Share

Aku Cemburu

Author: Ummi Salmiah
last update Last Updated: 2024-06-23 22:40:54

Aksen menggandengku, aku pun menggandengnya dengan penuh percaya diri. Seperti sebuah kekuatan Aksen terus menatapku tak henti. Kupu-kupu semakin berterbangan di hatiku.

"Kamu istriku, Nyonya Aksen. Jangan merendah begitu," bisiknya.

"Aksen," sapa mempelai wanitanya. Dia nampak terkejut karena Aksen terus menggenggamku. Sekarang kami seperti artis yang ditonton oleh seluruh tamu undangan. Jangan tanya bagaimana wajahnya Berlian melihat keromantisan kami.

"Apa kabar?" tanya Olive mempelai wanitanya. tatapannya jujur membuatku risih.

Aksen langsung menyapa mempelai pria, mempelai wanitanya bernama Oliv seperti tidak menghargai suaminya. Dia terus menatap Aksen, tahu begini aku tampil maksimal bila perlu perawatan dulu.

"Selamat, ya, Oliv dan suami," ujar Aksen lembut. Aku terus tersenyum, apalagi Aksen benar-benar begitu menawan menggandengku.

"Saya Monica, istrinya Aksen Andara," balasku ramah. Olive langsung terdiam. lebih anehnya Aksen seperti tidak memedulikan. Entah mengapa pua
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pesona Istri Dari Desa   Kamu Selalu Mengejutkan

    Aksen terus merangkulku di dalam mobil. Aku pun juga heran dengan tingkahku yang tidak jelas seperti ini. "Kenapa senyum-senyum begitu?" aku bertanya karena Aksen tak berhenti tersenyum."Sering-sering begini, abang suka."Aneh saja melihatnya begitu terlihat bahagia."Kangen sama daddy, besok kita ke sana, ya?" ajak Aksen."Besok aku janjian sama Mona, Sayang.""Janjian dimana?" tanya Aksen penasaran."Di restoran dekat rumah sakit," balasku."Abang anter, ya, nanti abang mampir ke daddy dan bunda.""Tumben, Bang.""Sejak kemarin abang kepikiran, pasti mereka kesepian karena tidak ada Arvian," balas Aksen.Sebut nama Arvian, jujur aku sangat merindukannya. Bagaimana kabarnya saat ini. Namun, Aksen selalu mengingatkan agar ikhlas karena Arvian bersama ayah kandungnya."Arvian baik-baik saja, Sayang. Jangan khawatir." Dia seperti tahu isi hatiku."Abang selalu lebih tahu.""Demi istri, Abang akan lakukan apa saja agar bahagia," balasnya.Diam-diam Aksen sudah mengirim intel untuk mel

    Last Updated : 2024-06-25
  • Pesona Istri Dari Desa   Dilema

    Mendengar Aksen berteriak, aku langsung berlari memeluknya, tak peduli dengan reaksi Suseno yang diam membisu. "Ma ... aaf, tuan," katanya terbata-bata. Puas aku melihatnya yang gugup. "Lain kali jaga sikapmu, aku tidak segan-segan memberimu pelajaran!" tegas Aksen. Suseno ingin melanjutkan ucapannya. Namun, Aksen memotong, dia tidak peduli dengan permintaan dari Suseno. "Aku tidak punya waktu meladenimu," ucap Aksen lagi. Ternyata seram juga melihat Aksen marah. Dia menggandengku untuk jogging bersama. Aku yang melihatnya hanya bisa senyum tidak jelas."Lain kali kalau tidak sama abang jangan jogging." Aksen masih terlihat begitu marah."Tenryata bisa marah.""Untung tidak aku tembak kepalanya," balas Aksen. Aku bergidik ngeri mendengar Aksen yang seperti mafia kalau marah.Sampai rumah, Aksen belum terima perlakuan si Suseno. Dia terus mengomel tidak jelas."Sudah, Sayang. Jangan diladenin," kataku menenangkannya."Lain kali kalau kemana-mana sama Abang," balasnya."Memangnya a

    Last Updated : 2024-06-27
  • Pesona Istri Dari Desa   Mengapa aku selalu tidak beruntung?

