Share

Muak

Author: Tinta Hitam88
last update Last Updated: 2023-04-29 15:19:35

Setelah membangunkan Kania dan mempersiapkan semuanya. Aku menggandeng tangannya dan berjalan keluar. Di tanganku sudah ada tas Kania yang berisi mainan dan bajunya. Aku akan menitipkannya di rumah Ibu dan Ayah. Mereka pasti akan sangat senang jika Kania datang.

"Kamu mau bawa kemana, Kania?" tanya Mas Dito yang masih duduk di sofa bersama Ibu. Aku sangat heran melihat tingkah Ibu yang sangat malas. Padahal stok makanan di kulkas itu masih sangat banyak. Seharusnya dia bisa berinisiatif sendiri untuk memasak. Apalagi dia melihatku sangat sibuk dan kerepotan dengan kerjaan dan Kania.

"Aku mau bawa dia ke rumah Ibu dan Ayah. Aku takut kalau dia di sini, dia akan mati kelaparan," jawabku sambil berjalan pelan ke arah pintu luar.

"Terserah kamu, Rosa. Tapi yang jelas kamu tidak bisa pergi kerja begitu saja. Apalagi kamu tidak meninggalkan uang untuk kami di rumah," sahut Mas Dito lagi lantang. 

"Dito benar. Kalau kamu mau pergi kerja dan tidak mau memasak. Setidaknya tinggalkan uang biar kami bisa memesan makanan dari luar," timpal Ibu lagi yang ikut berdiri dan berjalan ke arahku.

"Kan aku udah bilang dari tadi. Kalau Ibu dan Mas Dito mau uang, kerja. Bukan malah memeras istri seperti ini," sanggahku. 

Sepertinya Mas Dito dan Ibu tidak terima ketika aku mengatakan seperti itu. Terbukti mereka langsung menghampiriku yang akan keluar dari rumah. Aku segera menyuruh Kania untuk menungguku di mobil saja. Aku tidak mau dia mendengar pertengkaran kami.

"Kamu tahu sendiri kan, kalau nyari kerjaan itu susah banget, Rosa. Setidaknya kamu beri aku waktu untuk mencari kerja," jawab Mas Dito yang kini sudah berada di hadapanku.

"Kamu itu udah pengangguran selama empat tahun, Mas. Kamu butuh waktu berapa lama lagi untuk mencari pekerjaan?" tanyaku yang membuat Mas Heri salah tingkah. Dia terlihat kikuk ketika aku memberikan pertanyaan seperti barusan.

"Terserah. Pokoknya Ibu nggak mau masak dan membersihkan rumah. Kamu itu jangan jadi menantu yang jahat sama mertua. Saya ini masih terhitung beberapa hari tinggal di sini. Masa kamu udah nyuruh saya untuk melakukan pekerjaan rumah," ucap Ibu tanpa rasa malu sedikitpun.

"Oh ya? Bukankah kemarin Ibu yang mengatakan pada semua Ibu-ibu komplek di sini. Kalau aku menjadikan Ibu seperti pembantu di rumah ini. Nah sekarang aku mengabulkan semua kata-kata Ibu kemarin," jawabku yang mengalihkan pandangan ke arah Ibu.

"Maksudnya apa ya?" tanya Mas Dito penasaran.

"Tanya aja sama Ibu kamu sendiri, Mas," jawabku sambil tersenyum sinis ke arah Ibu. 

"Bu. Apa benar itu?" tanya Mas Dito yang ikut menatap ke arah Ibunya.

"Fitnah apa. Ibu bahkan tidak pernah jumpa sama orang-orang di sini. Jangan asal nuduh kamu, Rosa," sanggah Ibu membela diri.

Aku sampai menghembuskan nafas panjang mendengar jawaban Ibu barusan. Aku tidak menyangka jika Ibu akan pintar bersandiwara seperti ini. Wajahnya sama sekali tidak terlihat pias ataupun panik. Dia terlihat biasa saja di depan Mas Dito. Sepertinya aku memang harus benar-benar waspada. Aku sangat menyesal sudah tidak mau menuruti ucapan Ayah dulu.

