All Chapters of Suami Hilang, Dapat Jodoh Dadakan : Chapter 51 - Chapter 60

126 Chapters

51

"Yudi.... Kamu....""Ya, aku yang sudah sabotase kecelakaan kerja itu. Aku begitu berharap Aziz salah satu korban yang meninggal. Da saat Aziz tidak kunjung kembali, aku yakin jika dia memang sudah mati. Jadi, tidak akan ada lagi orang yang menghalangiku untuk mendapatkan kamu,'' ujar Yudi tanpa sedikitpun rasa penyesalan."Kamu jahat! Kamu tega! Kenapa kamu lakuin ini? Kenapa kamu begitu tega membuat seorang anak kehilangan ayahnya, dan kamu tega membuat aku berjuang sendiri untuk membesarkan anak ku? Kenapa Yudi!'' Nada berbicara dengan lantangnya."Salah Kamu sendiri, Nada. Padahal sejak lama aku sudah bilang agar kamu mau menikah denganku. Setidaknya dengan menikah denganku. Aku akan penuhi kebutuhan kamu dan Nazril. Kamu tidak perlu berjuang sendiri. Tapi Kamu terlalu sombong, kamu juga terlalu percaya diri terus saja mengira Aziz masih hidup. Sekarang, kamu baru tahu rasa kan?''Air mata Nada semakin luruh, tiba-tiba ia teringat pada Akbar. Ia sudah kecewa pada orang yang salah.
Read more

52

Keadaan Akbar membaik secara berangsur. Ia kini bersedia untuk makan, ia juga jarang melamun. Sepertinya, sugesti yang diberikan Ilham berpengaruh besar. Mungkin Akbar merasa apa yang dikatakan sang kakak ada benarnya.Terpuruk seperti ini bukanlah solusi yang tepat. Ibaratnya, dunia tidak akan hancur hanya karena orang yang kita cintai pergi. Hidup masih berlanjut dan terus berada di lubang keterpurukan sesuatu yang tidak tepat.Yang harusnya kita yakin yaitu, kita harus percaya dan yakin jika seseorang yang kita cintai meskipun pergi jauh, jika memang mereka berjodoh. Tuhan akan punya caranya sendiri untuk menyatukan.Tentunya dengan cara yang tidak akan kita duga. "Bagaimana keadaanmu sekarang, Bar? Kakak harap kamu lebih baik." Ucap Ilham tatkala ia menjenguk Akbar.Akbar menoleh ke arah datangnya Ilham. Ia tersenyum seulas. Dalam hatinya ia merasa malu sendiri karena sang Kiki kini tahu jika dirinya begitu lemah hanya karena wanita."Alhamdulilah, sekarang sudah jauh lebih baik
Read more

53

Nazril melangkah pergi, namun Nada menahannya. Ia malah memeluk Nazril dan terus meminta maaf pada Nazril. Ia merasa jadi ibu yang tidak baik karena sudah melibatkan anak seusia Nazril dalam bahaya. Bahkan ia meminta pada Nazril untuk berbohong.."Maafkan bunda, Nazril. Sungguh ini kali pertama dan terakhir Bunda melibatkan Nazril. Ini juga kali pertama dan terakhir Bunda meminta Nazril untuk berbohong. Sungguh jika keadaan tidak mendesak seperti ini, Bunda tidak akan melakukan itu." Nada menangis tersedu-sedu di pelukkan Nazril. Bocah enam tahu itu seolah mengerti kesedihan bundanya, ia berusaha untuk menghibur. Ia tahu ini posisi yang sulit.."Jangan menangis, Bunda. Bagi Nazril, Bunda adalah Bunda terhebat, terkuat dan terbaik. Nazril tahu alasan bunda seperti ini. Nazril akan melupakannya."Nada mengurangi pelukannya, ia lalu membelai wajah Nazri dengan begitu lembutnya "Terima kasih."Nazril mengangguk. "Nazril pergi dulu, bunda. Biar kita bisa secepatnya pergi dari sini.""Iya
Read more

