Home / Romansa / Suamiku Bukan Petani Teh Biasa / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Suamiku Bukan Petani Teh Biasa: Chapter 81 - Chapter 90

110 Chapters

81. Amukan Bu Shinta.

Bu Jujuk yang sebelumnya disembunyikan Mbok Sum di kamar, masuk ke dalam ruangan dengan kepala tegak. Tidak ada sedikitpun ketakutan di dirinya sekarang. Ia sudah siap menerima konsekuensi atas segala perbuatannya di masa lalu. Tangan mencencang bahu memikul. Berani berbuat, ia juga harus berani bertanggung jawab."Apa-apaan ini, Suster? Bukannya tadi pagi kita sudah sepakat untuk mengubur masalah ini dalam-dalam? Suster siap masuk penjara?" Bu Ningsih histeris. Ia tahu kesempatannya untuk lolos hampir tidak mungkin lagi. Saksi hidupnya ada di depan mata. "Masih berani bilang fitnah, Bu Ningsih? Ini ada orangnya. Silakan duduk Bu Jujuk. Lanjutkan sisa ceritanya." Bagas tersenyum puas. Manusia licik nan telengas seperti Bu Ningsih ini memang harus dikuliti sampai ke akar-akarnya. Bu Jujuk dengan mantap duduk di sebelah Bu Ningsih. Bu Jujuk juga dengan berani menatap kedua mata Bu Ningsih yang memandangnya gusar. Masih tersisa satu tempat duduk lagi. Bu Jujuk sudah tahu, siapa yang nan
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

82. Kekalahan Para Pecundang.

"Sudah, Shinta. Sudah!" Pak Hardi menarik Bu Shinta yang terus berupaya menghajar Ningsih. Pak Hardi sangat memahami perasaan istrinya. Jikalau menuruti maksud hati, ia bukan hanya ingin menghajar Ningsih. Tetapi juga Sesil yang terus merudung Lara tanpa jeda. Hatinya sama sakitnya dengan sang istri. Karena ia membiarkan darah dagingnya disakiti di depan matanya sendiri. Hanya kesadaran bahwa negara ini mempunyai hukumlah, yang membuat Pak Hardi menahan diri. Semua ada prosedurnya."Jangan menahanku, Mas. Ningsih ini kejamnya melebihi iblis. Tidak cukup dengan menukar anak kita, ia juga terus menyakiti Lara. Ningsih ini setan berwujud manusia, Mas. Setan jahanam!" Bu Shinta masih saya berusaha menjangkau Bu Ningsih. Bu Shinta belum bisa meredam amarahnya. "Sabar, Shinta. Ingat, ini negara hukum. Kita serahkan saja Bu Ningsih pada pihak yang berwajib." Pak Hardi membujuk sang istri. "Betul, Bu. Orang yang bersalah harus dihukum. Kalau Sesil 'kan tidak bersalah. Sesil tidak tahu apa-a
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

83. Aku Bukan Sesil.

"Ibu akan membuat nama dan akta lahir baru untukmu, Ra. Harus ada nama Hadinata dan juga nama ayahmu pada akta lahir barumu nanti. Astaga Ibu masih tidak percaya kalau Ningsih sejahat itu." Bu Shinta kembali merangkul Lara yang masih duduk diam di kursinya. Pak Yono dan Sesil telah pergi. Mereka dijemput oleh salah seorang kerabat Pak Yono. Pak Yono juga akan tidak tinggal bersama mereka lagi di Jakarta. Pak Yono memutuskan untuk pindah rumah. Artinya mulai hari ini tidak ada hubungan apapun lagi antara Pak Yono dan keluarga Hadinata. Persahabatan mereka sedari muda, putus sudah. "Ayah juga akan mempersiapkan acara besar-besaran untuk memperkenalkanmu ke publik. Shinta, jangan lupa buang baju-baju lama Lara. Berikan gaun-gaun bagus dan barang-barang seperti yang Sesil kenakan. Lara adalah putri kandung kita. Kita akan memberikan semua yang seharusnya menjadi haknya sejak lama." Pak Hardi ikut memberi saran. Kepalanya penuh dengan rencana-rencana untuk mengupgrade putrinya. Pewaris t
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

