Semua Bab Gairah Berbahaya sang Mafia: Bab 391 - Bab 400

529 Bab

Bab 391 - Mengawasi

“Regis, tunggu aku!”Amora telah melangkah dengan cepat keluar dari restoran agar bisa menyusul Regis. Ia terpaksa berteriak karena Regis terus berjalan tanpa menunggunya. Tindakannya itu telah menarik perhatian semua orang.Untung saja Amora mengenakan kacamata hitam dan masker sebelum keluar dari restoran tersebut. Begitu juga dengan Regis sehingga orang-orang di sekitar mereka tidak menyadari jika lelaki yang dipanggil Amora adalah Regis Lorenzo.“Jalannya pelan sedikit dong, Regis,” keluh Amora dengan bibir merengut masam.Kaki pria itu melangkah lebar dan cepat sehingga Amora terpaksa harus berlari kecil untuk bisa menyamai langkahnya.Awalnya Regis tidak menanggapi, tetapi perlahan ia memperlambat langkahnya ketika Amora menarik ujung lengan kemejanya untuk menarik perhatiannya.“Suamiku ….” panggil Amora dengan nada suara yang dibuat mendayu manja. Pria itu hanya menoleh sekilas.&ldqu
Baca selengkapnya

Bab 392 - Mencurigakan

“Grup Lysander mengalami kebangkrutan! Charlie Lysander kritis!”Itulah judul berita utama yang terbaca di mata Amora saat ini. Wajah Amora berubah pias. Ia benar-benar syok membaca berita tersebut.Namun, anehnya ia tidak merasa senang sedikit pun. Padahal seharusnya ia bergembira dengan kondisi yang dialami keluarga Lysander setelah mereka mencampakkan dirinya tujuh tahun lalu.Sebaliknya, melihat gambar kakeknya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan kondisi tak berdaya, dada Amora terasa sakit dan ia merasa usia kakeknya itu tidak lama lagi.Melihat Amora yang terpaku dengan kedua tangan yang tampak bergetar, Regis langsung memegang tangan wanita itu dengan sigap.“Ada apa, Sayang? Apa yang kamu lihat?” selidik Regis seraya melirik layar ponsel istrinya.Amora pun menunjukkan berita tersebut kepada Regis. “Aku tidak tahu kalau ternyata Grup Lysander mengalami krisis keuangan selama satu t
Baca selengkapnya

Bab 393 - Perbedaan Pendapat

“Tuan, Anda sungguh tidak ingin menyewanya? Kalau memang Anda tidak menginginkannya, saya akan menyerahkannya kepada calon penyewa lain. Siang ini masih ada yang ingin melihatnya,” ujar agen tersebut. Walaupun mendengar ancaman dari agen tersebut, Regis langsung menolak dengan tegas. Akan tetapi, Amora langsung menarik lengan Regis dan meminta izin kepada agen properti tersebut agar mereka dapat berdiskusi selama beberapa menit. Amora pun membawa Regis untuk menepi sejenak di salah satu sudut ruangan dan berkata, “Suamiku … aku rasa rumah lain tidak ada yang biaya sewanya di bawah standar kalau kriterianya seperti ini. Apa kamu tidak ingin mempertimbangkannya lebih dulu?” Regis tertegun. Terlihat jelas raut wajah istrinya yang tidak ingin merelakan kesempatan sebagus itu untuk diberikan kepada orang lain. Apalagi mereka perlu melakukan penghematan saat ini. Tawaran seperti ini sangatlah langka dan tentu saja juga menggiurkan bagi siapa pun yang menden
Baca selengkapnya