Karena aku tidak menyangka jika ada manusia dengan sifat seperti ini. Aku mengira semua manusia itu akan mempunyai rasa malu walaupun sedikit. Tapi nyatanya itu tidak berlaku untuk Ibu mertuaku.

"Aku pusing tahu nggak. Pagi-pagi gini bukannya sarapan tapi malah melihat kalian bertengkar," ucap Mas Dito sambil menggaruk kepalanya. Dia terlihat sangat frustasi dengan keadaan dan situasi ini.

"Kamu pikir aku nggak pusing, Mas? Semenjak Ibu kamu itu datang ke sini, dan ngatur-ngatur semuanya. Kalau nggak kita tuh berantakan tau nggak," jawabku yang sengaja menyindir kedatangan Ibu.

"Jadi maksud kamu itu, saya beban gitu?" tanya Ibu sambil berkacak pinggang.

"Iyalah. Andai aja Ibu datang seperti layaknya Ibu pada biasanya. Mungkin aku akan senang hati menyambut. Tapi kali ini Ibu datang, dan mengatur semuanya. Ibu merubah semua peraturan yang ada di rumah ini. Tanpa memikirkan akibat kedepannya seperti apa," jawab aku berusaha menjelaskan agar Ibu mengerti.

Karena jika aku tidak menjelaskan seperti itu. Ibu tidak akan sadar dengan kesalahannya beberapa hari ini. Aku hanya berharap Ibu bisa memperbaiki sikapnya itu.

"Saya itu ngatur karena ini juga rumah anak saya. Saya juga ngatur-ngatur gitu biar kamu bisa menjadi istri yang serba bisa. Nggak hanya kerja tapi mengabaikan anak dan suami," sanggah Ibu membela diri. Rupanya Ibu tidak menyadari kesalahannya sama sekali.

"Ibu benar, Rosa. Dia cuman mengarahkan kamu aja, biar bisa menjadi istri idaman. Ini itu sebagian dari ibadah biar kamu bisa masuk surga kelak," sambung Mas Dito yang membuatku syok. Ya ampun, kenapa selama ini aku tidak pernah menyadari. Jika sifatnya Mas Dito sama seperti Ibunya.

"Jangan sok alim kamu, Mas. Salat aja nggak pernah. Malah ngomongin surga," jawabku mengejek.

"Kalau kamu mau keluarga kita baik-baik aja, dan kembali seperti dulu. Kamu suruh Ibu kamu ini pulang," sambungku lagi yang membuat kedua bola mata Mas Dito melotot. 

Ibu juga terlihat terkejut mendengar ucapanku barusan. Mungkin mereka berdua tidak menyangka, jika aku akan mengusir Ibu secara terang-terangan seperti ini. Tapi aku memang benar-benar tidak tahan lagi dengan sikap Ibu.

"Kamu lihat sendiri kan, Dito. Istri kamu ini benar-benar kurang ajar. Dia tega ngusir Ibu dari rumah kamu," sahut Ibu yang membuat keadaan semakin memanas.

"Kamu tidak bisa mengusir Ibuku, Rosa. Setelah aku pikir-pikir, ucapan Ibu tadi ada benarnya. Kita kan sudah menikah dan juga sudah mempunyai anak. Jadi semua harta yang kamu miliki, juga ada hakku. Jadi kamu tidak bisa mengusir kami begitu saja dari rumah ini," ucap Mas Dito tenang. Dia sama sekali tidak memakai otaknya saat berbicara.

"Oh ya. Dari mana kamu dapat dalil kalau harta istri ada hak suami di dalamnya. Makanya ngaji, Mas. Nggak ada hak suami di hartanya istri. Yang ada malah sebaliknya," sanggah aku cepat.