54

Nada menggeliat, ia perlahan membuka kedua matanya. Namun, ia menyadari sesuatu. Ia merasa berada di atas benda yang empuk. Padahal seingatnya,Nia berada di dalam mobil. Perlahan matanya ia edarkan ke setiap sudut . Nada langsung beranjak saat ia menyadari jika dirinya tidak lagi berada di dalam mobil. Melainkan di sebuah kamar mewah dan besar."Astaghfirullah, aku di mana? Kenapa ada di sini?" Tanya Nada pada dirinya sendiri."Nazril, ke mana dia?" Nada celingukan mencari Nazril.Otaknya tiba-tiba berpikir. Apa mungkin dirinya tertangkap oleh Yudi. Dan Yudi membawanya ke tempat baru dan kembali memisahkan Nazril dengan dirinya?Buru-buru Nada beranjak. Ia ingin protes dan kembali membawa Nazril."Yudi, apa pria itu menemukan aku dan Nazril? Tidak! Ini tidak boleh dibiarkan. Nazril, bunda akan bawa kamu. Bunda pasti bisa menemukan kamu." Gumamnya. Lalu segera beranjak.Saat Nada hendak membuat pintu, rupa-rupanya terdahuli seseorang dari luar. Nada pun pasang kuda-kuda, takut itu adal
Read more

55

Nada terus memeluk surat dari Aziz dengan linangan air mata. Ia tidak bisa membayangkan hal apa saja yang telah suaminya lalui. Penderitaan kah, hinaan kah? Sungguh Nada tidak tahu. Namun, nada yakin telah begitu banyak sesuatu yang sudah suaminya lalui."Mas, kenapa kamu punya pikiran seperti itu? Kenapa kamu tidak berusaha untuk mencoba menemui ku? Demi Allah apa pun yang terjadi kepadamu,.aku akan senantiasa menerimanya. Karena aku benar mencintai kamu," Gumam Nada disela penyesalan Nada. Nada lalu melipat kembali surat dari Aziz. Kemudian ia simpan kembali ke dalam amplop warna merah muda itu. Sekarang, dia sudah tenang.. karena mengetahui tentang sang suami. Meksipun sedih karena faktanya sang suami sudah menghadap sang pencipta.Disimpannya amplop merah muda itu ke dalam laci nakas . Ia berniat hari ini untuk menziarahi makam Aziz. Nada keluar dari kamar untuk menemui pak tua yang sama sekali tidak ia ketahui namanya.Saat Nada mencari pak tua. Nada memperhatikan setiap sudut
Read more

56

Nada mencoba untuk menata kembali hidupnya. Ia berusaha untuk tidak terus menengok kebelakang. Atau terus berada lubang kenangan buruk yang ia alami.Ia pun berjanji, akan mengelola harta yang sudah ditinggalkan suaminya untuk kepentingan banyak orang. Dia tidak akan hanya memperkaya diri. Tapi, ia berharap dengan rezekinya bisa membahagiakan orang banyak.Ia pun percaya, jika sang suami mendapatkan ini semua dengan cara halal dan baik..dia tahu betul bagaimana sifat sang suami."Pak Deni, jujur aku gak bisa berbisnis. Sekolah bisnis pun aku tidak bisa. Jika bersedia maukah pak Deni membimbing ku? Mengajariku bagaimana cara berbisnis itu. Suamiku mempercayai pada bapak itu artinya bapak memang layak untuk dipercaya.''"Apa Nyonya benar-benar percaya sama saya? Bagaimana jika saya curang?" Ujar Deni.Nada tersenyum. "Aku yakin pak Deni bukan orang seperti itu."Deni merasa terharu karena Nada mempercayai dirinya. Ia memang tidak akan pernah berkhianat. Dia begitu banyak utang segala pa
Read more

57

Akbar bergeming, tubuhnya mendadak mati rasa. Bahkan ia merasa jika napasnya berhenti beberapa detik. Akbar harap ini bukanlah mimpi. Ia harap apa yang saat ini tengah ia lihat adalah nyata. Wanita itu, wanita yang tengah berbicara dengan Firman adalah wanita yang selama dua tahun ini ia tunggu. Wanita yang selama ini berhasil membuat dirinya menutup mata da. Hatinya untuk wanita mana pun kecuali Nada.Secara spontan, Akbar mulai berjalan mendekat. Ia ingin melihat dari jarak paling dekat. Wajah wanita yang sangat ia rindukan. Senyum yang dua tahu lalu sirna, kini kembali terbit. Mata yang dua tahu lalu selalu terlihat sendu kini terlihat berbinar. Bahkan langkah kakinya yang dua tahun lalu terlihat tidak bertenaga kini dalam hitungan detik berubah. Langkahnya terlihat penuh tujuan dan masa depan.Semua itu karena ia melihat wanita yang ada di dua tahun lalu. Tepat, saat Akbar berada di jarak paling dekat dengan Nada. Nada mulai menyadari ada sesuatu yang aneh, ia merasa tengah diper
Read more