Bab 394 - Pendukung Di Belakang Layar

“Marah?” Satu alis Amora terangkat.Regis mengangguk ragu. “Bukankah memang begitu? Buktinya saja kamu diam terus di jalan tadi,” timpalnya.Amora tertawa kecil selama beberapa saat, lalu ia berkata, “Aku tidak marah kok. Hanya tadi memang sempat sedikit kesal saja. Maafkan aku.”Amora dapat melihat kekhawatiran Regis terhadap ucapannya dan ia kembali menambahkan, “Tapi, aku sudah memikirkannya dan aku sadar kalau kamu hanya ingin memastikan keamanan kita saja.”Selama perjalanan tadi Amora memang lebih banyak diam karena sedang merenungi diri atas ucapan Regis dan ia menyadari kalau sikap keras kepalanya mungkin malah akan membahayakan mereka.Namun, sikap diam Amora tersebut malah disalahartikan oleh Regis. Pria itu mengira Amora sengaja mengabaikannya.“Aku minta ma—"Amora berniat untuk meminta maaf sekali lagi, tetapi tiba-tiba saja Regis mendekatinya, lalu mengecup bibi
Baca selengkapnya

Bab 395 - Sakit

Tiga hari sudah Regis, Amora dan Rayden menempati rumah kontrakan mereka yang sederhana. Pagi yang tenang menyambut mereka dengan penuh suka cita. Tercium aroma panggangan pizza yang baru saja keluar dari oven bercampur dengan aroma kopi yang baru saja diseduh.“Pagi, Ayah,” sapa Rayden kepada ayahnya yang baru saja keluar dari kamar mandi dan bergabung bersama mereka di meja makan.“Pagi, Ray,” sahut Regis seraya membalas kepalan tangan yang ditawarkan putranya.Kesederhanaan seperti ini telah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Regis selama beberapa hari terakhir ini. Seulas senyuman dan sapaan hangat yang menyambut pagi mereka tidak dapat tergantikan dengan harta maupun kekuasaan.Akan tetapi, masih ada satu hal yang menjadi permasalahan di dalam diri Regis, yaitu dia belum mendapatkan satu pemasukan rutin pun hingga saat ini. Dua hari terakhir ini Regis mencoba untuk mengajukan lamaran ke beberapa perusahaan, tetapi ia tidak me
Baca selengkapnya

Bab 396 - Pesan Ancaman

‘Astaga. Ini sudah jam berapa?’ Amora sangat terkejut ketika dirinya terbangun dan melihat matahari telah menukik tinggi di cakrawala. Ia langsung menoleh ke arah jam yang terpasang di dinding dan semakin syok saat melihat waktu yang hampir menunjukkan pukul sepuluh pagi. Padahal ia belum menyiapkan menu makan siang untuk suami dan putranya. Amora mengacak rambutnya hingga menjadi lebih kacau lagi dan bergumam, “Ya ampun, bisa-bisanya aku malah tidur selama ini,” Padahal tadi ia hanya bermaksud untuk sekedar berbaring saja, tetapi ia malah terlelap selama tiga jam penuh! Biasanya meskipun Amora merasa sangat mengantuk, ia tidak pernah sampai tidur sepulas ini. Ia merasa sangat aneh dan berpikir jika sejak seminggu terakhir terutama hari ini ia merasa tubuhnya merasakan kelelahan yang luar biasa hebat. “Apa mungkin aku memang benar-benar sakit?” gumamnya dengan cemas. Namun, beberapa saat kemudian, Amora menggelengkan kepalanya dengan kuat. Ia mencoba untuk menuangkan afirmasi po
Baca selengkapnya

Bab 397 - Penuh Tekanan

“Nenek ….” Gumaman Amora terdengar lirih dan pilu. Ia merasa sangat menyesal karena telah membuat neneknya yang tidak bersalah harus terlibat dalam permasalahannya. Amora menggenggam ponselnya dengan erat. Keinginannya untuk tidak bertemu dengan Diego seketika beralih. Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlari keluar dari rumah kontrakannya menuju tempat yang telah ditentukan oleh Diego. Tiga puluh menit kemudian, Amora tiba di tempat tujuan. Ia melayangkan pandangannya ke sekitarnya sebelum masuk ke dalam restoran tersebut. Kedua alis Amora bertaut ketika membaca papan tanda yang tergantung pada pintu restoran yang menunjukkan jika restoran tersebut telah tutup. Padahal keadaan di luar restoran masih terlihat ramai seperti biasanya. Tidak seharusnya restoran itu tutup secepat ini. Jantung Amora berdebar sangat cepat karena firasat buruk terlintas di dalam kepalanya atas situasi buruk yang mungkin terjadi di dalam restoran tersebut. Sempat terbesit niatnya untuk mengangkat kakin
Baca selengkapnya