"Aku tidak peduli. Yang intinya kamu tidak bisa mengusir Ibuku dari rumah ini," jawab Mas Dito yang membuat emosiku semakin memuncak.

"Terserah. Jangan sampai aku menggugat cerai kamu ke pengadilan, Mas. Kalau kamu tidak bisa menjadi penengah yang baik. Maka aku akan berpikir dua kali untuk bertahan sama kamu," ucapku yang membuat Mas Dito terkejut.

"Kamu bercanda kan, Rosa. Jangan cuman gara-gara masalah sepele seperti ini. Kamu menggadaikan rumah tangga kita."

"Makanya jadi orang itu punya sedikit manfaat. Jangan malah jadi benalu di rumah orang," jawabku dengan menekan kata benalu. Terserah mereka mau menilaiku bagaimana. Yang jelas kali ini aku tidak akan diam jika Ibu menyuruhku ini dan itu.

Related chapters

  • Mertua Benalu Di Rumahku   Bertemu Kembali

    "Kita mau kemana, Ma?" tanya Kania saat kami sedang dalam perjalanan. Rencananya aku akan membawa Kania pergi ke rumah Ibu dan Ayah.Biasanya aku akan membawa dia ikut serta ke kantor. Tapi hari ini banyak sekali pekerjaan dan juga ada pertemuan dengan beberapa klien penting. Jadi aku tidak mungkin membawa Kania pergi."Kita mau ke rumah Nenek dan Kakek dong. Kamu senang nggak?" tanyaku balik yang dibalas anggukan kepala oleh Kania. "Senang dong. Nanti aku mau ajak kakek buat mancing ikan," jawab Kania lagi sambil bersorak hore. Di belakang rumah Ibu dan Ayah, memang terdapat kolam ikan kecil. Ayah sengaja membuat kolam itu agar bisa memelihara ikan. Jadi kalau Ayah dan Ibu ingin makan ikan bakar. Mereka bisa langsung mengambilnya di sana. Katanya lebih segar dan enak. Semenjak itulah Kania suka sekali pulang ke sana. Karena dia akan ikut mengambil ikannya."Nanti bilang sama Kakek, sisain ikannya buat mama satu ya," ucapku sambil fokus menyetir. Untung saja ada Nisa yang menangani

    Last Updated : 2023-05-01
  • Mertua Benalu Di Rumahku   Ciut

    Dulu aku menolak untuk dijodohkan dengannya. Untungnya dia tidak marah akan hal itu. Dia malah menghargai keputusanku waktu itu. Aku mengulas senyum saat pandangan kami bertemu."Rupanya saya akan meeting dengan Bu Rosa. Jujur saya sangat terkesan," ucap Al ketika kami berjabat tangan. "Ini karena Pak Devan sedang berada di luar kota. Saya hanya bertugas untuk menggantikan. Mohon kerjasamanya, Pak Al," jawabku sambil membalas senyumnya.**"Aku nggak nyangka bisa ketemu lagi di sini sama kamu," ucap Al ketika kami sedang makan siang di kantin kantor. Setelah rapat selama dua jam tadi, Al tidak langsung pulang. Dia mengajakku untuk makan siang dulu di sini. Dia memintaku untuk menemaninya makan di kantin kantor. Aku mengiyakan, karena aku juga sudah lapar dan ingin makan siang."Iya. Aku juga nggak nyangka bakalan ketemu lagi sama kamu di sini," jawabku sambil merebahkan punggung pada sandaran kursi. Aku sedikit merasa canggung jika hanya makan berdua saja seperti ini. Jika saja dia

