Nada mencoba untuk menata kembali hidupnya. Ia berusaha untuk tidak terus menengok kebelakang. Atau terus berada lubang kenangan buruk yang ia alami.Ia pun berjanji, akan mengelola harta yang sudah ditinggalkan suaminya untuk kepentingan banyak orang. Dia tidak akan hanya memperkaya diri. Tapi, ia berharap dengan rezekinya bisa membahagiakan orang banyak.Ia pun percaya, jika sang suami mendapatkan ini semua dengan cara halal dan baik..dia tahu betul bagaimana sifat sang suami."Pak Deni, jujur aku gak bisa berbisnis. Sekolah bisnis pun aku tidak bisa. Jika bersedia maukah pak Deni membimbing ku? Mengajariku bagaimana cara berbisnis itu. Suamiku mempercayai pada bapak itu artinya bapak memang layak untuk dipercaya.''"Apa Nyonya benar-benar percaya sama saya? Bagaimana jika saya curang?" Ujar Deni.Nada tersenyum. "Aku yakin pak Deni bukan orang seperti itu."Deni merasa terharu karena Nada mempercayai dirinya. Ia memang tidak akan pernah berkhianat. Dia begitu banyak utang segala pa
Akbar bergeming, tubuhnya mendadak mati rasa. Bahkan ia merasa jika napasnya berhenti beberapa detik. Akbar harap ini bukanlah mimpi. Ia harap apa yang saat ini tengah ia lihat adalah nyata. Wanita itu, wanita yang tengah berbicara dengan Firman adalah wanita yang selama dua tahun ini ia tunggu. Wanita yang selama ini berhasil membuat dirinya menutup mata da. Hatinya untuk wanita mana pun kecuali Nada.Secara spontan, Akbar mulai berjalan mendekat. Ia ingin melihat dari jarak paling dekat. Wajah wanita yang sangat ia rindukan. Senyum yang dua tahu lalu sirna, kini kembali terbit. Mata yang dua tahu lalu selalu terlihat sendu kini terlihat berbinar. Bahkan langkah kakinya yang dua tahun lalu terlihat tidak bertenaga kini dalam hitungan detik berubah. Langkahnya terlihat penuh tujuan dan masa depan.Semua itu karena ia melihat wanita yang ada di dua tahun lalu. Tepat, saat Akbar berada di jarak paling dekat dengan Nada. Nada mulai menyadari ada sesuatu yang aneh, ia merasa tengah diper
Nada dan Akbar sengaja menjauh dari keramaian. Mereka memilih duduk di bangku taman gedung Firma FF itu. Awalnya keduanya merasa Canggung, sekian lama tidak bertemu membuat mereka serasa menjadi dua orang asing baru bertemu."Bagaimana kabarmu?" ucap Akbar dan Nada secara bersamaan.Mereka pun saling menatap saat secara bersamaan berbicara pertanyaan yang sama. Seketika Akbar langsung tersenyum kikuk sementara Nada terlihat tenang. "Ke mana saja selama dua tahun ini, Mbak? Akbar mencari Mbak, tapi keberadaan Mbak seolah-olah hilang ditelan bumi. Tidak tahu kah Akbar hampir tidak waras karena tidak menemukan Kamu, Mbak. Tidak tahukah Akbar hampir sekarat karena terus merindukan kamu?" Nada terkekeh mendengar pernyataan Akbar, ia merasa geli sendiri seorang Akbar bisa berbicara seperti itu. Akbar yang Nada kenal bukanlah Akbar yang serapuh itu Apalagi hanya karena wanita. "Ternyata waktu mampu mengubah seseorang. Akbar yang aku kenal tidak mungkin seperti itu kan?" tanya Nada."Akbar
Melihat Nada masih terdiam membuat Akbar kembali mengulang kata-katanya, sebuah kata-kata pengakuan cinta."Aku tahu cara ini tidaklah romantis. Sungguh aku sama sekali tidak tahu hal romantis itu seperti apa. Aku terlalu kaku, aku terlalu bodoh dalam urusan itu. Tapi, sekali lagi aku tegaskan maukah kamu menikah dengaju? Menjadi istri dunia akhirat ku?''Nada masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Akbar mencintainya? Menikah dengannya? Mana mungkin! Selama ini Akbar sudah Nada anggap adiknya. Lagi pula Akbar memang pantasnya menjadi adiknya, bukan kekasih apa lagi suami."Akbar, sepertinya kamu sakit. Makanya bicara kamu sedikit ngawur. Pulang! Jika memang"Kamu tidak enak badan,'' tutur Nada, ia hendak memutar balikkan keadaan."Aku sehat, Nada! Dan apa yang aku katakan tadi bukan bualan semata tapi itu sungguh tulus dari hatiku. Tidak bisakah kamu lihat ketulusan ku ini? Jika aku benar-benar mencintaimu dan aku ingin kamu jadi istriku. Ketahuilah, sejak pertama kali kita ber
