Semua Bab Istri Presdir yang Berkuasa: Bab 71 - Bab 80
439 Bab
Ayah dan Anak
Iris tidak bisa tidur meski merasa pegal dan sakit di sekujur tubuhnya. Dia berguling-guling di tempat tidur untuk menenangkan detak jantungnya yang berdebar. Setelah beberapa saat jantungnya mulai tenang Iris bangun dari tempat tidur. Dia menggerutu merasakan sakit di pinggang dan pangkal pahanya. Dia duduk di tepi ranjang menunggu sampai rasa sakitnya menghilang, kemudian mengambil gaun dan celana dalamnya yang berserakan di lantai. Iris mengenakan pakaiannya. Dia mencium tubuhnya sendiri dan tersipu menyadarinya dirinya berbau keringat sex dan alkohol. Kepalanya masih sakit dan sisa-sisa alkohol masih ada di tubuhnya. Iris bersumpah tidak akan menyentuh alkohol lagi di masa depan. Dia sangat ingin mandi dan menghilangkan sakit kepalanya. Iris meninggalkan kamar Aiden dan mengintip keluar, dia malu jika ada yang melihatnya keluar dari kamar Aiden yang berbau keringat sex. Masih ada Kelly yang juga tinggal bersamanya dan Dimitri. Iris tidak ingin digoda dengan putranya yang meminta
Baca selengkapnya
Cantik Seperti Boneka
“Tidak apa-apa, ini juga salah putraku karena sudah mencakar muka putrimu Nyonya ... uhm ....” Iris terlihat bingung ingin memanggil nama wanita itu. “Ah, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Megan, nama keluarga suamiku Fuller,” ujar Megan memperkenalkan dirinya. “Ah, baik, Nyonya Fuller. Aku Iris Wallington, dan anakku Dimitri,” balas Iris tersenyum dan menunjukkan putranya duduk diam di sebelahnya. “Kami datang untuk meminta maaf atas perbuatan putraku. Maaf kami baru datang, karena ada banyak kesibukkan dan anakku baru sembuh dari lukanya.” Megan melirik Dimitri, dia sudah tidak mengenakan penyanggah lengan atau pun perban di kepala kecilnya. Meski anak itu sudah melukai putrinya, dia tidak bisa menunjukkan ketidaksukaannya di depan orang tuanya. “Hahaha, insiden itu sudah lama, baik aku dan suamiku sudah melupakannya. Putri kami juga baik-baik saja hanya mengalami trauma kulit,” ujarnya memaksakan tawa yang terdengar canggung. “Meskipun begitu, Dimitri belum meminta maaf pad
Baca selengkapnya
Tamu tak Terduga
Meskipun Iris berkata seperti itu, dia tidak benar-benar yakin akan memasukan Dimitri ke sekolah di York City. Dia belum yakin akan menetap di York City dan hubungannya dengan Aiden belum terlalu jelas. Aiden meliriknya dengan ekspresi tenang menyimak percakapan antara Iris dan Megan sampai akhirnya mereka meninggalkan kediaman Fuller. Di dalam mobil, Aiden mengemudi dalam perjalanan pulang menuju vila. Dimitri tertidur di kursi belakang dengan kursi khusus untuk anak. “Kamu akan memasukan Dimitri ke sekolah di York City?” tanya Aiden tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan di depannya. "Aku belum memutuskannya. Daftar rumah tangga dan Kartu keluargaku dan Dimitri berada di Negara S. Jika aku menetap di sini, aku harus membuat daftar rumah tangga lagi.” Aiden meliriknya sesaat sebelum mengalihkan pandangannya lagi ke depan. “Kamu masih istriku dan Dimitri adalah putraku, yang berarti namamu masih dalam daftar rumah tangga kita. Kita hanya perlu memasukkan Dimitri sebagai putra
Baca selengkapnya
Menantu