    Last Updated : 2023-05-01
  • Mertua Benalu Di Rumahku   Pura-pura Dipecat

    "Kamu jangan membela mereka lagi kali ini. Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi," tanya Ayah ketika aku sudah berada di rumahnya. Tadi ketika aku baru saja sampai, Ibu langsung menyuruhku untuk masuk. Katanya ada hal yang ingin dibicarakan oleh Ayah. Perasaan yang tidak karuan aku masuk dan duduk di sofa."Sebenarnya tidak ada masalah antara Aku dan Mas Dito. Hanya saja masalah itu muncul ketika ibunya Mas Dito datang," jawabku mencoba menjelaskan. Tidak ada yang bisa kusembunyikan lagi. Ayah dan ibu bukan tipikal orang tua yang bisa dibohongi."Lalu kenapa Ibu mertua kamu sampai memecat Bik Minah," tanya Ayah lagi yang membuatku terdiam. Ayah tipe orang yang sabar, tapi jika sudah menyangkut masalah anak. Ayah akan bersikap lebih gila dari Ibu."Dia menginginkan aku untuk mengerjakan semuanya. Ibunya Mas Dito menuntut Rosa agar bisa melayani suami dengan baik. Bukan hanya bekerja mencari uang saja," jawabku sambil menunduk dalam. Ibu merangkul pundakku dan membawaku ke dalam

    Last Updated : 2023-05-01
  • Mertua Benalu Di Rumahku   Ngamuk

    "Kamu nggak kerja, Rosa. Kok masih di rumah jam segini?" tanya Mas Dito saat kami sedang sarapan bersama pagi. Ibu masih ikut duduk di meja makan. Dia kembali memotong buah dan menikmatinya."Mulai hari ini aku udah nggak kerja lagi, Mas," ucapku pelan namun mampu membuat Mas Dito dan Ibu mertua melongo. Mas Dito bahkan terbatuk saat mendengar ucapanku barusan. Rasakan, aku akan memberinya pelajaran bagaimana rasanya mencari pekerjaan di luar sana."Apa, Ros? Kamu nggak kerja lagi, maksudnya gimana?" tanya Mas Dito sambil mengelap mulutnya dengan tisu yang tersedia di atas meja. Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Mas Dito barusan. Karena aku harus tetap bersikap santai di depan mereka berdua."Kamu berhenti kerja atau dipecat?" tanya Ibu yang menatapku bergantian dengan mas Dito."Aku memang mengundurkan diri, Bu, bukan dipecat. Karena kan aku ingin menjadi istri solehah untuk Mas Dito. Jadi aku harus memilih salah satu dari itu, dan aku lebih memilih Mas Dito s

    Last Updated : 2023-05-04
  • Mertua Benalu Di Rumahku   Ganteng

    "Tapi kenapa, Bu? Nggak ah, aku udah ambil keputusan. Dan itu tidak bisa diganggu gugat," seruku menolak perintah Ibu barusan. Matanya nyalang menatapku karena menolak permintaannya barusan. Masa bodoh, aku tidak peduli lagi dengan mereka. Baru aku tes begini saja mereka sudah kalang kabut. Apalagi kalau aku udah mulai minta uang nafkah sama Mas Dito."Kamu belum ngerti juga maksud Ibu. Kamu kan tau sendiri kalau suami kamu itu sekarang lagi nggak ada pekerjaan. Eh kamu malah keluar dari tempat kerja, kamu bodoh atau gimana sih?" bentak Ibu dengan nafas memburu."Ya Mas Dito tinggal nyari kerja aja, Bu. Lagian kan nggak usah kerja kantoran untuk menghasilkan uang. Aku nggak malu kok Mas Dito mau kerja apa aja. Yang penting halal dan berkah," sanggahku membela diri. Aku tidak ingin lagi kalah dalam hal ini."Kamu memang nggak malu. Wong kamu istri yang zalim. Anakku yang malu, masak ganteng-ganteng gitu kerjanya serabutan," ejek Ibu yang membuat darahku mendidih."Terus kalau cuma dud