    Melihat Aksen berjalan dengan wanita lain membuat dada ini terasa sesak. Apalagi wanita di sampingnya begitu menawan dengan kesan old money sekali. "Nyonya sudah selesai?" tanya Sopir yang tiba-tiba di depanku."Sudah.""Apa ponsel nyonya dimatikan?" tanya sopirnya lagi.Sejenak aku terdiam, berarti dia pun tahu jika aku mematikan ponsel. Mengapa aku jadi bergidik ngeri, padahal sebelumnya semua terasa biasa-biasa saja."Antar aku ke bundaku," ucapku lagi pada sopir."Apa tuan sudah tahu?""Apa semua harus diketahui oleh tuanmu? Aku ingin menemui orang tuaku, apa itu tidak boleh?" tanyaku dengan ketus."Maaf, Nyonya. Bukan ...." Sopirnya terbata-bata menjawabku."Antar aku sekarang!""Baik akan saya antar," balasnya dengan sangat hati-hati.Cukup lama aku berpikir, mengapa begitu sulit menemukan pasangan yang tulus. Dulu abang Brayen, sekarang Aksen yang ternyata kurasa sama persis dengan mantan dulu. Begitu sulit menemukan orang yang benar-benar tulus. Aku bahkan menganggap Aksen m

    Last Updated : 2024-07-01
  • Pesona Istri Dari Desa   Kamu Selalu Tak Terduga

    Bunda memelukku, seperti menguatkan bahwa semua baik-baik saja. Aku rasa orang tua manapun tak ingin anaknya gagal."Tarik napas, Nak. Tetap berpikir positif, sambil mengamati, kamu jangan langsung berpikir negatif barangkali ceritanya tidak seperti itu." Iya, betul, aku harus berpikir positif, meski jujur aku berharap semua ini tidak benar."Mengapa aku selalu merasakan kisah seperti ini, Bun? Apa yang salah denganku.""Tidak ada yang salah, Nak. Allah selalu menguji sesuai dengan kemampuan hamba-Nya."Aku terisak, bunda terus menguatkanku bahwa jangan percaya dulu jika Aksen belum menjelaskan. Kadang yang kita lihat belum tentu sebenarnya.Daddy yang sedari tadi di dalam agar tidak mengganggu kami, akhirnya ikut bergabung, dia tidak banyak bicara. Sebagai orang tua tentu mereka ingin yang terbaik untukku, karena itulah mereka menjodohkan Aksen denganku. laki-laki yang berprestasi dan sukses sebagai pengusaha terbaik."Nak, Aksen menelpon Daddy katanya ponselmu tidak aktif." Aku sam

    Last Updated : 2024-07-01
  • Pesona Istri Dari Desa   Apakah Itu Benar?

    Setelah kepulangan Monica, Nina dan Reza duduk berdua. Terlihat Nina begitu gelisah melihat pernikahan putrinya yang kedua. Ada rasa takut jika Monica gagal untuk kedua kalinya. "Apa ini karma bagiku, Bang. Anak kita Monica sedang ada masalah lagi." Reza yang mendengar penuturan istrinya langsung merangkul Nina. "Tidak ada karma sayang, tidak boleh berpikir begitu," jawab Reza yang menenangkan istrinya."Tapi kenapa Monic bertemu dengan orang yang hampir sama, orang tua mana yang tidak sedih.""Sayang, tetaplah berprasangka Baik, abang yakin Aksen itu pria yang Baik, meski dia ada kekurangan sampai saat ini belum ada keturunan.""Terus mengapa Brayen masih mengganggu Monica, dia memperkeruh suasana lagi.""Maksudnya?" tanya Reza penasaran. Dia melepas rangkulan Nina karena penasaran keadaa Monica."Brayen masih menyebar berita yang tidak benar, Monica cerita dia titip pesan pada Mona." "Titip pesan apa, Bund?" kembali Reza bertanya."Agar Monica berhati-hati dengan Aksen, tidak mu

    Last Updated : 2024-07-05
  • Pesona Istri Dari Desa   Lelah Dengan Pikiran Ini

    "Maafkan aku, Bang." "Aku yang salah, bukan kamu," jawabnya."Jangan terlalu baik," balasku polos."Hm, apa aku berlebihan? Aku merasa justru jahat padamu," jawab Aksen."Itu yang membuatku ragu padamu." Sayangnya ucapan itu hanya bisa kuungkapkan di dalam hati. Selama perjalanan pikiranku masih tak jelas. Semua seperti berkelana di pikiranku. Apa aku ragu dengan Aksen? Entahlah, tapi jujur hatiku dilema dibuat olehnya. Sesampai di rumah, Aksen tak henti menggodaku. Seperti orang yang sedang dilanda kasmaran. Aku akui dia memang pandai merayu, justru yang menjadi masalah adalah hati ini yang masih tak tenang.“Apa istri abang mau datang bulan? Moodnya terlihat kacau sekali,” ucap Aksen yang terus menggodaku.“Sepertinya,” jawabku yang ikut menggodanya. Sebagai wanita yang memiliki suami, tentu aku berharap memiliki keturunan. Namun, kenyataannya belum ada tanda-tanda aku hamil. "Apa kita bulan madu lagi?" tanya Aksen yang duduk di sampingku."Kita ke Bali," jawabnya sambil tidur

    Last Updated : 2024-07-18
  • Pesona Istri Dari Desa   Jujur, Aku Takut!

    Bangun tidur aku tidak melihat Aksen di sampingku, di ruang tamu pun tidak ada. Sepertinya tidurku begitu nyenyak sampai tidak tahu kemana perginya Aksen.“Dimana Aksen?” tanyaku penasaran kepada asisten yang stay di rumah.Jangan tanya berapa banyak pengawalan di rumah ini. Walau sudah terbiasa dengan pengawalan ketika bersama daddy dan bunda. Namun, aku rasa Aksen semakin berlebihan belakangan ini. Apakah ini yang namanya posesif? “Maksudnya tuan Aksen?” tanya asistennya, sengaja dia perjelas agar aku memanggil Aksen dengan sebutan tuan. Makin aneh kurasa!“Hooh,” jawabku sedikit ketus."Dimana tuanmu?" tanyaku lagi. Aku juga heran kenapa sikapku ikut berubah. Apa karena pikiranku sudah teracuni dengan sikap Aksen yang palying victim?"I ...itu, Nyonya.""Itu kenapa?" tanyaku balik."Aksen kemana?" tanyaku lagi.Terlihat sekali asistennya sedikit panik. Semakin ke sini aku menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada Aksen. Tidak Aksen, tidak pula Brayen. Apa sesulit ini mendapat

    Last Updated : 2024-07-19
  • Pesona Istri Dari Desa   Apa Aku Salah?

    Apa aku salah?"Mau kemana?" tanya Aksen yang wajahnya berubah lebih kalem. Aku mundur teratur, menarik napas tidak percaya jika wajah Aksen tadi kurasa begitu menyeramkan. Apa dia memiliki dua kepribadian?"Aku mau keluar, Bang. Bosan di rumah terus.""Ponselnya mati?" tanyanya lagi. Dia bahkan tahu jika aku tidk membawa ponsel. Dengan spontan, aku sengaja mencari ponsel di dalam tas dengan adegan seperti orang kelupaan."Ponselnya ternyata kelupaan, Bang," balasku sembari tersenyum. "Lalu supir di luar?" tanyanya kembali. Duuh, bagaimana lagi, nih."Katanya dari abang Shaka," sambungnya."Iya, abang Shaka memintaku ke rumah kak Gendhis. Aku terima saja karena bosan di rumah." Alasanku tidak jelas, semoga dia tidak curiga."Kalau gitu aku ikut, ya, aku temani.""Abang baru pulang, pasti capek," jawabku tidak mau kalah.Aksen diam sejenak, entah dia pulang karena aku mau keluar atau memang waktunya pulang. Mengapa aku jadi bergidik ngeri. Rasa takut menjalar di tubuhku."Mita ambilk

