Home / Pendekar / Bara Dendam di Perbatasan / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Bara Dendam di Perbatasan: Chapter 121 - Chapter 130

192 Chapters

Bab 121

Keringat dingin mengalir di pelipis Seta saat dua penyusup bercadar tahu-tahu saja sudah mengepungnya. Di tengah sakit yang menggerogoti tubuhnya, ia tahu bahwa satu benturan saja bisa membuat luka-lukanya semakin parah.Parang besar di tangan kedua penyusup itu berkilat tajam dalam temaram cahaya malam, siap mencabut nyawanya kapan saja. Seta hanya bisa bertahan dengan gerakan menghindar yang cepat, setiap kali melompat ke samping atau mundur terasa seperti tusukan baru di dadanya yang masih terluka.“Ayo, prajurit Jenggala!” ejek salah satu penyusup sambil tertawa sinis. “Di sini, tak ada yang akan menyelamatkanmu!”Seta menguatkan diri, menggertakkan giginya sambil terus menjaga jarak dari mereka. Kaki dan tangannya gemetar menahan sakit, tetapi ia tak menyerah. Setiap kali salah satu dari mereka mengayunkan parang, ia berusaha menghindar semampunya, meskipun tubuhnya semakin lemah.Sambil terus menghindar, dari sudut matanya Se
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 122

Pagi baru saja menyingsing di langit Kotaraja ketika Seta dan Prabangkara melompat ke punggung kuda mereka. Di bawah bayang-bayang matahari yang masih malu-malu terbit, mereka segera memacu kuda ke arah selatan, meninggalkan kesunyian yang masih menyelimuti kota.Tujuan mereka jelas: Lembah Rengganis, tempat Ki Baswara diduga berada dalam persembunyian.Sepanjang jalan keluar dari perkampungan kota, Seta mengingat kembali peristiwa malam sebelumnya. Ia masih terbayang-bayang oleh sosok misterius yang datang tepat saat mereka diserang para penyusup. Takdir seolah memberi mereka perlindungan tak terlihat.Namun kali ini ia tak mau terlalu bergantung pada pertolongan yang tak pasti. Kini, hanya ada satu hal dalam benaknya—menemukan Ki Baswara sebelum para musuh dapat mencapainya.Namun begitu mereka tiba di gerbang utama Kotaraja, Seta merasa ada sesuatu yang tak beres. Para prajurit penjaga tampak berkumpul lebih banyak dari biasanya. Mereka berdiri d
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 123

Saat matahari beranjak naik di atas kepala, Seta dan Prabangkara akhirnya tiba di Lembah Rengganis. Udara sejuk yang menyelimuti lembah itu terasa lebih tajam, menusuk hingga ke tulang.Pohon-pohon rimbun dan bukit-bukit kecil di sekelilingnya menciptakan pemandangan yang sunyi, seolah-olah alam sendiri menutupi rahasia yang tersembunyi di balik lembah ini. Namun ketenangan itu segera pecah saat keduanya melihat pemandangan yang tak terduga.Di seluruh lembah, tampak pasukan kerajaan dalam jumlah besar bertebaran. Mereka berseragam lengkap, bersiaga dengan tombak dan pedang terhunus. Puluhan prajurit bergerak mengamati setiap sudut lembah, seolah tengah memburu sesuatu atau seseorang.Seta dan Prabangkara segera menyadari bahwa keberadaan mereka di lembah ini harus sangat berhati-hati. Mereka menuntun kuda mereka ke balik semak-semak rimbun, mengamati dari kejauhan sembari menahan napas agar tidak menarik perhatian.“Banyak sekali pasukan di sini,” bisik Seta dengan suara pelan namun t
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 124