    Last Updated : 2023-05-04
  • Mertua Benalu Di Rumahku   Pesan

    "Kalau Ibu mau ya silahkan saja. Aku akan memberikan uang itu sama Mas Dito. Nanti biar Mas Dito saja yang memberikan uang itu pada Ibu," ujarku yang membuat wajah Ibu berbinar. Ada senyum yang terbit di wajahnya yang sudah mulai keriput."Dua juta itu cuma cukup untuk bulan ini aja, Rosa. Nggak sampai aku gajian," ucap Mas Dito tidak terima."Memangnya kamu mau kerja apa, Mas. Kalau kamu kerja serabutan atau kuli di pasar aku rasa kamu dibayar harian," sanggahku yang membuat Mas Dito dan Ibu membulatkan matanya."Kuli pasar kamu bilang? Nggak, enak aja suami setampan ini mau kamu suruh jadi kuli pasar. Dito itu cocoknya kerja kantoran," sahut Ibu menyanggah ucapanku."Iya, aku juga nggak mau lah kerja jadi kuli pasar. Yang benar aja," sahut Mas Dito lagi tidak terima. Aku hanya mengedikkan bahu mendengar ucapan mereka."Kan aku bilang misalnya. Kalau kamu mau cari kerja kantoran ya silahkan, Mas. Intinya itu aku sama sekali tidak keberatan kamu mau kerja apa aja. Asalkan halal dan be

    Last Updated : 2023-05-05
  • Mertua Benalu Di Rumahku   Rahasia Ibu mertua

    "Rosa ini kok rumah berantakan kayak gini. Ya ampun, pusing Ibu lihatnya." Suara teriakan Ibu yang baru saja pulang menggelegar sampai ke dapur.Aku yang sedang menata makanan di atas meja makan segera menghentikan aktivitas. Dengan cepat aku berlari ke arah depan, agar Ibu berhenti berteriak. Karena saat ini Kania sedang tidur siang. Aku tidak ingin dia terbangun karena suara ribut Ibu."Apa sih, Bu teriak-teriak. Pulang-pulang itu ngucapin salam," ucapku yang dibalas lirikan sinis oleh Ibu. Sedangkan Mas Dito langsung berjalan masuk ke rumah."Kamu aja yang budeg. Orang ngucapin salam kamu nggak dengar," sanggah ibu sambil berlalu pergi. Aku hanya harus bersabar beberapa saat lagi. Setelah kesabaranku habis, maka aku akan menyuruh Ibu untuk pergi dari sini."Rosa, kamu masaknya kok banyak banget sih," seru Mas Dito ketika kami sudah di dapur. Tadi setelah Ibu dan Mas Dito mengganti baju, mereka langsung ke dapur untuk makan."Ya biasanya juga kayak gini kan, Mas?" jawabku sambil men

    Last Updated : 2023-05-05
  • Mertua Benalu Di Rumahku   Kedatangan Mertua

    Bab 1"Mas, kok rumah berantakan gini, sih?" keluhku pada Mas Dito yang sedang memainkan gawainya di teras rumah.Baru turun dari mobil, aku sudah menginjak mainan Kania–putri pertamaku bersama Mas Dito. Mainan Kania berserakan di mana-mana, begitu juga dengan daun pohon mangga dan pohon rambutan yang ada di depan rumah. Memang tadi pagi aku pergi kerja setelah Subuh, karena harus menjemput klien yang baru datang dari luar kota. Akan tetapi ada Bik Minah yang akan datang pagi dan pulang waktu sore yang akan mengurus rumah."Mas!" Aku kembali memanggil Mas Dito yang dari tadi tidak menjawab pertanyaanku dan sepertinya dia juga tidak menyadari kehadiranku."Eh, Sayang. Kamu sudah pulang?" jawabnya kaget. Kemudian aku mengambil tangannya yang diulurkan untuk aku salami."Iya, dari tadi. Kamu aja yang sibuk main hp," jawabku kesal."Nanggung, Sayang. Aku lagi main game tadi," jawabnya sambil nyengir kuda."Kania mana?" tanyaku pada Mas Dito karena dari tadi aku tidak melihatnya."Ada tuh