Akbar menunggu Nada di depan. Ia ingin berbicara kembali dengan Nada. Lebih tepatnya ia ingin menyakinkan Nada jika perasaan cintanya itu adalah tulus. Ia sama sekali tidak peduli dengan status Nada. Dari jarak beberapa meter, Akbar melihat Nada keluar dari lobi. Secepatnya Akbar menyusul. Atau minimal ia harus punya nomor atau alamat rumah Nada.Nada yang melihat Akbar berjalan ke arahnya, hanya bisa mendesah. ia berusaha untuk bersikap tak acuh."Nada aku belum selesai bicara. Ayo, kita selesaikan pembicaraan kita.'' Akbar berkata seraya berjalan menyeimbangi langkah Nada."Apa lagi yang mau dibicarakan, Bar? Semua sudah jelas, sampai kapan pun kamu tetaplah adikku. Tidak lebih dari itu."Akbar menghadang langkah Nada hingga Nada terhenti. Nada benar-benar dibuat frustrasi."Kasih aku alasan yang lebih masuk akal. Kenapa Kamu menolak ku? " tanya Akbar ia masih belum menyerah."Alasanku sudah jelas, Bar. Aku tidak pantas untuk mu. Tidak ada apa-apa yang patut dibanggakan dalam hidup
"Akbar, apa yang kamu katakan? Firman tolong jangan dengarkan dia. Dari dulu, dia memang selalu asal kalau bicara. Dia suka bercanda." Tutur Nada pada Firman."Aku berkata serius, bukankah tadi aku melamar mu? Aku tinggal menunggu waktu, waktu untuk kamu berpikir lalu menjawab lamaran ku," tutur Akbar sekenyanya.Nada tidak habis pikir, kenapa bisa-bisanya Akbar seenaknya berkata. Mereka baru bertemu kembali setelah sekian lama berpisah. "Akbar....""Kenapa? Mau jawab lamaran ku sekarang?""Sepertinya, Tuan Akbar terlalu memaksakan. Aku lihat Nada justru terlihat tidak nyaman...""Tunggu! Nada? Anda panggil Nada tanpa embel-embel? Seakrab itu kah?'' Tanya Akbar ia baru menyadari, jika Firman terlihat begitu akrab dengan Nada."Aku sudah kenal lama dengan Nada. Bisa dibilang kami begitu dekat. Benarkan Nada?" Tanya Firman pada Nada seraya menoleh ke arah Nada."I-iya, aku dan Firman memang lama kenal. Dia banyak membantuku, usahaku bisa ada di titik ini saja karena bantuan Firman."Me
"Next time, aku gak akan kehilangan kesempatan untuk bersama Nada." Gumam Firman saat Nada dan Akbar sudah pergi dengan mobil mereka masing-masing.Sepanjang perjalanan mengikuti Nada, Akbar tidak hentinya terus tersenyum. Ia bahkan berkendara sambil bersiul ria. Tidak pernah sebelumnya Akbar seperti ini. Mungkin efek jatuh cinta bisa membuat orang terlihat aneh dan berbeda. Mau tidak percaya, tapi ada buktinya, Akbar.Sementara Nada, ia terus saja melihat ke arah spion. Ia terus mengintip Akbar, mungkin ia ingin memastikan apakah Akbar masih mengikutinya atau tidak Saat tahu Masih mengikutinya, terlihat senyum seulas sebelum senyum itu kembali berubah datar."Kenapa dia jadi berubah seperti ini? Bukankah dulu dia tipe orang pamalu? Lalu kenapa sekarang malah bertindak sebaliknya. Ia seperti kehilangan urat malunya." Gumam Nada di sela aktivitas menyetir.Cukup menempuh perjalanan dua puluh menit, Nada dan Akbar sampai di kediaman Nada. Akbar segera turun lalu menghampiri Nada yang su