    Last Updated : 2024-07-20

Latest chapter

  • Pesona Istri Dari Desa   Agak lain

    Sampai rumah, daddy dan bunda menunggu di teras. Di mata mereka aku masih gadis kecil, yang jika setiap keluar rumah terlalu lama mereka pasti menungguku. Begitulah orang tua, selalu tersisa rasa yang sama, meski berkali-kali pernah terluka.“Apa Monica terlalu lama?” tanyaku padanya. Tak lupa pelukan hangat dari daddy yang selalu panik jika aku keluar terlalu lama.“Anaknya bukan anak kecil, Bang,” ucap bunda yang tak berhenti tersenyum.“Iya, bukan anak kecil, tapi kadang bikin panik dengan tingkahnya,” jawab daddy. Aku langsung memeluknya, percayalah semakin tua, orang tua pasti lebih protektif pada anaknya.“Apa Arvian bahagia?” tanya daddy. Aku mengangguk.“Syukurlah ….”“Dad ….”“Kenapa?” tanyanya.“Apa daddy merestui jika aku dan abang Brayen bersama lagi?” Daddy diam, sekarang aku yang canggung. Kebahagiaan yang tadi berubah menjadi rasa tidak nyaman.“Apa dia bisa menjamin berubah, sementara sampai detik ini daddy tidak melihat kesungguhannya.”Sekarang aku yang diam. “Jang

  • Pesona Istri Dari Desa   Semua Tentang Kamu

    Berkali- kali aku menghapus air mata sedih dan bahagia tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Aku bahagia melihat senyumannya yang tak henti. Sesekali dia memandangku meski terjeda karena fokus menyetir.“Jangan mengatakan apa-apa lagi, jawabanmu membuatku tidak mau kamu mengucapkan hal yang aneh lagi.”“Tulis di sini biar aku akan tempel di sudut kamarku. Apakah kamu menerimaku atau tidak,” balasnya lagi. Dia memberikanku polpen dan selembar kertas, dia niat sekali membuatku tersipu malu. Pernyataannya bahkan seperti tahu jawabannya aku menerimanya kembali. Dasar tuan arogan.“Tulislah apa kamu menerimaku. Karena ini sangat penting bagi hidupku,” sambungnya lagi.“Anda terlalu pede tuan.”Aku langsung menyimpan di dalam tas. Dia mirip dengan daddy, dia pasti akan memaksa aku menjawab sesuai dengan maunya. Laki-laki jika ada maunya dia akan memaksa, tapi kalau sudah dapat apa yang dia mau, tak sedikit yang terkesan cuek.“Kenapa di simpan?”“Nanti pas pulang aku berikan,” balasku. Wa

  • Pesona Istri Dari Desa   Pasti Ada Jalan

    "Bunda ...." Arvian memanggilku. Cepat sekali anak ini sampai padahal baru saja ayahnya menelponku. Apa sebenarnya mereka ada di sekitar sini."Hai, jagoan. Sama siapa ke sini?” tanya daddy menghampiri langsung Arvian."Sama ayah, Opa. Tapi dia menunggu di luar,” balas Arvian jujur. Apa abang Brayen yang mengajarkan Arvian untuk jujur.Daddy seketika diam. Bunda pun langsung memecahkan suasana agar tidak terlihat canggung. Aku hanya bisa menghela napas dalam-dalam, takut jika daddy kambuh lagi dengan tidak menginginkan kami kembali."Bersiaplah, Mon,” ujar bunda.Meski ragu, aku pun bersiap untuk berangkat dengan Arvian. Layaknya anak muda yang mau ketemuan aku sampai bingung menggunakan baju yang mana. Astagfirullah, kelakuanku makin aneh seperti abege labil. "Mon, lama sekali, kasihan Arvian lama menunggu." Bunda tiba-tiba datang ke kamar. Baru terasa malunya. Ada-ada saja kelakuanku yang makin aneh ini."Kamu kek anak muda saja, Mon. Milih baju saja lama sekali,” ledek Bunda."Haha

  • Pesona Istri Dari Desa   Berharap Kita Bersama Lagi

    Beharap untk kembali Aku dilema bukan karena tidak ingin menerima abang Brayen kembali, tetapi ada rasa trauma takut merasakan kekecewaan lagi. Manusiawi kurasa jika Aku tidak mau kecewa lagi untuk kedua kalinya."Bund, apa Aku harus menerima abang Brayen lagi?" tanyaku pada bunda yang sedang duduk merawat tanamannya. Aku merasa hidup bunda Lebih baik dibanding denganku. Hidupnya tenang di masa tuanya, sementara aku seperti mencari kepastian."Perasaan Monica bagaimana?" tanya bunda."Dilema, Bund. Apa kesempatan kedua itu memang benar adanya?""Jangan pernah mendahului takdir sayang, jika kamu yakin kembalilah bersamanya. Namun, apabila kamu ragu mintalah pada sang pemberi harap yang tidak pernah membuat hambanya kecewa," balas bunda.Entah mengapa setetes bening jatuh di pipiku, dengan banyak hal yang telah kulalui rasanya tidak mudah sampai di titik ini."Dan mintalah restu pada daddymu, barangkali dengan keikhlasannya bisa membuatmu semakin yakin," sambung bunda memberiku nasihat

  • Pesona Istri Dari Desa   Aku Ingin Kalian Bersatu

    POV ARVIANKali ini Aku merasa ada harapan melihat reaksi bunda yang mulai melirik ayah. Siapa yang tidak bahagia, setelah sekian lama harapan itu nampak di depan mata. Aku sama halnya dengan anak yang lain ingin orang tua yang utuh. Ingin keluarga bahagia yang tiap bangun tidur melihat mereka di depanku. "Kamu kenapa Arvian?" tanya Bani temanku yang biasa mendengar keluh kesahku."Doakan, ya, bunda dan ayahku bersatu lagi.""Bukannya daddy Aksenmu ada?" tanya Bani penasaran. "Mereka sudah lama pisah, Ban.""Semoga orang tuanmu bersatu lagi, Arvian.""Aamiin.""Kalau pun, tidak ada harapan aku harap kamu tetap jadi Arvian yang baik." Bani jauh lebih di atas tingkat dariku, dia sudah SMP. Namun, dia tidak mau dipanggil kakak. Bani adalah anak dari salah satu rekan dokter ayah.Aku bukan anak yang kuat, kadang Aku depresi melihat bagaimana teman-temanku bisa bahagia di usianya yang begitu indah. Main timezone dengan kedua orang tua lengkap, sementara Aku hanya bisa gigit jari melihat

  • Pesona Istri Dari Desa   Dasar Aneh

    Aku tak henti tersenyum hingga tak terasa kami sampai rumah. Benar-benar tidak bisa diprediksi itu orang. Bisa-bisanya dia berubah dalam sekejap. Dasar aneh!"Kamu kenapa, Nak? Wajahmu bersemu merah," ucap bunda. Wajah herannya tidak bisa disembunyikan."Mungkin dari pesan yang dibaca," balas daddy. Bisa-bisanya mereka ikut usil. Astagfirullaah Aku pun sendiri bingung dengan tingkah anehku."Apa, iya, dari Brayen? Bukannya tadi dia sedang berduka," sambung bunda lagi."Kamu kayak tidak tahu aja anak nakal itu, dia akan mengejar sampai dapat," balas daddy."Hooh, kayak abang, sih." Eh, kok mereka sekarang yang berdebat."Sudah sampai, Bund. Ayo kita masuk, Monica sudah lapar, apalagi lihat bunda dan Daddy berdebat makin buat Monica lapar." Mau bagaimana lagi, Daddy sama abang Brayen itu memiliki kemiripan. Itu tidak bisa dipungkiri jika mereka berdua susah ditebak.Aku hanya bisa menggelengkan kepala mengingat tingkah unik abang Brayen yang kurasa aneh. Entah mengapa jiwa usilku ngin