“Bagaimana ibu bisa mengabarimu sementara kamu tidak pernah membalas panggilan ibu selama sebulan ini,” balas Lilian dingin. “Ah, maaf aku cukup sibuk dan tidak sempat—“ “Sibuk membangun hubungan dengan mantan suamimu?” potong Lilian. “Aku memintamu mengurus bisnis di York City, bukan menjalin kembali hubungan dengan mantan suamimu. Aku dengar juga kamu sudah absen dari pekerjaan selama satu bulan lebih. Apa kamu pikir sedang liburan luar negeri?!” “Bukan seperti itu, Bu, hanya saja Dimitri terluka dan aku harus merawatnya.” “Jangan menggunakan Dimitri untuk alasan kemalasanmu.” “Dimitri terluka karena kecelakaan dan aku—“ “Mengapa ibu tidak mendapat kabar Dimitri mengalami kecelakaan?” Lilian tidak memberi Iris kesempatan untuk menjelaskan dirinya dan mengkritiknya di depan semua orang. Iris terdiam, tubuhnya tampak tegang. Keheningan jatuh di ruang tamu. Kelly tidak berani bersuara, sementara Aiden memandang interaksi Iris dan Lilian dengan pandangan bertanya-tanya. Tampakn
Baca selengkapnya
Keluhan yang dipendam Iris
“Ibu, Aiden bekerja sangat keras—“ “Iris, apa kamu ingat kehidupan yang kamu jalani di keluarga Ridley?” potong Lilian menyilangkan tangannya di depan dada, menatap tajam pada putrinya. “Itu ....” Iris tidak bisa menjawab pertanyaan Lilian. Aiden menggengam tangan Iris. Iris menoleh menatap pria di sebelahnya, tapi Aiden menatap lurus pada wanita di depannya. “Aku dapat menyakinkan Anda, Nyonya, aku tidak akan membiarkan Iris menderita lagi di keluarga Ridley,” kata Aiden menyakinkan Lilian. Ekspresi Lilian tetap tidak berubah. Dia mencibir membalas ucapan Aiden, “Kata-kata memang sangat meyakinkan. Tapi, tidak bisa membuktikan apa pun. Janji pun bahkan bisa dilanggar.” “Aku selalu memegang janjiku—“ Lilian memotong dengan tawa meremehkan. “Banyak anak muda sepertimu yang berkata seperti itu. Aku sudah melewati paruh usiaku mendengar omong kosong itu. Putriku masih muda, dia tentu dengan mudah termakan rayuan kosongmu.“ Dia menatap putrinya meremehkan sebelum melanjutkan kalim
Baca selengkapnya
Persyaratan Lilian
“Aku tahu aku dan Dimitri berutang padamu. Tapi, apa di matamu kami adalah tunawisma yang membutuhkan uang darimu? Pernahkah kamu memperlakukan aku benar-benar sebagai putrimu? Kamu tidak pernah memiliki perasaan apa pun padaku?” mata Iris berkaca-kaca dengan semua keluhan yang dipendamnya. “Kamu melahirkanku, kemudian membuangku dan ayahku. Dan kamu memungutku seperti tunawisma dan menjadikan aku bonekamu demi keluarga Wallington. Kamu menggunakan masa depan Dimitri untuk membuatku tunduk. Apa hatimu tidak ada sedikit pun kasih sayang?” Lilian tidak membalas. Dia membuang muka tidak menjawab Iris. Aiden tidak mengatakan apa pun untuk menyela, membiarkan Iris menumpahkan keluhannya. Dia juga merasa Lilian terlalu berhati dingin sebagai seorang ibu. Iris menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sebelum memandang Lilian dengan pandangan tenang. “Ibu, aku tidak mengharapkan apa pun darimu sejak aku mengenalmu. Tapi, tolong biarkan aku menjalani hidupku. Aku tidak bilang ak
Baca selengkapnya
Keganjilan Kelly
“Dan kamu,” Lilian memandang Iris tajam. “Kamu sudah memutuskan untuk bersama pria itu, kamu akan menyesal lagi seperti enam tahun yang lalu.” Iris menegang dan melirik Aiden. Aiden tidak ingin Iris goyah. “Nyonya,” Sebelum Aiden menyelesaikan kalimatnya, Iris memotong kata-katanya.“Baiklah.” Aiden menoleh menatapnya, “Iris.” Namun, Iris tak menghiraukannya dan memandang Lilian penuh tekad. “Aku akan membuktikan padamu, Bu. Aku ....” Iris menarik napas dalam-dalam. “Aku tidak akan menyesal dengan keputusanku ini.” Dia akan bertahan. Dia sudah membuat keputusan bukan karena hatinya pada Aiden, tapi Dimitri dan tidak ingin Lilian memperlakukannya seperti boneka lagi. Meski Aiden mungkin akan mengecewakannya lagi, dia akan menahannya demi Dimitri. Sudut bibir Lilian terangkat menatap Iris, mendengar ucapan putrinya itu. Aiden meraih tangannya dan menggenggamnya untuk memberi Iris dukungan. Dia juga memandang Lilian dengan penuh keyakinan. “Aku juga akan membuktikan padamu, bah
