Home / Rumah Tangga / Pesona Istri Dari Desa / Chapter 341 - Chapter 350

All Chapters of Pesona Istri Dari Desa: Chapter 341 - Chapter 350

377 Chapters

Kencan pertama

Ternyata Aksen perkasa juga, Aku tak menyangka minuman yang diberikan Diana ternyata obat kuat? Diam-diam Diana ternyata menyiapkan minuman yang tidak pernah kupikirkan itu. Seperti bayi, Aksen kelelahan. Namun, ada kepuasan dan binar di wajahnya. Kepercayaan dirinya mulai muncul."Ternyata abang kuat juga," kataku sambil membelainya, dia sedang tertidur pulas di dipelukanku. Rasanya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Cinta tentunya semakin melekat."Sudah bangun?" Tanya Aksen yang masih merangkulku. "Sudah dari tadi, abang seperti bayi.""Anggap aku bayimu," jawab Aksen sambil mencium keningku."Coba cek air di botol itu apakah habis?" tanyanya nyengir. Aku juga ikut tertawa karena yang memberikan botol itu adalah Diana. Ternyata itu air sakti yang dikasih Diana. Kalau tahu begini aku meminta botol yang besar dari Diana."Terima kasih karena bersabar denganku," ucapnya lagi."Aku yang berterima kasih padamu sayang," balasku sambil memeluknya. Rasanya nikmat sekali setelah mele
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more

Kondangan

Sampai lokasi acara, tamu undangan sudah mulai hadir. Aksen terus menggandengku tanpa malu. Aku pun juga tak mau kalah, kapan lagi digandeng laki-laki tampan seperti Aksen, jangan tanya bagaimana tatapan banyak orang pada kami. "Kalau begini, tiap hari ajak istri kondangan.""Tapi aku malas, Bang, ikut acara ginian. Males cari muka.""Hahaha ... ada-ada saja istriku, makin cinta," bisiknya. Dia kalau begini pasti agak lain."Hooh, sampe pesan seribu botol di Diana, baguuus!""Hahaha ... Ketahuan, ah, temanmu cepet bocorin!""Iya, itu karena aku pesan seratus botol, eh, ternyata ada yang lebih banyak." Ya Allah, Aksen sampai menahan perutnya menahan ketawa.Ini mungkin definisi jodoh se-frekuensi, bisa gokil dimana-mana."Helo, Mr. Aksen. Bahagia sekali!" Salah satu tamu undangan mendekati kami, mereka langsung bersalaman. Sementara Aku tetap menjaga marwahku tidak bersalaman dengan laki-laki."Ini siapa?" tanya Salah satu dari mereka. Aksen seperti takut lepas, dia terus menggandeng
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Aku Cemburu

Aksen menggandengku, aku pun menggandengnya dengan penuh percaya diri. Seperti sebuah kekuatan Aksen terus menatapku tak henti. Kupu-kupu semakin berterbangan di hatiku."Kamu istriku, Nyonya Aksen. Jangan merendah begitu," bisiknya."Aksen," sapa mempelai wanitanya. Dia nampak terkejut karena Aksen terus menggenggamku. Sekarang kami seperti artis yang ditonton oleh seluruh tamu undangan. Jangan tanya bagaimana wajahnya Berlian melihat keromantisan kami."Apa kabar?" tanya Olive mempelai wanitanya. tatapannya jujur membuatku risih.Aksen langsung menyapa mempelai pria, mempelai wanitanya bernama Oliv seperti tidak menghargai suaminya. Dia terus menatap Aksen, tahu begini aku tampil maksimal bila perlu perawatan dulu."Selamat, ya, Oliv dan suami," ujar Aksen lembut. Aku terus tersenyum, apalagi Aksen benar-benar begitu menawan menggandengku. "Saya Monica, istrinya Aksen Andara," balasku ramah. Olive langsung terdiam. lebih anehnya Aksen seperti tidak memedulikan. Entah mengapa pua
last updateLast Updated : 2024-06-23
Read more

Kamu Selalu Mengejutkan

Aksen terus merangkulku di dalam mobil. Aku pun juga heran dengan tingkahku yang tidak jelas seperti ini. "Kenapa senyum-senyum begitu?" aku bertanya karena Aksen tak berhenti tersenyum."Sering-sering begini, abang suka."Aneh saja melihatnya begitu terlihat bahagia."Kangen sama daddy, besok kita ke sana, ya?" ajak Aksen."Besok aku janjian sama Mona, Sayang.""Janjian dimana?" tanya Aksen penasaran."Di restoran dekat rumah sakit," balasku."Abang anter, ya, nanti abang mampir ke daddy dan bunda.""Tumben, Bang.""Sejak kemarin abang kepikiran, pasti mereka kesepian karena tidak ada Arvian," balas Aksen.Sebut nama Arvian, jujur aku sangat merindukannya. Bagaimana kabarnya saat ini. Namun, Aksen selalu mengingatkan agar ikhlas karena Arvian bersama ayah kandungnya."Arvian baik-baik saja, Sayang. Jangan khawatir." Dia seperti tahu isi hatiku."Abang selalu lebih tahu.""Demi istri, Abang akan lakukan apa saja agar bahagia," balasnya.Diam-diam Aksen sudah mengirim intel untuk mel
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

Dilema

Mendengar Aksen berteriak, aku langsung berlari memeluknya, tak peduli dengan reaksi Suseno yang diam membisu. "Ma ... aaf, tuan," katanya terbata-bata. Puas aku melihatnya yang gugup. "Lain kali jaga sikapmu, aku tidak segan-segan memberimu pelajaran!" tegas Aksen. Suseno ingin melanjutkan ucapannya. Namun, Aksen memotong, dia tidak peduli dengan permintaan dari Suseno. "Aku tidak punya waktu meladenimu," ucap Aksen lagi. Ternyata seram juga melihat Aksen marah. Dia menggandengku untuk jogging bersama. Aku yang melihatnya hanya bisa senyum tidak jelas."Lain kali kalau tidak sama abang jangan jogging." Aksen masih terlihat begitu marah."Tenryata bisa marah.""Untung tidak aku tembak kepalanya," balas Aksen. Aku bergidik ngeri mendengar Aksen yang seperti mafia kalau marah.Sampai rumah, Aksen belum terima perlakuan si Suseno. Dia terus mengomel tidak jelas."Sudah, Sayang. Jangan diladenin," kataku menenangkannya."Lain kali kalau kemana-mana sama Abang," balasnya."Memangnya a
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Mengapa aku selalu tidak beruntung?

Melihat Aksen berjalan dengan wanita lain membuat dada ini terasa sesak. Apalagi wanita di sampingnya begitu menawan dengan kesan old money sekali. "Nyonya sudah selesai?" tanya Sopir yang tiba-tiba di depanku."Sudah.""Apa ponsel nyonya dimatikan?" tanya sopirnya lagi.Sejenak aku terdiam, berarti dia pun tahu jika aku mematikan ponsel. Mengapa aku jadi bergidik ngeri, padahal sebelumnya semua terasa biasa-biasa saja."Antar aku ke bundaku," ucapku lagi pada sopir."Apa tuan sudah tahu?""Apa semua harus diketahui oleh tuanmu? Aku ingin menemui orang tuaku, apa itu tidak boleh?" tanyaku dengan ketus."Maaf, Nyonya. Bukan ...." Sopirnya terbata-bata menjawabku."Antar aku sekarang!""Baik akan saya antar," balasnya dengan sangat hati-hati.Cukup lama aku berpikir, mengapa begitu sulit menemukan pasangan yang tulus. Dulu abang Brayen, sekarang Aksen yang ternyata kurasa sama persis dengan mantan dulu. Begitu sulit menemukan orang yang benar-benar tulus. Aku bahkan menganggap Aksen m
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Kamu Selalu Tak Terduga

Bunda memelukku, seperti menguatkan bahwa semua baik-baik saja. Aku rasa orang tua manapun tak ingin anaknya gagal."Tarik napas, Nak. Tetap berpikir positif, sambil mengamati, kamu jangan langsung berpikir negatif barangkali ceritanya tidak seperti itu." Iya, betul, aku harus berpikir positif, meski jujur aku berharap semua ini tidak benar."Mengapa aku selalu merasakan kisah seperti ini, Bun? Apa yang salah denganku.""Tidak ada yang salah, Nak. Allah selalu menguji sesuai dengan kemampuan hamba-Nya."Aku terisak, bunda terus menguatkanku bahwa jangan percaya dulu jika Aksen belum menjelaskan. Kadang yang kita lihat belum tentu sebenarnya.Daddy yang sedari tadi di dalam agar tidak mengganggu kami, akhirnya ikut bergabung, dia tidak banyak bicara. Sebagai orang tua tentu mereka ingin yang terbaik untukku, karena itulah mereka menjodohkan Aksen denganku. laki-laki yang berprestasi dan sukses sebagai pengusaha terbaik."Nak, Aksen menelpon Daddy katanya ponselmu tidak aktif." Aku sam
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Apakah Itu Benar?

Setelah kepulangan Monica, Nina dan Reza duduk berdua. Terlihat Nina begitu gelisah melihat pernikahan putrinya yang kedua. Ada rasa takut jika Monica gagal untuk kedua kalinya. "Apa ini karma bagiku, Bang. Anak kita Monica sedang ada masalah lagi." Reza yang mendengar penuturan istrinya langsung merangkul Nina. "Tidak ada karma sayang, tidak boleh berpikir begitu," jawab Reza yang menenangkan istrinya."Tapi kenapa Monic bertemu dengan orang yang hampir sama, orang tua mana yang tidak sedih.""Sayang, tetaplah berprasangka Baik, abang yakin Aksen itu pria yang Baik, meski dia ada kekurangan sampai saat ini belum ada keturunan.""Terus mengapa Brayen masih mengganggu Monica, dia memperkeruh suasana lagi.""Maksudnya?" tanya Reza penasaran. Dia melepas rangkulan Nina karena penasaran keadaa Monica."Brayen masih menyebar berita yang tidak benar, Monica cerita dia titip pesan pada Mona." "Titip pesan apa, Bund?" kembali Reza bertanya."Agar Monica berhati-hati dengan Aksen, tidak mu
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Lelah Dengan Pikiran Ini

"Maafkan aku, Bang." "Aku yang salah, bukan kamu," jawabnya."Jangan terlalu baik," balasku polos."Hm, apa aku berlebihan? Aku merasa justru jahat padamu," jawab Aksen."Itu yang membuatku ragu padamu." Sayangnya ucapan itu hanya bisa kuungkapkan di dalam hati. Selama perjalanan pikiranku masih tak jelas. Semua seperti berkelana di pikiranku. Apa aku ragu dengan Aksen? Entahlah, tapi jujur hatiku dilema dibuat olehnya. Sesampai di rumah, Aksen tak henti menggodaku. Seperti orang yang sedang dilanda kasmaran. Aku akui dia memang pandai merayu, justru yang menjadi masalah adalah hati ini yang masih tak tenang.“Apa istri abang mau datang bulan? Moodnya terlihat kacau sekali,” ucap Aksen yang terus menggodaku.“Sepertinya,” jawabku yang ikut menggodanya. Sebagai wanita yang memiliki suami, tentu aku berharap memiliki keturunan. Namun, kenyataannya belum ada tanda-tanda aku hamil. "Apa kita bulan madu lagi?" tanya Aksen yang duduk di sampingku."Kita ke Bali," jawabnya sambil tidur
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

Jujur, Aku Takut!

Bangun tidur aku tidak melihat Aksen di sampingku, di ruang tamu pun tidak ada. Sepertinya tidurku begitu nyenyak sampai tidak tahu kemana perginya Aksen.“Dimana Aksen?” tanyaku penasaran kepada asisten yang stay di rumah.Jangan tanya berapa banyak pengawalan di rumah ini. Walau sudah terbiasa dengan pengawalan ketika bersama daddy dan bunda. Namun, aku rasa Aksen semakin berlebihan belakangan ini. Apakah ini yang namanya posesif? “Maksudnya tuan Aksen?” tanya asistennya, sengaja dia perjelas agar aku memanggil Aksen dengan sebutan tuan. Makin aneh kurasa!“Hooh,” jawabku sedikit ketus."Dimana tuanmu?" tanyaku lagi. Aku juga heran kenapa sikapku ikut berubah. Apa karena pikiranku sudah teracuni dengan sikap Aksen yang palying victim?"I ...itu, Nyonya.""Itu kenapa?" tanyaku balik."Aksen kemana?" tanyaku lagi.Terlihat sekali asistennya sedikit panik. Semakin ke sini aku menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada Aksen. Tidak Aksen, tidak pula Brayen. Apa sesulit ini mendapat
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more
PREV
1
...
333435363738
DMCA.com Protection Status