Ilham memegangi pundak Akbar, lalu ia menepuk-nepuk beberapa kali."Kakak ingin melihat kamu seperti dulu, Bar. Kakak merasa asing dengan kamu seperti ini. Kakak harap setelah bertemu lagi Nada, kamu bisa seperti dulu," Tutur Ilham."Tapi ... Dari mana kakak tahu jika nada akan datang ke sana? Apa Kakak sudah lama tahu keberadaan Nada?" Tanya Akbar begitu penasaran. Ilham menarik napas panjang, ia senderkan punggungnya pada sandaran sofa. Pandangannya ia arahkan pada langit-langit rumah, ia terlihat seperti tengah mengingat."Kakak baru tahu dua hari lalu. Tahu Nada begitu dekat dengan kita membuat Kakak senang. Setidaknya ada harapan untuk kamu kembali seperti dulu. Saat itu, kakak pergi ke perusahaan Firman. Dia bercerita jika ia memiliki wanita yang ia cintai. Wanita yang menurutnya begitu berbeda dengan wanita lainnya. Lalu, Firman memperlihatkan foto dari handphonenya. Kau pasti bisa menembak siapa wanita dalam foto di handphone Firman."Ilham bertanya pada Akbar, agar sang adik
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Karena waktu semakin malam, Nada pun membawa Sofi ke kamar yang akan menjadi miliknya. Kamar tersebut berada di samping kamar Nazril."Ikut Mbak ya. Mbak akan tunjukkan kamar milikmu." tutur Nada "Aku malu Mbak," ucap Sofi "Kenapa harus malu? Tidak ada yang mempermalukan kamu." seru Nada karena pada dasarnya memang iya. "Aku sepertinya menyusahkan kamu, Mbak. mungkin aku lebih baik tinggal di rumah orang tuaku saja." Mendengar hal itu membuat Nada menatap Sofi dengan tatapan penuh tanda tanya.."Tinggal di rumah orang tuamu yang sama sekali gak pernah menganggap kehadiranmu. Orang tua yang selalu menyakiti perasaanmu, bukankah Mbak sudah bilang, Mbak rela kamu kembali ke orang tuamu asalkan mereka benar-benar mau menerima kamu. karena walau bagaimanapun yang namanya ikatan anak dan orang tua nggak ada yang bisa terputus. Enggak ada yang namanya mantan anak apalagi mantan orang tua. Orang tua kamu aja yang terlalu egois. pokoknya kamu tenang Mbak akan urus masalah ini. Bukan berarti
"Bagaimana, kau mendengarnya sendiri bukan? apa yang diinginkan oleh Lidya." tanya Nada kepada Kayla saat obrolannya dengan Lidya berakhir.Kayla mengganggukan kepalanya dengan posisi masih menyendirikan punggungnya pada dinding. Tubuhnya mendadak terasa lemas."Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku sendiri saja bingung, bagaimana caranya menyayangi dia. Ayahnya saja tidak aku cintai tidak aku sukai. Bagaimana dengan anaknya?" tanya Kayla pada Nada."Cobalah posisikan dirimu sebagai Lidya. Bagaimana posisi kamu Jika kamu seperti Lidya, orang tua salah satunya sudah meninggal, lalu salah satunya harus menikah lagi." tanya balik Nada pada Kayla ."Cobalah untuk memperbaiki diri, ya. Aku tahu, aku sendiri saja bukan manusia yang sempurna. Bukan manusia yang baik, tapi setidaknya aku selalu ingin membuat diri ini ada gunanya di mata orang lain. kandang aku selalu berpikir hidupku ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa-apa jika aku terluka yang penting orang lain bahagia, kar
Nada menatap Lidya yang baru saja pergi, bahkan menabrak dirinya tanpa mengucapkan maaf. Nada merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Hingga membuat gadis tujuh tahun itu tidak sedikitpun meminta maaf. Padahal, Lidya begitu dekat dengannya dan Lidya begitu hormat padanya.Melihat hal ini, Nada harus turun tangan. Ia harus bisa mengatasi masalah yang terjadi antara ayah dan anak ini."Ada apa dengan Lidya? Kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya nada kepada Ilham saat ia baru saja sampai di hadapan Ilham.Ilham yang kalau itu Tengah terduduk lemas, seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, hanya bisa membalas pertanyaan Nada dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang. sepertinya dia belum siap untuk bercerita.Lama terdiam, akhirnya Ilham buka suara."Apa yang harus aku lakukan? Lidya marah padaku gara-gara aku akan menikah lagi. Dia enggak suka pada Kayla." Ucap Ilham dengan lemesnya dan tak bertenaga.Sudah Nada duga, jika terjadi sesuatu dengan Ilham d
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal