Home / Pernikahan / Mertua Benalu Di Rumahku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Mertua Benalu Di Rumahku: Chapter 1 - Chapter 10

14 Chapters

Kedatangan Mertua

Bab 1"Mas, kok rumah berantakan gini, sih?" keluhku pada Mas Dito yang sedang memainkan gawainya di teras rumah.Baru turun dari mobil, aku sudah menginjak mainan Kania–putri pertamaku bersama Mas Dito. Mainan Kania berserakan di mana-mana, begitu juga dengan daun pohon mangga dan pohon rambutan yang ada di depan rumah. Memang tadi pagi aku pergi kerja setelah Subuh, karena harus menjemput klien yang baru datang dari luar kota. Akan tetapi ada Bik Minah yang akan datang pagi dan pulang waktu sore yang akan mengurus rumah."Mas!" Aku kembali memanggil Mas Dito yang dari tadi tidak menjawab pertanyaanku dan sepertinya dia juga tidak menyadari kehadiranku."Eh, Sayang. Kamu sudah pulang?" jawabnya kaget. Kemudian aku mengambil tangannya yang diulurkan untuk aku salami."Iya, dari tadi. Kamu aja yang sibuk main hp," jawabku kesal."Nanggung, Sayang. Aku lagi main game tadi," jawabnya sambil nyengir kuda."Kania mana?" tanyaku pada Mas Dito karena dari tadi aku tidak melihatnya."Ada tuh
Read more

Menyesal

Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ibu saat ini, bagaimana bisa dia ikut campur sejauh ini. Bagaimanapun kami berhak menentukan aturan hidup kami sendiri setelah menikah, apalagi kami sudah tinggal dirumah kami sendiri."Yaudah kalau Ibu sudah memecat Bik Minah nggak papa, mumpung ada Ibu. Bisa gantiin Bik Minah, aku mau istirahat." Setelah mengucapkan itu aku langsung berlalu ke kamar tanpa memperdulikan lagi umpatan demi umpatan yang keluar dari mulut Ibu.Padahal belum sehari Ibu tinggal di sini. Tapi sudah membuat kekacauan yang membuat kepalaku hampir pecah. Inilah sebabnya mengapa aku tidak pernah mau tinggal bersama orangtuanya Mas Dito. Karena sifat kerasnya Ibu. Jangankan aku menantunya, Mas Heri saja kadang-kadang tidak sanggup meladeni maunya Ibu.Brak!Aku menutup pintu dengan kuat, inilah salah satu sebab mengapa aku tidak suka tinggal bersama mertua. Sikap Ibu memang begini dari dulu, dia sangat tegas dan juga kasar. Dia tidak segan-segan untuk memarahiku bahkan
Read more

Menyusun rencana

Bab 3Aku hanya bisa mendengus kesal mendengar semua ocehan Ibu yang terus menerus menyudutkan aku. Untung saja Kania sudah tidur, kalau tidak dia akan melihat perlakuan neneknya."Ibu itu nasehatin kamu, jadi jangan menyalahkan orang lain. Kamu itu ya, diajarin taunya menjawab saja!" sungut Ibu kesal. Dia bahkan meminum tandas air di dalam gelas, mungkin mulutnya mulai kering karena terlalu banyak mengoceh."Iya dek, Ibu kan cuma ngajarin kamu. Biar kamu jadi istri yang Solehah dan bisa dengan mudah masuk surga," ucap Mas Dito sok alim."Oke, aku akan melakukan tugasku sebagai istri." Setelah mengatakan itu aku langsung membalikan badan menyusuri tangga agar bisa sampai ke kamar."Mau kemana kamu, Rosa. Saya belum habis bicara. Kamu selalu meninggalkan saya yang sedang menasehati kamu," teriak Ibu saat melihatku pergi tanpa pamit. Aku memilih abai, biarkan saja Ibu terus mengoceh."Kamu cuci dulu ini piring kotor, baru tidur. Dasar menantu malas, piring kotor bukannya langsung dicuci
Read more