Baca selengkapnya
Tidur Siang
“Tu-Tuan Ridley ... ada yang bisa kubantu?” Kelly tergagap, jantungnya berdegup. “Tidak ada,” balas Aiden datar tak mengindahkan keberadaan Kelly dan berjalan melewatinya menyusul Iris. Kelly menghembuskan napas yang entah sejak kapan ditahannya. Tatapan tajam Aiden tadi membuatnya gugup. Apa dia menyadari sesuatu? Di dalam rumah, Aiden mengejar Iris ke kamar Dimitri. Iris kembali menidurkan Dimitri ke tempat tidur. “Maaf, Sayang, kamu pasti terkejut, ya?” Iris mengelus rambut hitam Dimitri. Dimitri menganggukkan kepalanya. “Mengapa Nenek sangat galak hari ini?” “Nenek bukan galak. Nenek sangat merindukan Dimi, Nenek hanya ingin Dimi pergi dengan Nenek saja.” “Tapi, aku mau tinggal sama Mommy dan Daddy,” keluh Dimitri. “Nenek tidak akan datang lagi dan membawa Dimi pergi, 'kan?” Iris menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak, Nenek tidak akan membawa Dimi pergi lagi. Apa Dimi takut pada Nenek?” Dimitri menggangguk takut-takut. “Jangan takut lagi pada Nenek. Nenek hanya ingin Di
Baca selengkapnya
Calon Sekretaris
Aiden melepaskan jas hitam yang dikenakannya dan meletakkan jas hitam itu di sandara kursi sebelum menoleh menatap asistennya yang berdiri di depan meja. “Bagaimana dengan hasil wawancara sekretaris?” kata Aiden duduk di kursinya dan membuka laptop. “Ini, Tuan, daftar wawancara calon karyawan yang akan menjadi sekretaris Anda. Kami masih menunggu keputusan Anda untuk memilih para kandidat calon sekretaris,” Peter meletakkan setumpuk berkas di atas meja kantor Aiden. Aiden memeriksa tumpukan berkas di atas mejanya. Setelah beberapa saat dia mengernyit, “Mengapa semuanya wanita? Aku sudah bilang membuka lowongan untuk pria. Apa yang dilakukan HRD?” Dia mendongak menatap Peter tajam. Peter berdeham sebelum berkata, “Saya sudah menyampaikan perintah Anda, Tuan, tapi Manajer Brown yang mengatur wawancara tak mengindahkan perintah Anda dan melakukan seleksi calon sekretaris dengan aturannya sendiri.” “Direktur Brown?” Sudut bibir Aiden berkedut, ekspresinya tampak dingin. Manajer Bro
Baca selengkapnya
Pemeriksaan
Direktur Brown yang diperintahkan menghadap Aiden tidak segera datang ketika menerima panggilan dan beralasan mobilnya mogok di tengah jalan. Ekspresi Peter terlihat mencibir saat dia mendengar jawaban Direktur Brown oleh asisten pria itu. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Tuan Brown secara langsung dan memberitahukan sanksi yang akan diterimanya jika dia tidak segera datang. Namun, tanggapan Tuan Brown sangat santai. “Tuan Peter, aku mengerti. Mobilku masih mogok di tengah jalan. Aku akan datang ketika mobilku sudah dibawa ke bengkel. Kuharap Tuan Peter bisa menyampaikan kesulitanku pada Presdir Ridley.” Suara Tuan Brown terlalu santai seperti dia tidak menganggap penting ditelepon langsung oleh asisten pribadi Presdir. Peter menarik napas dalam-dalam agar tidak mengumpat pada pria itu di telepon. “Tuan Brown, kamu bisa naik taksi. Tuan Aiden masih menunggumu sekarang. Jika kamu tidak segera datang, kamu akan mendapat sanksi disiplin,” ujar Peter muram dan kesal. “Astag
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
44
DMCA.com Protection Status