Bab 398 - Berbalik Menyerang

“Tuan Besar Lorenzo—”“Mari kita bicara sambil makan,” sela Diego sebelum Amora sempat mengutarakan pemikirannya lagi. Ia memberikan isyarat kepada salah seorang bawahannya yang berdiri di depan pintu ruangan tersebut.Tanpa menunggu lama, salah seorang pelayan telah mendorong troli makanan yang telah dipersiapkan sejak tadi. Ia meletakkan sepiring beef burguignon di hadapan Amora dan Diego.Aroma daging dari makanan itu begitu menggugah selera Amora. Akan tetapi, ia berusaha menahan dirinya untuk tidak tergiur dengan kelezatan di depan matanya ituSebenarnya ia sudah sangat lapar karena sejak pagi ia belum menyentuh makanan apa pun. Akan tetapi, ia tidak bisa gegabah menerima jamuan yang tersaji di hadapannya saat ini.“Maaf, tolong bawa pergi makanan saya,” pinta Amora kepada pelayan restoran itu.Sang pelayan melirik wajah Diego yang telah berubah nanar ketika mendengar penolakan yang dinilai sangat tidak menghargai perjamuan tersebut.Amora juga dapat merasakan perubahan dari pria
Baca selengkapnya

Bab 399 - Alasan yang Tidak Adil

“Anda sedang mengkritik saya tentang cara saya menangani putra saya, Nona Lysander?” selidik Diego dengan wajah yang tampak dingin.Aura yang terasa menyesakkan itu membuat Amora menahan napasnya. Ia segera memutuskan kontak matanya dari pria paruh baya itu. Tatapan tajam yang seolah mampu mencekiknya itu membuat Amora sadar jika ia sudah melewati batas. Namun, ia tidak merasa ucapannya tadi tidak benar.“Saya rasa Anda tahu maksud saya yang sebenarnya, Tuan Besar,” jawab Amora yang tidak ingin mengalah sedikit pun.Diego berdengus. Sikap pantang menyerah wanita itu membuatnya kagum sekaligus kesal. “Jika dia tidak memilih hidup bersamamu, saya juga tidak akan bertindak sejauh ini, Nona Lysander,” cetusnya dengan suara yang dibuat setenang mungkin.Padahal amarah tengah bergemuruh hebat di dalam dada Diego. Akan tetapi, ia tidak ingin Amora menyadari jika wanita muda itu berhasil mengaduk emosinya dengan mudah.D
Baca selengkapnya

Bab 400 - Bukan Lawan yang Mudah

“Apa Anda ingin bertemu dengan ayah kandung Anda, Nona Lysander?” selidik Diego.Ia sempat berpikir untuk mempertemukan mereka sebagai balasan apabila Amora setuju untuk meninggalkan Regis. “Jika Anda mau, saya bisa—”Akan tetapi, Amora langsung menyelanya dan menjawab, “Tidak perlu!”Diego tertegun. Ia dapat melihat cairan bening yang mulai menumpuk di sepasang mata jernih milik wanita itu. Akan tetapi, sorot matanya terlihat tajam seolah ingin menerkamnya hidup-hidup.Seulas senyuman tipis membingkai bibir Diego. Wanita itu memiliki satu sisi yang begitu mirip dengan Alejandro Volker dan sisi inilah yang sangat tidak disukai oleh Diego.Walaupun mengetahui kemarahan wanita muda itu terhadap Alejandro dan dirinya, tetapi Diego tidak peduli sedikit pun. Justru ia malah berpikir jika ada baiknya Amora sangat membenci Alejandro karena hal ini merupakan satu keuntungan tersendiri bagi Diego.‘Alejandro Volker, mungkin balasan yang tepat untukmu adalah dengan menggunakan kebencian putrimu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3839404142
...
53
DMCA.com Protection Status