Thea ke sekolah. Kamu juga mau mengantar William, 'kan? Habis makan, kita antar mereka ke sekolah."Anisa kembali menolak. "Kami makan di rumah saja. Anakku juga mau tidur siang dulu."Melihat Anisa yang tidak bisa diajak baik-baik, Theo terpaksa menggunakan cara provokatif. "Cuma makan siang, kamu takut? Hanya karena sudah bercerai, bukan berarti tidak boleh makan bersama, 'kan? Ja
Theo ingin menggunakan kesempatan ini untuk berbicara baik-baik dengan Anisa."Aku dan Thea ...." Ketika berbicara, tiba-tiba Theo melihat foto pria yang ada di layar ponsel Anisa. "Siapa pria ini?"Theo merasa familier dengan pria ini. Dia yakin, dia pernah bertemu dengan pria ini. hanya Theo lupa bertemu di mana.Anisa mengambil ponselnya sambil bergumam, "Kamu masih sama seperti dulu, suka mencampuri privasi orang lain. Semua pria berumur memang kayak gini, ya?""Akhir-akhir ini aku lagi menyukai artis ini. Kenapa? Ganteng, 'kan? Sudah ganteng, muda pula. Pria idamanku persis kayak gini." Anisa sengaja memancing kemarahan Theo.Theo marah sampai menggertakkan giginya. Maksud Anisa, Theo sudah tua?Awalnya Theo ingin berbicara baik-baik, tetapi melihat sikap Anisa, Theo pun mengurungkan niatnya. Sekarang Anisa hanya menyukai pria muda, dia tidak menyukai pria berumur."Tadi kamu mau ngomong apa?" Anisa puas melihat raut wajah Theo yang tampak masam."Tidak ada. Ayo, makan," jawab The
Ucapan Sania seolah menyadarkan Anisa. Terlepas apakah Theo hadir atau tidak, Anisa tetap harus mengundang Theo.Anisa menyalahkan diri sendiri. Untuk apa dia menerima hadiah pemberian Theo?Seandainya tidak menerima hadiah pemberian Theo, Anisa tidak perlu bimbang seperti ini.Setelah menutup telepon Sania, Anisa langsung menghubungi Mike dan bertanya, "Kenapa kamu nggak bilang mau mengadakan pesta lagi?""Kalau aku bilang, memangnya kamu bakal setuju?" Mike sudah menebak respons Anisa, dia tidak akan menyetujui usulan Mike. "Aku terpaksa mengundang tamu dulu. Dengan begitu kamu nggak bisa nolak.""Kalau gitu kamu saja yang pergi, aku nggak mau." Anisa mendengus dingin."Aku sudah mengundang Theo. Katanya dia bakal datang, dasar nggak tahu malu." Nada bicara Mike terdengar sinis. "Anisa, mantan suamimu nggak tahu malu, kenapa kamu bsia menyukai pria seperti dia?"Anisa memijat kepala, lalu mematikan teleponnya. Tak sampai satu menit, Sania kembali menelepon Anisa."Anisa, Theo mau per
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."