84. Diriku Yang Baru.

"Bapak minta maaf atas sikap Sesil tadi. Bapak pastikan, Sesil akan menerima hukuman setiap kali ia melakukan kesalahan. Sebelum Bapak menutup telepon, ada yang Bapak ingin sampaikan padamu. Dengarlah Lara, balas dendam itu seperti monster haus darah yang selamanya tidak pernah kenyang. Di mana pada akhirnya kamu akan binasa karena nafsu yang tidak berkesudahan. Bapak mengatakan ini bukan karena Sesil itu anak Bapak. Melainkan demi kebaikanmu sendiri. Seperti nasehat yang dulu selalu Bapak katakan padamu dulu. Memaafkan orang yang melukai hatimu adalah kebaikanmu untuknya. Tapi meneruskan hidupmu tanpa mendendam kepadanya adalah kebaikanmu untuk dirimu sendiri. Mengerti, Lara?""Mengerti, Pak," jawab Lara tersendat. Percakapan intim seperti inilah yang sebenarnya ingin ia dapatkan dari kedua orang tuanya. Bukan hanya perkara nama baik dan harta benda."Bagus. Ini adalah terakhir kalinya Bapak menerima panggilan teleponmu. Setelah ini Bapak tidak akan mengangkatnya lagi. Mulailah bangu
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

85. Manisnya Cinta.

Lara mengitari rumah cantik nan asri di hadapannya. Bersama Bagas Lara mengunjungi rumah ayahnya yang baru saja selesai direnovasi. Rumah milik penduduk setempat ini dibeli ayahnya dulu untuk ditempati Sesil. Kini ayahnya menyerahkan rumah itu padanya.Rumah model joglo yang pada dasarnya sudah bagus ini disulap menjadi lebih modern. Lara menyukai terasnya yang luas. Benak Lara sudah membayangkan kalau teras ini nantinya akan menjadi tempat favoritnya. Untuk sekedar menikmati udara segar ataupun bercengkrama bersama keluarga besar. "Kamu suka dengan rumah ini, Ra?" Bagas merangkul bahu Lara mesra. Sejak ia menyatakan perasaannya pada Lara, Bagas tidak segan-segan lagi menunjukkan rasa cintanya pada Lara."Suka, Mas. Kesannya asri sekali. Saya menyukai segala sesuatu yang berkesan alami." Lara membiarkan tindakan Bagas. Ia belajar untuk menikmati kebersamaan mereka berdua."Kalau begitu, Mas akan membeli rumah ini dari ayahmu sebagai hadiah pernikahan kita. Bagaimana, Ra?" Bagas sekar
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

86. Dendam Membara.

"Syukurlah. Saya senang mendengarnya. Mas sudah lebih dulu sadar diri. Jadi saya tidak perlu mengatakan apa-apa lagi," sindir Lara santai. "Mas tidak tahu apa yang terjadi di diri Mas ini. Karena untuk pertama kalinya Mas malah senang disindir-sindir begini. Mungkin ini adalah efek samping dari jatuh cinta pada istri sendiri." Bagas terkekeh. Jikalau biasanya ia akan emosi kalau egonya disentil-sentil, kali ini berbeda. Hatinya malah berbunga-bunga karena merasa Lara memperhatikan dirinya hingga mendetail. "Gombal. Istri apaan? Ingat, saya bukan istri Mas yang sesungguhnya. Pernikahan kita belum sah." Lara mencebikkan bibirnya. "Ehm, kalau begitu segera kita sahkan dong dengan menikah ulang," Bagas mulai menebar umpan. Kedua tangan Lara di dadanya ia rangkum makin erat. Harapannya membumbung tinggi. Semoga saja Lara luruh setelah melihat kesungguhannya ini. "Perasaan kemarin ada yang bilang akan sabar menunggu sampai punah marahku." Lara kembali menyindir Bagas. Ia ingin melihat s
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

