All Chapters of Suami Hilang, Dapat Jodoh Dadakan : Chapter 61 - Chapter 70

126 Chapters

61

"Akbar, apa yang kamu katakan? Firman tolong jangan dengarkan dia. Dari dulu, dia memang selalu asal kalau bicara. Dia suka bercanda." Tutur Nada pada Firman."Aku berkata serius, bukankah tadi aku melamar mu? Aku tinggal menunggu waktu, waktu untuk kamu berpikir lalu menjawab lamaran ku," tutur Akbar sekenyanya.Nada tidak habis pikir, kenapa bisa-bisanya Akbar seenaknya berkata. Mereka baru bertemu kembali setelah sekian lama berpisah. "Akbar....""Kenapa? Mau jawab lamaran ku sekarang?""Sepertinya, Tuan Akbar terlalu memaksakan. Aku lihat Nada justru terlihat tidak nyaman...""Tunggu! Nada? Anda panggil Nada tanpa embel-embel? Seakrab itu kah?'' Tanya Akbar ia baru menyadari, jika Firman terlihat begitu akrab dengan Nada."Aku sudah kenal lama dengan Nada. Bisa dibilang kami begitu dekat. Benarkan Nada?" Tanya Firman pada Nada seraya menoleh ke arah Nada."I-iya, aku dan Firman memang lama kenal. Dia banyak membantuku, usahaku bisa ada di titik ini saja karena bantuan Firman."Me
Read more

62

"Next time, aku gak akan kehilangan kesempatan untuk bersama Nada." Gumam Firman saat Nada dan Akbar sudah pergi dengan mobil mereka masing-masing.Sepanjang perjalanan mengikuti Nada, Akbar tidak hentinya terus tersenyum. Ia bahkan berkendara sambil bersiul ria. Tidak pernah sebelumnya Akbar seperti ini. Mungkin efek jatuh cinta bisa membuat orang terlihat aneh dan berbeda. Mau tidak percaya, tapi ada buktinya, Akbar.Sementara Nada, ia terus saja melihat ke arah spion. Ia terus mengintip Akbar, mungkin ia ingin memastikan apakah Akbar masih mengikutinya atau tidak Saat tahu Masih mengikutinya, terlihat senyum seulas sebelum senyum itu kembali berubah datar."Kenapa dia jadi berubah seperti ini? Bukankah dulu dia tipe orang pamalu? Lalu kenapa sekarang malah bertindak sebaliknya. Ia seperti kehilangan urat malunya." Gumam Nada di sela aktivitas menyetir.Cukup menempuh perjalanan dua puluh menit, Nada dan Akbar sampai di kediaman Nada. Akbar segera turun lalu menghampiri Nada yang su
Read more

63

Ilham memegangi pundak Akbar, lalu ia menepuk-nepuk beberapa kali."Kakak ingin melihat kamu seperti dulu, Bar. Kakak merasa asing dengan kamu seperti ini. Kakak harap setelah bertemu lagi Nada, kamu bisa seperti dulu," Tutur Ilham."Tapi ... Dari mana kakak tahu jika nada akan datang ke sana? Apa Kakak sudah lama tahu keberadaan Nada?" Tanya Akbar begitu penasaran. Ilham menarik napas panjang, ia senderkan punggungnya pada sandaran sofa. Pandangannya ia arahkan pada langit-langit rumah, ia terlihat seperti tengah mengingat."Kakak baru tahu dua hari lalu. Tahu Nada begitu dekat dengan kita membuat Kakak senang. Setidaknya ada harapan untuk kamu kembali seperti dulu. Saat itu, kakak pergi ke perusahaan Firman. Dia bercerita jika ia memiliki wanita yang ia cintai. Wanita yang menurutnya begitu berbeda dengan wanita lainnya. Lalu, Firman memperlihatkan foto dari handphonenya. Kau pasti bisa menembak siapa wanita dalam foto di handphone Firman."Ilham bertanya pada Akbar, agar sang adik
Read more

