Dia terus menatapku membuatku salah tingkah, kami sudah seperti abege tua yang malu-malu. Aku juga bingung dnengan tingkahku yang sedikit aneh, debarannya jangan ditanya."Jangan dijawab, aku tidak mau kamu menyesal," katanya lagi. Diih, dia pede sekali. "Bund, yuk, kita main perosotan warna warni itu, kayaknya seru!" teriak Arvian. "Boleh," jawabku sambil berlalu meninggalkan abang Brayen.Setelah membayar tiket masuk, kami bermain perosotan bersama. Abang Brayen hanya jadi pengawal kami berdua. Dia hanya berdiri melihat kami bermain dengan riang gembira."Apa ayah akan berdiri terus di sana?" tanya Arvian."Ayah gak berani," balasnya."Ayah cemen, kalah sama bunda," balas Arvian tak mau kalah."Bilang sama bundamu, jika dia mau ayah ikut," katanya lagi. Makin salah tingkah dibuat.Arvian menatapku sekilas, dia tidak memaksa, tapi tatapan matanya seolah menginginkan. Lucu kurasa. Ayah dan anak sama-sama gengsi. "Ayah bilang sendiri aja, pakai minta Arvian." Aku tersenyum melihat e
Terakhir Diperbarui : 2024-08-27 Baca selengkapnya