Mengambil cuti

Bab 4 Pagi.Jam menunjukkan pukul empat pagi. Seperti biasa aku bangun dan menunaikan shalat subuh. Sengaja tidak ku bangunkan Mas Dito, percuma dia tidak akan bangun. Biasanya dulu juga begitu, dia akan tidur jam 4 subuh setelah dia memainkan gamenya.Selalu begitu memang, dan dia akan bangun ketika perutnya keroncongan. Dulu aku pernah menegurnya karena tidak pernah shalat. Tapi dia selalu diam saja dan tidak menanggapi semua ocehanku.Setelah shalat aku langsung ke dapur, memasak dan mencuci piring kotor sisa semalam. Ternyata Ibu semalam tidak mencuci piring bekas dia makan.Aku membuang nafas kasar. Piring yang sudah aku bilas langsung aku atur di rak piring. Kemudian mengambil nasi sisa semalam untuk aku goreng. Kasihan jika nasi ini aku buang, karena masih bagus dan tidak basi. Kemudian aku membuka kulkas untuk mengambil ayam yang sudah aku kukus kemarin. Mengambil beberapa cabe merah, bawang putih dan bawang merah. Tidak lupa tomat dan kemiri juga kunyit. Rencananya aku aka
Read more

Fitnah Ibu

Bab 5Sebenarnya aku malas membicarakan hal ini pada orang lain, termasuk Devan. Karena bagaimanapun ini aib rumah tangga."Jadi selama ini suami kamu nggak kerja?" tanya Devan terkejut. Aku menggeleng, memberinya jawaban."Berapa lama?" tanyanya penasaran."Selama Kania lahir," jawabku lagi sambil melihat kearah jendela."Empat tahun lebih berarti? Ya ampun, jadi selama ini kamu jadi tulang rusuk sekalian jadi tulang punggung keluarga?" Devan semakin terkejut mendengar penuturanku barusan. Mungkin dia tidak menyangka jika aku mengalami masalah seperti wanita di luar sana.Tidak dapat dipungkiri memang, jika sekarang banyak wanita yang menggantikan posisi suaminya untuk mencari nafkah."Kamu tau, Rosa? Suami kamu sungguh tidak punya harga diri. Karena harga diri seorang laki-laki itu ada di pekerjaannya." Deg!Seperti ada yang mencubit hatiku ketika Devan berkata demikian. Karena selama ini, akulah yang mungkin bersalah. Karena tidak pernah menegur Mas Dito untuk mencari pekerjaan.A
Read more

Membangkang

"Rosa. Kamu belum masak jam segini? Saya sudah lapar," teriak Ibu dari lantai satu yang suaranya sampai kedengaran ke kamarku yang berada di lantai dua.Setelah selesai memakai sepatu aku segera turun untuk berangkat kerja. Hari ini terpaksa aku harus berangkat kerja lagi. Karena Devan akan ke luar kota untuk beberapa hari. Jadi aku belum dibolehkan untuk mengambil cuti sampai dia kembali. Bagiku tidak masalah, biar rumah ini diurus oleh Ibu saja. Siapa suruh dia memecat Bik Minah."Kok nanya aku sih, Buk. Kalau lapar ya masak sendiri lah!" balasku sambil turun dari tangga. Terlihat Ibu sedang berkacak pinggang menatapku nyalang."Jangan kurang ajar ya kamu. Ngomong sama mertua kok tidak ada sopan santunnya sama sekali," bentak Ibu lagi yang emosi mendengar jawabanku barusan."Salah sendiri, siapa suruh Ibuk memecat Bik Minah," jawabku dengan santai agar emosi Ibu semakin menjadi. Setelah kejadian Ibu memfitnahku kemarin, aku benar-benar ingin membuat Ibu tidak betah tinggal di sini.
Read more

Muak

Setelah membangunkan Kania dan mempersiapkan semuanya. Aku menggandeng tangannya dan berjalan keluar. Di tanganku sudah ada tas Kania yang berisi mainan dan bajunya. Aku akan menitipkannya di rumah Ibu dan Ayah. Mereka pasti akan sangat senang jika Kania datang."Kamu mau bawa kemana, Kania?" tanya Mas Dito yang masih duduk di sofa bersama Ibu. Aku sangat heran melihat tingkah Ibu yang sangat malas. Padahal stok makanan di kulkas itu masih sangat banyak. Seharusnya dia bisa berinisiatif sendiri untuk memasak. Apalagi dia melihatku sangat sibuk dan kerepotan dengan kerjaan dan Kania."Aku mau bawa dia ke rumah Ibu dan Ayah. Aku takut kalau dia di sini, dia akan mati kelaparan," jawabku sambil berjalan pelan ke arah pintu luar."Terserah kamu, Rosa. Tapi yang jelas kamu tidak bisa pergi kerja begitu saja. Apalagi kamu tidak meninggalkan uang untuk kami di rumah," sahut Mas Dito lagi lantang. "Dito benar. Kalau kamu mau pergi kerja dan tidak mau memasak. Setidaknya tinggalkan uang biar
Read more