    Last Updated : 2023-04-11

Latest chapter

  • Mertua Benalu Di Rumahku   Rahasia Ibu mertua

    "Rosa ini kok rumah berantakan kayak gini. Ya ampun, pusing Ibu lihatnya." Suara teriakan Ibu yang baru saja pulang menggelegar sampai ke dapur.Aku yang sedang menata makanan di atas meja makan segera menghentikan aktivitas. Dengan cepat aku berlari ke arah depan, agar Ibu berhenti berteriak. Karena saat ini Kania sedang tidur siang. Aku tidak ingin dia terbangun karena suara ribut Ibu."Apa sih, Bu teriak-teriak. Pulang-pulang itu ngucapin salam," ucapku yang dibalas lirikan sinis oleh Ibu. Sedangkan Mas Dito langsung berjalan masuk ke rumah."Kamu aja yang budeg. Orang ngucapin salam kamu nggak dengar," sanggah ibu sambil berlalu pergi. Aku hanya harus bersabar beberapa saat lagi. Setelah kesabaranku habis, maka aku akan menyuruh Ibu untuk pergi dari sini."Rosa, kamu masaknya kok banyak banget sih," seru Mas Dito ketika kami sudah di dapur. Tadi setelah Ibu dan Mas Dito mengganti baju, mereka langsung ke dapur untuk makan."Ya biasanya juga kayak gini kan, Mas?" jawabku sambil men

  • Mertua Benalu Di Rumahku   Pesan

    "Kalau Ibu mau ya silahkan saja. Aku akan memberikan uang itu sama Mas Dito. Nanti biar Mas Dito saja yang memberikan uang itu pada Ibu," ujarku yang membuat wajah Ibu berbinar. Ada senyum yang terbit di wajahnya yang sudah mulai keriput."Dua juta itu cuma cukup untuk bulan ini aja, Rosa. Nggak sampai aku gajian," ucap Mas Dito tidak terima."Memangnya kamu mau kerja apa, Mas. Kalau kamu kerja serabutan atau kuli di pasar aku rasa kamu dibayar harian," sanggahku yang membuat Mas Dito dan Ibu membulatkan matanya."Kuli pasar kamu bilang? Nggak, enak aja suami setampan ini mau kamu suruh jadi kuli pasar. Dito itu cocoknya kerja kantoran," sahut Ibu menyanggah ucapanku."Iya, aku juga nggak mau lah kerja jadi kuli pasar. Yang benar aja," sahut Mas Dito lagi tidak terima. Aku hanya mengedikkan bahu mendengar ucapan mereka."Kan aku bilang misalnya. Kalau kamu mau cari kerja kantoran ya silahkan, Mas. Intinya itu aku sama sekali tidak keberatan kamu mau kerja apa aja. Asalkan halal dan be

  • Mertua Benalu Di Rumahku   Ganteng

    "Tapi kenapa, Bu? Nggak ah, aku udah ambil keputusan. Dan itu tidak bisa diganggu gugat," seruku menolak perintah Ibu barusan. Matanya nyalang menatapku karena menolak permintaannya barusan. Masa bodoh, aku tidak peduli lagi dengan mereka. Baru aku tes begini saja mereka sudah kalang kabut. Apalagi kalau aku udah mulai minta uang nafkah sama Mas Dito."Kamu belum ngerti juga maksud Ibu. Kamu kan tau sendiri kalau suami kamu itu sekarang lagi nggak ada pekerjaan. Eh kamu malah keluar dari tempat kerja, kamu bodoh atau gimana sih?" bentak Ibu dengan nafas memburu."Ya Mas Dito tinggal nyari kerja aja, Bu. Lagian kan nggak usah kerja kantoran untuk menghasilkan uang. Aku nggak malu kok Mas Dito mau kerja apa aja. Yang penting halal dan berkah," sanggahku membela diri. Aku tidak ingin lagi kalah dalam hal ini."Kamu memang nggak malu. Wong kamu istri yang zalim. Anakku yang malu, masak ganteng-ganteng gitu kerjanya serabutan," ejek Ibu yang membuat darahku mendidih."Terus kalau cuma dud