64

Dua mobil mewah berhenti tepat di depan perkarangan rumah Nada. Nada yang kala itu akan mengantarkan Nazril sekolah hanya bisa menatap bergantian pada dua mobil tersebut.Satu mobil ia kenali, tapi satu lagi ia tidak mengenalinya. Sepertinya kali pertama datang ke rumahnya.Secara bersamaan pula, orang yang mengemudikan mobil tersebut keluar. Nada terkejut saat mendapati pemilik mobil yang tidak ia kenali adalah orang yang baru tadi malam ia temui.Orang tersebut adalah Akbar dan satu orang lagi adalah Firman. Mereka berdua sama-sama tersenyum ke arah Nada. Nada balas tersenyum namun dengan senyuman kikuknya.Nazril yang melihat kehadiran Akbar tiba-tiba berteriak memanggil Akbar dan langsung berlari."Om Akbar," teriak Nazril seraya berlari dan memeluk Akbar.Akbar menyambut Nazril dengan berjongkok dan merentangkan kedua tangannya."Nazril," panggil Akbar.Mereka berpelukan, Firman dan Nada hanya diam melihat interaksi keduanya. Terlebih Firman, ia terkejut melihat Akbar begitu Akra
Read more

65

Dalam mobil, saat mobil mulai melaju Nazril terus saja menengok ke belakang. Ia tengah melihat Akbar dan Firman yang masih beradu mulut. Setelah itu, Nazril kembali menghadap ke depan. Lalu ia menatap Nada dan bertanya."Bunda kenapa pergi? Nazril masih rindu om Akbar. Nazril mau sama om. Nazril gak mau jauh sama Om Akbar. Bunda, kalau kita bersama om Akbar kita aman. Ayo Bunda, kita kembali menemui om Akbar." Nazril merengek, ia bahkan sampai menggoyangkan lengan Nada. Berharap sang bunda mau mendengarkan permintaannya.Kala itu, Nada ingin sekali menangis. Perkataan Nazril membuktikan jika selama ini dirinya masih belum merasa aman. Ia masih merasa hidupnya terancam. Nada berpikir, apakah dirinya bukanlah Bunda terbaik? Apakah selama ini dia gagal melindungi anak lelakinya ini? Hingga sang anak memiliki pemikiran seperti itu, jika bersama Akbar mereka akan aman."Maafin Bunda, Nazril, maaf." Lirih Nada lalu kembali memeluk Nazril.Nazril yang dipeluk hanya diam saja. Ia lalu berkat
Read more

66

Akbar menghampiri Firman yang tengah berdiri di depan gerbang sebuah sekolah. Selepas Nada pergi, diam-diam Akbar mengikuti mobil Firman. Akbar yakin, gedung sekolah yang ia singgahi ini adalah tempat Nazril sekolah. Secara kebetulan juga Lidya sang keponakan bersekolah di sana. Sungguh, dunia memang terasa sempit Tapi, takdir tidak mengizinkan dirinya untuk bertemu Nada dan Nazril meskipun jarak mereka begitu dekat.Akbar yang sedari tadi diam di dalam mobil, seraya memperhatikan Firman. Kini ia pun beranjak keluar. Ia hendak menghampiri Firman.Sementara itu, Firman baru saja mengakhiri sambungan telepon dengan Nada. Terlihat jelas raut wajah penuh rasa kecewa.Selama dua tahun ia berusaha untuk mendapatkan Nada, mendapatkan pengakuan dari Nazril pula. Namun, hasilnya sama sekali tidak ada. Nada seolah menutup diri begitu juga dengan Nazril.Tapi, ada satu hal yang membuat ia penasaran. Sedekat apakah Nada dan Nazril dengan Akbar? Lalu, sejak kapan mereka saling kenal? Pertanyaan
Read more

67

"Aku juga menyukai Nada, itu terjadi sejak lama. Aku sedang berusaha untuk menaklukkan hatinya. Tapi, kamu tiba-tiba datang. Kamu ... menghambat semuanya."Akbar tertawa, ia sudah menduga jika Firman memang menaruh hati pada Nada. Tangan Akbar yang bersidekap, kini terlepas. Ia mengubah posisinya jadi menyimpan kedua tangannya di saku celana."Mari kita bersaing secara sehat. Dan, aku harap siapa pun nanti yang terpilih jangan saling menjatuhkan. Terima apa pun keputusan Nada." Ujar Akbar..Walau bagaimanapun juga, ia tetap harus fair. Siapa saja boleh menyukai Nada. Karena memang tidak ada orang yang tidak terpesona oleh pesona Nada.Dari luar saja terlihat baik dan teduh. Bagaimana jika kenal lebih dalam lagi. Bisa-bisa orang yang sudah berhasil mengalaminya tidak akan bisa berpaling lagi. Contohnya Akbar. Ia tidak bisa berpaling ke lain hati. Firman tak kalah menatap Akbar dengan tajamnya. Ia terdiam beberapa detik. Hingga ia mengeluarkan tangan."Oke, aku setuju." Ujar Firman de
Read more

