“Owen, ka ... kamu kenapa? Kamu nggak apa-apa, ‘kan?” Theresa langsung ketakutan dan buru-buru memapah Owen untuk berdiri.“Menyebalkan! Owen, apa kamu sudah gila? Kenapa kamu nggak menghindar?” teriak Yura dengan marah. Dia pun tidak bisa menahan air matanya lagi.Sebenarnya, Yura sangat ingin menghampiri Owen dan memeriksa lukanya. Namun, setelah melihat Theresa yang berada di belakang Owen, dia pun menghentikan langkah kakinya.“Yura, apa kamu sudah puas?” Owen menghela napas panjang. Suaranya mengandung kegetiran yang tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata.“Belum! Selama kamu belum kembali ke sisiku, aku akan membencimu selamanya!” ujar Yura dengan marah. Namun, air mata yang membasahi pipinya malah menunjukkan kesedihan dan kelemahan hatinya.“Yura, aku memang bersalah padamu. Kalau kamu bisa merasa lebih baik dengan memukulku, pukul saja aku sampai kamu merasa puas!” kata Owen dengan tidak berdaya.“Oke, kamu sendiri yang bilang ya! Asal kamu tahu, satu seranganku ini saja
Baca selengkapnya