  • Mertua Benalu Di Rumahku   Ngamuk

    "Kamu nggak kerja, Rosa. Kok masih di rumah jam segini?" tanya Mas Dito saat kami sedang sarapan bersama pagi. Ibu masih ikut duduk di meja makan. Dia kembali memotong buah dan menikmatinya."Mulai hari ini aku udah nggak kerja lagi, Mas," ucapku pelan namun mampu membuat Mas Dito dan Ibu mertua melongo. Mas Dito bahkan terbatuk saat mendengar ucapanku barusan. Rasakan, aku akan memberinya pelajaran bagaimana rasanya mencari pekerjaan di luar sana."Apa, Ros? Kamu nggak kerja lagi, maksudnya gimana?" tanya Mas Dito sambil mengelap mulutnya dengan tisu yang tersedia di atas meja. Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Mas Dito barusan. Karena aku harus tetap bersikap santai di depan mereka berdua."Kamu berhenti kerja atau dipecat?" tanya Ibu yang menatapku bergantian dengan mas Dito."Aku memang mengundurkan diri, Bu, bukan dipecat. Karena kan aku ingin menjadi istri solehah untuk Mas Dito. Jadi aku harus memilih salah satu dari itu, dan aku lebih memilih Mas Dito s

  • Mertua Benalu Di Rumahku   Pura-pura Dipecat

    "Kamu jangan membela mereka lagi kali ini. Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi," tanya Ayah ketika aku sudah berada di rumahnya. Tadi ketika aku baru saja sampai, Ibu langsung menyuruhku untuk masuk. Katanya ada hal yang ingin dibicarakan oleh Ayah. Perasaan yang tidak karuan aku masuk dan duduk di sofa."Sebenarnya tidak ada masalah antara Aku dan Mas Dito. Hanya saja masalah itu muncul ketika ibunya Mas Dito datang," jawabku mencoba menjelaskan. Tidak ada yang bisa kusembunyikan lagi. Ayah dan ibu bukan tipikal orang tua yang bisa dibohongi."Lalu kenapa Ibu mertua kamu sampai memecat Bik Minah," tanya Ayah lagi yang membuatku terdiam. Ayah tipe orang yang sabar, tapi jika sudah menyangkut masalah anak. Ayah akan bersikap lebih gila dari Ibu."Dia menginginkan aku untuk mengerjakan semuanya. Ibunya Mas Dito menuntut Rosa agar bisa melayani suami dengan baik. Bukan hanya bekerja mencari uang saja," jawabku sambil menunduk dalam. Ibu merangkul pundakku dan membawaku ke dalam

  • Mertua Benalu Di Rumahku   Ciut

    Dulu aku menolak untuk dijodohkan dengannya. Untungnya dia tidak marah akan hal itu. Dia malah menghargai keputusanku waktu itu. Aku mengulas senyum saat pandangan kami bertemu."Rupanya saya akan meeting dengan Bu Rosa. Jujur saya sangat terkesan," ucap Al ketika kami berjabat tangan. "Ini karena Pak Devan sedang berada di luar kota. Saya hanya bertugas untuk menggantikan. Mohon kerjasamanya, Pak Al," jawabku sambil membalas senyumnya.**"Aku nggak nyangka bisa ketemu lagi di sini sama kamu," ucap Al ketika kami sedang makan siang di kantin kantor. Setelah rapat selama dua jam tadi, Al tidak langsung pulang. Dia mengajakku untuk makan siang dulu di sini. Dia memintaku untuk menemaninya makan di kantin kantor. Aku mengiyakan, karena aku juga sudah lapar dan ingin makan siang."Iya. Aku juga nggak nyangka bakalan ketemu lagi sama kamu di sini," jawabku sambil merebahkan punggung pada sandaran kursi. Aku sedikit merasa canggung jika hanya makan berdua saja seperti ini. Jika saja dia