Seta dan Prabangkara bergerak perlahan di balik rimbunnya pepohonan, mencoba menemukan tempat yang lebih aman untuk bersembunyi sekaligus mencari keberadaan Ki Baswara. Mereka harus tetap waspada; salah satu kesalahan kecil saja dapat membuat mereka tertangkap dan berakhir di tangan pasukan yang mengepung Lembah Rengganis.Namun tiba-tiba saja terdengar derap langkah yang semakin dekat. Seta berhenti sejenak dan memberi isyarat pada Prabangkara untuk menahan napas.Namun usaha mereka untuk tidak menarik perhatian ternyata sia-sia. Empat prajurit perintis tampak mendekat dari arah semak-semak, menatap mereka penuh kecurigaan.“Berhenti di situ! Siapa kalian dan apa yang kalian lakukan di sini?” Salah satu prajurit itu berseru dengan nada tegas.Seta mencoba menenangkan diri. Sementara Prabangkara, yang berdiri sedikit di belakangnya, memasang sikap waspada. Keduanya tahu, percakapan ini tidak mungkin berakhir dengan damai.“Kami hanya pengembara yan
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 125

Seta dan Prabangkara terus melangkah menyusuri lorong gua yang semakin sempit. Napas keduanya mulai berat, lelah setelah pelarian panjang dan berliku dari kejaran prajurit. Setiap langkah terasa berat, namun harapan untuk keluar dari gua ini membuat mereka tetap melangkah.Di ujung kegelapan, samar-samar mereka melihat sinar redup dari celah batuan yang berakhir di sebuah ruangan lebih luas. Saat mereka mendekat, sosok tinggi berdiri di hadapan mereka, bayangan yang mereka kira hanyalah bentuk batu besar ternyata adalah seorang pria berusia tua dengan sorot mata tajam, berjubah lusuh, namun gerak-geriknya tetap penuh wibawa.Seta terdiam sejenak, tidak percaya pada penglihatannya. Prabangkara juga membeku, mengenali sosok itu seketika.“Ki Baswara!” seru Prabangkara dengan suara pelan, setengah tak percaya namun juga penuh rasa lega.Sosok itu memang Ki Baswara, menoleh dengan raut muka tenang namun tampak sedikit terkejut. Agaknya lelaki paru
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 126

Di luar gua, Seta, Prabangkara dan Ki Baswara mengatur napas mereka setelah berhasil meloloskan diri dari kejaran prajurit Jenggala. Meski bahaya di dalam sana sudah mereka tinggalkan, ancaman yang jauh lebih besar masih membayangi.Ketiga lelaki berbeda usia itu menyelinap di balik pepohonan, mencari tempat yang cukup aman untuk membicarakan langkah berikutnya. Seta yang penasaran sejak awal perjalanan mengalihkan pandangan kepada Ki Baswara.“Ki, siapa sebenarnya yang merencanakan pengepungan ini? Mengingat sedemikian besarnya pasukan yang dikirim ke sini, aku yakin sekali sosok itu seorang yang sangat berpengaruh di istana. Bahkan mungkin pengaruhnya tak kalah dari Gusti Prabu Sri Girindra sendiri.”Ki Baswara mengangguk pelan. “Kalian berdua mungkin sudah mendengar nama Dyah Srengga. Ia bukan hanya seorang ambisius, tapi juga memiliki pengaruh besar di Panjalu. Dan kini ia mulai menggerakkan orang-orangnya untuk menguasai Jenggala.”
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 127

Sementara itu, di dalam Balairung Agung Istana Jenggala....Keheningan terasa seolah menambah kecemasan yang menyelimuti hati Prabu Girindra. Sang Raja, dengan wajah kerut dan pandangan yang menerawang, duduk di singgasananya, dikelilingi oleh para abdi dalem yang berjaga di sepanjang ruangan.Di hadapan sang raja berdiri Rakryan Tumenggung dengan tubuh tegap dan tatapan penuh keyakinan, tetapi senantiasa tetap waspada. Kesatria yang memiliki pengalaman luas dalam bidang keprajuritan dan peperangan itu baru saja selesai memaparkan laporan terbarunya mengenai keadaan di Panjalu.Prabu Girindra menyimak setiap kata panglima kerajaannya dengan penuh perhatian. Terlihat jelas bahwa ia sangat terganggu oleh kabar pergerakan Dyah Srengga yang kian mengkhawatirkan.“Tumenggung, keadaannya semakin memprihatinkan,” ujar Prabu Girindra, suaranya berat dan tertekan. “Keberanian Dyah Srengga dan orang-orangnya untuk melawan kebijakan Panjalu—terlebih, upaya mereka menentang pengangkatan cucuku seb
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 128

Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, Rakryan Tumenggung melangkah cepat menuju satu tempat. Tujuannya adalah kediaman Dyah Wisesa, seorang bangsawan tinggi yang masih kerabat Prabu Sri Girindra.Di keheningan hari yang masih sangat pagi, detak langkah Rakryan Tumenggung nyaris tidak terdengar. Pikirannya berkecamuk.Kecurigaannya terhadap Dyah Wisesa, bangsawan tinggi Jenggala yang dikenal cerdik namun penuh rahasia, semakin menguat setelah mendengar pergerakan pasukan yang menuju Lembah Rengganis. Dia mencurigai bahwa Dyah Wisesa punya hubungan langsung dengan Dyah Srengga yang berada di Panjalu, serta berperan dalam rencana busuk yang mengancam Jenggala.Setibanya di pintu besar kediaman Dyah Wisesa, Rakryan Tumenggung memberi isyarat pada penjaga agar tidak memberitahu junjungan mereka. Ia ingin datang dengan tiba-tiba, berharap bisa menangkap tanda atau gerak-gerik mencurigakan dari lawan bicaranya.“Dyah Wisesa,” Rakryan Tumenggung menyapa sambil memasuki ruang tamu, tanpa men
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 129

Hingga panasnya siang membakar hari, Dyah Wisesa masih berjalan mondar-mandir di dalam ruangannya dengan sorot mata yang penuh kemarahan. Kedatangan Rakryan Tumenggung dan ancaman yang diucapkan panglima kerajaan itu sungguh telah mengganggunya.Dyah Wisesa baru saja memerintahkan salah seorang perwira kepercayaannya, Arya Jatikusuma, untuk datang menghadap. Tanpa menunggu lama, terdengar suara langkah mendekat di lorong, dan sesosok tinggi tegap memasuki ruangan setelah memberi hormat singkat.“Paduka Dyah Wisesa,” Arya Jatikusuma menunduk hormat, lalu menatap atasannya dengan penuh tanya. “Adakah tugas yang hendak paduka perintahkan?”Dyah Wisesa berhenti sejenak, menatapnya dengan tajam.“Jatikusuma, apa kabar terakhir mengenai pergerakan pasukan di Lembah Rengganis? Aku ingin mendengar laporan lengkap tanpa ada yang ditutup-tutupi,” tanyanya kemudian.Arya Jatikusuma tampak ragu sejenak, tetapi ia menghela na
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

130

Malam di istana Jenggala terasa sunyi. Hanya suara angin lembut yang berdesir di antara pepohonan di halaman istana.Di dalam peraduan istana, Prabu Sri Girindra duduk bersama permaisuri. Raut wajahnya yang biasa tampak tenang, kini tampak dihiasi kerutan kekhawatiran. Ia menatap ke luar jendela, pandangannya menerawang jauh.“Kakang Prabu, engkau tampak begitu cemas malam ini,” ujar permaisuri lembut, sambil menyentuh bahu suaminya.Prabu Sri Girindra menghela napas panjang sebelum menanggapi. “Aku tak bisa tenang, Isteriku. Semakin hari malah semakin khawatir saja.""Memikirkan anak kita, Sasi Kirana, di Panjalu?" tanya permaisuri lagi.Prabu Sri Girindra mengangguk dan berkata, "Anak dan cucu kita di sana menghadapi ancaman yang kian nyata dari Dyah Srengga dan komplotannya. Aku khawatir keselamatan mereka akan terancam. Kita sudah mengetahui sifat Dyah Srengga yang keji. Jika ia merasa terhalang oleh keberadaan cucu kita yang
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status