Share

Apa dia memang sekeren itu?

Dia menatapku lekat. Iya dia abang Brayen, ayahnya Arvian. Mona disampingku terus menggangguku. Sementara yang di kantin sudah mulai heboh dengan kedatangan abang Brayen.

“Ada yang bisa dibantu?” situasi yang mulai heboh di kantin membuatku bertanya demikian. Terasa asing.

Abang Brayen juga kikuk melihatku yang bertanya demikian. Kami seperti orang yang tidak kenal sebelumnya.

“Gak ada, aku hanya mengantar titipan dari Arvian,” katanya sambil memberikan bungkusan dari Arvian.

“Dia buat sendri, jadi diminta kirim untuk bundanya. Kebetulan aku ada tugas di hotel dekat rumah sakit, makanya aku mampir,” sambungnya.

Aku langsung mengambil bingkisan yang diberikan Arvian, jangan tanya bagaimana bahagianya aku ketika mendapat bingkisa dari Arvian ini. Rasanya begitu membahagaiakan.

“Terima kasih, Dok. Sampaikan salam sama Arvian.”

Dia menatapku sebentar, ada raut kekecewaan dalam wajahnya. Mona langsung memberi kode padaku.

"Terima kasih, Bang. Salam sama Arvian." Jujur aku sebenarnya ingi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status