68

Akbar tidak bisa tenang, bahkan pekerjaannya sama sekali tidak tersentuh. Pikirannya terus tertuju pada Nada. Rindu yang tak tertahankan itu ingin segera terobati lagi. Sekarang dia punya saingan, jika dilihat saingannya bukanlah pria sembarangan. Jika dibandingkan dengan dirinya, tentunya berbeda cukup jauh. Pria itu terlihat matang. Sukses dan masih banyak lagi keunggulannya. Lalu dirinya? Entah apa yang harus dibanggakan. Tapi, Akbar yakin seyakin-yakinnya. Ia pasti bisa mendapatkan Nada. "Argh! Ini tidak bisa dibiarkan." Gumamnya. Akbar lalu beranjak, ia memilih untuk pergi m nemuin Nada. Akbar yakin pukul sepuluh masih ada di sekolah. Karena Nazril belum waktunya untuk pulang.Saat hendak keluar, Akbar berpasan dengan Ilham. Bukan lagi berpasan tapi hampir bertabrakan."Eh, mau ke mana?" Tanya Ilham pada Akbar."Akbar mau Pergi, Kak. Hati dan pikiran Akbar sedang tidak baik-baik saja." Ujar Akbar."Kau sakit? Mau ke rumah sakit?" Tanya Ilham, ia khawatir. Ilham masih punya ra
Read more

69

Nada, Akbar dan Nazril ada di sebuah taman kota. Untuk pertama kalinya juga Nazril mau bermain. Tidak ada sedikitpun rasa takut di wajah Nazril, yang ada sebuah wajah berseri-seri.Nada senang melihat Nazril bisa kembali ceria. Ia tidak menyangka jika pertemuannya dengan Akbar dalam sekejap mata saja mampu mengubah.Padahal, Nada hampir frustrasi. Ia tidak tahu caranya lagi untuk menyembuhkan Nazril dari rasa trauma nya itu.Akbar yang sedari tadi menunggu Nada bercerita. Sudah mulai tak sabar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi selama dua tahun kebelakang itu. Apakah terjadi sesuatu yang besar? Jika iya, maka apa? Akbar ingin tahu."Nada, apa Kamu akan diam terus? Katanya mau cerita? Selagi Nazril sibuk bermain." Ujar Akbar hingga menyadarkan Nada dari pikirannya. Nada menoleh ke arah Akbar. Dan tertawa getir. "Bisakah kamu memanggilku Mbak seperti dulu? Jika kamu memanggilku seperti itu terdengar aneh,'' pinta Nada pada Akbar."Aku kan sudah bilang. Di mataku kamu seorang wa
Read more

70

"Apa kamu tidak akan menyesal? Coba pikirkan baik-baik. Aku hanya seorang janda. Kira-kira apa yang bagusnya dari seorang janda seperti ku ini?"Nada berusaha untuk membuka jalan pikiran Akbar. Ia mencoba untuk meyakinkan lagi Akbar akan pilihannya."Aku tidak akan pernah menyesal. Dan kamu sama sekali tidak bisa aku bandingkan dengan wanita manapun. Kamu terlalu sempurna."ungkap Akbar."Aku janda....""Lantas kenapa kalau kamu janda? Aku sudah katakan berulang kali jika aku tidak mempermasalahkannya. Mau kamu janda atau gadis sekali pun, aku tetap memilihmu." Sela Akbar menyela perkataan Nada."Kamu tidak akan mengerti, Bar....""Bagaimana aku mau mengerti jika kita saja belum menjalaninya." Sela lagi Akbar.Nada sudah kehabisan kata-kata lagi. Begitu sulit menjelaskan pada Akbar. Apa ini tandanya ia harus menerima Akbar? Akbar begitu tulus bahkan ia rela menjaga perasaannya kepada dirinya. Ia rela menjaga hati agar tidak kelain hati. Bukankah itu sudah jelas? Perlu bukti apa lagi?
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status