  • Pesona Istri Dari Desa   Kau Tak Akan Terganti

    "Maksudnya?" tanya daddy memperjelas."Dokter Brayen baru saja menangani operasi besar, kemungkinan tidak mengaktifkan ponselnya," jawab dokter yang jaga di depan IGD."Syukurlah ...." Bunda ikut lega karena prasangka dari Arvian tidak benar.Sekarang aku yang panik karena ponselku terus bergetar karena pesan dari abang Brayen. Ya Allah, habis aku setelah ini."Arvian cari ayah dulu, Opa," kata Arvian."Iya, cucu eyang yang panikan," balas bunda. Dari masalah ini kami jadi paham jika Arvian selama ini menyimpan luka yang tidak kami sadari. Dia begitu menyanyangi ayahnya-Abang Brayen."Mon kamu mau kemana?" tanya bunda yang melihatku berbalik arah, sebenarnya mau kabur karena pesan yang kukirim pada abang Brayen pasti akan ditagih."Pulang, Bund.""Oh ....""Ayo kita pulang, biarkan Arvian bersama ayahnya," balas daddy."Abang tidak menemui anak nakalnya." Bunda ternyata iseng juga sama daddy. Melihat daddy salah tingkah membuat aku ikut tertawa juga. Lucu ekspresi daddy."Bunda iseng

  • Pesona Istri Dari Desa   Bikin Panik!

    "Maksudmu diantar Brayen?" tanya bunda dengan penuh senyuman. Kenapa bunda bahagia? Daddy juga tidak terlihat marah. Apa aku tidak salah lihat, sementara Arvian balik dan tidak berucap. Aneh kulihat oang-orang."Iya, Bund. Dia maksa mau antar pulang," balasku jujur."Tapi kamu mau," balas daddy menatapku."Dipaksa, Dad." "Bilang saja kamu bahagia diantar oleh si anak nakal itu," sambung daddy. Kenapa aku bahagia mendengar omelan daddy. Anak nakal itu seperti ungkapan kerinduan."Abang gak marah?" tanya bunda heran. Jangankan bunda, aku pun sangat heran."Kita sudah cukup tua untuk sakit hati, biarkan mereka yang menentukan apa yang terbaik bagi mereka." Ha? Apa aku gak salah dengar daddy Reza mengatakan hal tersebut."Wow, menyala abang Reza," sahut bunda. Ada yang menghangat di hatiku, ini tidak mimpi 'kan? semua seperti mendukung kami bersama."Jangan senyum-senyum sendiri, Mon," sambung daddy.Tu kan, semua isi pikiranku hanyalah khayalan semata. Aku tetap sadar diri agar tidak te

  • Pesona Istri Dari Desa   Jujurlah

    Ternyata abang Brayen tidak mau menyerah, dia mengikutiku dari belakang. Tanpa ragu dia bahkan menarik tanganku ke mobilnya. Aku yang ingin melepas diri, kalah dengan tangannya yang begitu kekar. "Biar nanti mobilnya diantar pak sopir saja," katanya enteng."Apa semua wanita begini menyusahkan," katanya lagi. Dia nampak sebal melihat Nugroho mendekatiku. Wajah cemburunya tidak bisa di sembunyikan."Mau kemana?" tanyaku spontan."Aku antar pulang, Daddy sudah menunggumu sejak tadi.""Maksudnya?" apa benar daddy menungguku. Darimana dia tahu. Bisa saja ini hanya akal-akalanya saja agar bisa mendekatiku."Kenapa heran begitu, bukannya kami berdua sama-sama tukang intip," balasnya sambil terkekeh.Dengan santainya dia menyetir, aku dibuat bingung sendiri dengan tingkahnya. Walau entah mengapa ada yang terasa hangat di hatiku. "Singkirkan pikiranmu bisa mencari laki-laki yang lain selain aku," katanya lagi. Kali ini nada bicaranya lebih intens. Ada ketegangan di wajahnya seperti sangat s

DMCA.com Protection Status