Bertemu Kembali

"Kita mau kemana, Ma?" tanya Kania saat kami sedang dalam perjalanan. Rencananya aku akan membawa Kania pergi ke rumah Ibu dan Ayah.Biasanya aku akan membawa dia ikut serta ke kantor. Tapi hari ini banyak sekali pekerjaan dan juga ada pertemuan dengan beberapa klien penting. Jadi aku tidak mungkin membawa Kania pergi."Kita mau ke rumah Nenek dan Kakek dong. Kamu senang nggak?" tanyaku balik yang dibalas anggukan kepala oleh Kania. "Senang dong. Nanti aku mau ajak kakek buat mancing ikan," jawab Kania lagi sambil bersorak hore. Di belakang rumah Ibu dan Ayah, memang terdapat kolam ikan kecil. Ayah sengaja membuat kolam itu agar bisa memelihara ikan. Jadi kalau Ayah dan Ibu ingin makan ikan bakar. Mereka bisa langsung mengambilnya di sana. Katanya lebih segar dan enak. Semenjak itulah Kania suka sekali pulang ke sana. Karena dia akan ikut mengambil ikannya."Nanti bilang sama Kakek, sisain ikannya buat mama satu ya," ucapku sambil fokus menyetir. Untung saja ada Nisa yang menangani
Read more

Ciut

Dulu aku menolak untuk dijodohkan dengannya. Untungnya dia tidak marah akan hal itu. Dia malah menghargai keputusanku waktu itu. Aku mengulas senyum saat pandangan kami bertemu."Rupanya saya akan meeting dengan Bu Rosa. Jujur saya sangat terkesan," ucap Al ketika kami berjabat tangan. "Ini karena Pak Devan sedang berada di luar kota. Saya hanya bertugas untuk menggantikan. Mohon kerjasamanya, Pak Al," jawabku sambil membalas senyumnya.**"Aku nggak nyangka bisa ketemu lagi di sini sama kamu," ucap Al ketika kami sedang makan siang di kantin kantor. Setelah rapat selama dua jam tadi, Al tidak langsung pulang. Dia mengajakku untuk makan siang dulu di sini. Dia memintaku untuk menemaninya makan di kantin kantor. Aku mengiyakan, karena aku juga sudah lapar dan ingin makan siang."Iya. Aku juga nggak nyangka bakalan ketemu lagi sama kamu di sini," jawabku sambil merebahkan punggung pada sandaran kursi. Aku sedikit merasa canggung jika hanya makan berdua saja seperti ini. Jika saja dia
Read more

Pura-pura Dipecat

"Kamu jangan membela mereka lagi kali ini. Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi," tanya Ayah ketika aku sudah berada di rumahnya. Tadi ketika aku baru saja sampai, Ibu langsung menyuruhku untuk masuk. Katanya ada hal yang ingin dibicarakan oleh Ayah. Perasaan yang tidak karuan aku masuk dan duduk di sofa."Sebenarnya tidak ada masalah antara Aku dan Mas Dito. Hanya saja masalah itu muncul ketika ibunya Mas Dito datang," jawabku mencoba menjelaskan. Tidak ada yang bisa kusembunyikan lagi. Ayah dan ibu bukan tipikal orang tua yang bisa dibohongi."Lalu kenapa Ibu mertua kamu sampai memecat Bik Minah," tanya Ayah lagi yang membuatku terdiam. Ayah tipe orang yang sabar, tapi jika sudah menyangkut masalah anak. Ayah akan bersikap lebih gila dari Ibu."Dia menginginkan aku untuk mengerjakan semuanya. Ibunya Mas Dito menuntut Rosa agar bisa melayani suami dengan baik. Bukan hanya bekerja mencari uang saja," jawabku sambil menunduk dalam. Ibu merangkul pundakku dan membawaku ke dalam
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status