  • Mertua Benalu Di Rumahku   Bertemu Kembali

    "Kita mau kemana, Ma?" tanya Kania saat kami sedang dalam perjalanan. Rencananya aku akan membawa Kania pergi ke rumah Ibu dan Ayah.Biasanya aku akan membawa dia ikut serta ke kantor. Tapi hari ini banyak sekali pekerjaan dan juga ada pertemuan dengan beberapa klien penting. Jadi aku tidak mungkin membawa Kania pergi."Kita mau ke rumah Nenek dan Kakek dong. Kamu senang nggak?" tanyaku balik yang dibalas anggukan kepala oleh Kania. "Senang dong. Nanti aku mau ajak kakek buat mancing ikan," jawab Kania lagi sambil bersorak hore. Di belakang rumah Ibu dan Ayah, memang terdapat kolam ikan kecil. Ayah sengaja membuat kolam itu agar bisa memelihara ikan. Jadi kalau Ayah dan Ibu ingin makan ikan bakar. Mereka bisa langsung mengambilnya di sana. Katanya lebih segar dan enak. Semenjak itulah Kania suka sekali pulang ke sana. Karena dia akan ikut mengambil ikannya."Nanti bilang sama Kakek, sisain ikannya buat mama satu ya," ucapku sambil fokus menyetir. Untung saja ada Nisa yang menangani

  • Mertua Benalu Di Rumahku   Muak

    Setelah membangunkan Kania dan mempersiapkan semuanya. Aku menggandeng tangannya dan berjalan keluar. Di tanganku sudah ada tas Kania yang berisi mainan dan bajunya. Aku akan menitipkannya di rumah Ibu dan Ayah. Mereka pasti akan sangat senang jika Kania datang."Kamu mau bawa kemana, Kania?" tanya Mas Dito yang masih duduk di sofa bersama Ibu. Aku sangat heran melihat tingkah Ibu yang sangat malas. Padahal stok makanan di kulkas itu masih sangat banyak. Seharusnya dia bisa berinisiatif sendiri untuk memasak. Apalagi dia melihatku sangat sibuk dan kerepotan dengan kerjaan dan Kania."Aku mau bawa dia ke rumah Ibu dan Ayah. Aku takut kalau dia di sini, dia akan mati kelaparan," jawabku sambil berjalan pelan ke arah pintu luar."Terserah kamu, Rosa. Tapi yang jelas kamu tidak bisa pergi kerja begitu saja. Apalagi kamu tidak meninggalkan uang untuk kami di rumah," sahut Mas Dito lagi lantang. "Dito benar. Kalau kamu mau pergi kerja dan tidak mau memasak. Setidaknya tinggalkan uang biar

  • Mertua Benalu Di Rumahku   Membangkang

    "Rosa. Kamu belum masak jam segini? Saya sudah lapar," teriak Ibu dari lantai satu yang suaranya sampai kedengaran ke kamarku yang berada di lantai dua.Setelah selesai memakai sepatu aku segera turun untuk berangkat kerja. Hari ini terpaksa aku harus berangkat kerja lagi. Karena Devan akan ke luar kota untuk beberapa hari. Jadi aku belum dibolehkan untuk mengambil cuti sampai dia kembali. Bagiku tidak masalah, biar rumah ini diurus oleh Ibu saja. Siapa suruh dia memecat Bik Minah."Kok nanya aku sih, Buk. Kalau lapar ya masak sendiri lah!" balasku sambil turun dari tangga. Terlihat Ibu sedang berkacak pinggang menatapku nyalang."Jangan kurang ajar ya kamu. Ngomong sama mertua kok tidak ada sopan santunnya sama sekali," bentak Ibu lagi yang emosi mendengar jawabanku barusan."Salah sendiri, siapa suruh Ibuk memecat Bik Minah," jawabku dengan santai agar emosi Ibu semakin menjadi. Setelah kejadian Ibu memfitnahku kemarin, aku benar-benar ingin membuat Ibu tidak betah tinggal di sini.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status