58

Nada dan Akbar sengaja menjauh dari keramaian. Mereka memilih duduk di bangku taman gedung Firma FF itu. Awalnya keduanya merasa Canggung, sekian lama tidak bertemu membuat mereka serasa menjadi dua orang asing baru bertemu."Bagaimana kabarmu?" ucap Akbar dan Nada secara bersamaan.Mereka pun saling menatap saat secara bersamaan berbicara pertanyaan yang sama. Seketika Akbar langsung tersenyum kikuk sementara Nada terlihat tenang. "Ke mana saja selama dua tahun ini, Mbak? Akbar mencari Mbak, tapi keberadaan Mbak seolah-olah hilang ditelan bumi. Tidak tahu kah Akbar hampir tidak waras karena tidak menemukan Kamu, Mbak. Tidak tahukah Akbar hampir sekarat karena terus merindukan kamu?" Nada terkekeh mendengar pernyataan Akbar, ia merasa geli sendiri seorang Akbar bisa berbicara seperti itu. Akbar yang Nada kenal bukanlah Akbar yang serapuh itu Apalagi hanya karena wanita. "Ternyata waktu mampu mengubah seseorang. Akbar yang aku kenal tidak mungkin seperti itu kan?" tanya Nada."Akbar
Read more

59

Melihat Nada masih terdiam membuat Akbar kembali mengulang kata-katanya, sebuah kata-kata pengakuan cinta."Aku tahu cara ini tidaklah romantis. Sungguh aku sama sekali tidak tahu hal romantis itu seperti apa. Aku terlalu kaku, aku terlalu bodoh dalam urusan itu. Tapi, sekali lagi aku tegaskan maukah kamu menikah dengaju? Menjadi istri dunia akhirat ku?''Nada masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Akbar mencintainya? Menikah dengannya? Mana mungkin! Selama ini Akbar sudah Nada anggap adiknya. Lagi pula Akbar memang pantasnya menjadi adiknya, bukan kekasih apa lagi suami."Akbar, sepertinya kamu sakit. Makanya bicara kamu sedikit ngawur. Pulang! Jika memang"Kamu tidak enak badan,'' tutur Nada, ia hendak memutar balikkan keadaan."Aku sehat, Nada! Dan apa yang aku katakan tadi bukan bualan semata tapi itu sungguh tulus dari hatiku. Tidak bisakah kamu lihat ketulusan ku ini? Jika aku benar-benar mencintaimu dan aku ingin kamu jadi istriku. Ketahuilah, sejak pertama kali kita ber
Read more

60

Akbar menunggu Nada di depan. Ia ingin berbicara kembali dengan Nada. Lebih tepatnya ia ingin menyakinkan Nada jika perasaan cintanya itu adalah tulus. Ia sama sekali tidak peduli dengan status Nada. Dari jarak beberapa meter, Akbar melihat Nada keluar dari lobi. Secepatnya Akbar menyusul. Atau minimal ia harus punya nomor atau alamat rumah Nada.Nada yang melihat Akbar berjalan ke arahnya, hanya bisa mendesah. ia berusaha untuk bersikap tak acuh."Nada aku belum selesai bicara. Ayo, kita selesaikan pembicaraan kita.'' Akbar berkata seraya berjalan menyeimbangi langkah Nada."Apa lagi yang mau dibicarakan, Bar? Semua sudah jelas, sampai kapan pun kamu tetaplah adikku. Tidak lebih dari itu."Akbar menghadang langkah Nada hingga Nada terhenti. Nada benar-benar dibuat frustrasi."Kasih aku alasan yang lebih masuk akal. Kenapa Kamu menolak ku? " tanya Akbar ia masih belum menyerah."Alasanku sudah jelas, Bar. Aku tidak pantas untuk mu. Tidak ada apa-apa yang patut dibanggakan dalam hidup
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status