87. Indahnya Cinta.

Lara memandangi mobil-mobil pengangkut teh yang berlalu lalang silih berganti. Beginilah aktivitas perkebunan setiap akhir pekan. Para pekerja akan mendistribusikan teh yang sudah dipetik ke pabrik-pabrik teh. Di pabrik nantinya akan dilakukan proses pelayuan, penggilingan, oksidasi, pengeringan hingga pengemasan. "Mbak Lara nggak panas apa berdiri di sini? Pindah ke dalam saja, Mbak." Mbok Sum muncul seraya membawa minuman dingin di sebuah teko besar. Di belakangnya Tinah juga membawa teko besar yang sama. Teko-teko besar itu berisi teh manis dingin yang diperuntukkan bagi para pekerja. Teko-teko besar itu selanjutnya diletakkan di sebuah meja segiempat. Ada empat buah kursi panjang yang terbuat dari kayu mengelilingi meja. Selain kursi panjang ada juga kursi plastik yang disusun tinggi di sudut teras. Teras ini memang biasa digunakan para bekerja untuk beristirahat sejenak. "Nggak apa-apa, Mbok. Matahari pagi itu baik kok untuk kesehatan." Lara memberi alasan. Ia memang suka meng
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

88. Bukti Baru.

"Malu, Mas." Lara mendelik. Istimewa Pak Zulkifli, Aris dan beberapa pekerja lainnya menghampiri. Mereka pasti haus dan ingin beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pekerjaan. "Waduh, dunia milik berdua ini sepertinya," goda Aris sambil menghempaskan pinggulnya ke kursi panjang."Nanti kamu juga mengalaminya kok, Ris. Sekarang biarkan Mas Bagas menikmati kebahagiaannya." Alih-alih Bagas, Pak Zulkifli lah yang menimpali godaan Aris."Tuh, Pak Zulkifli saja mengerti karena pernah muda." Bagas menanggapi godaan Aris santai."Pak Mahdi, sini. Istirahat dulu." Bagas meneriaki Pak Mahdi yang masih sibuk mengangkati karung-karung teh ke mobil. Sementara para pekerja lainnya sudah beristirahat dan menikmati berbagai penganan."Iya, sebentar, Mas Bagas. Tanggung ini. Biar mobilnya jalan dulu." Pak Mahdi balas berteriak."Seharusnya Pak Mahdi tidak perlu lagi mengangkat-angkut teh begini, Mas. Kasihan, beliau sudah tua." Lara tidak tega melihat Pak Mahdi memikul karung yang berisi teh ke ata
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

89. Nikah Ulang.

"Ayah sudah tahu sejak awal kalau Priya itu bukan anak kandung Om Bastian. Om Bastian dan Tante Prima dulu lama sekali tidak punya anak. Makanya opamu menyarankan agar Om Bastian memungut anak sebagai pancingan." Pak Hardi menjelaskan perihal status Priya pada Lara melalui sambungan telepon."Hah? Memancing anak? Memangnya ikan?" Bagas mengomel. Ia memang sengaja meminta Lara menghidupkan speaker, agar ia bisa ikut mendengarkan pembicaran Lara dan Pak Hardi. "Akhirnya Om Bastian mengadopsi Priya dari sebuah panti asuhan terdekat. Tak disangka tak dinyana, usulan opamu menjadi kenyataan. Setahun mengadopsi Priya, Tante Prima hamil anak kembar. Priska dan Prisilla lah orangnya." "Berarti Mas Priya memang tidak bohong." Lara sekarang yakin dengan berita yang dikatakan oleh Priya. "Tidak. Apa yang dikatakan oleh Priya memang benar adanya. Eh, tapi mengapa kamu tiba-tiba tertarik mengetahui soal jati diri Priya, Ra? Seingat Ayah dulu kalian jarang mengobrol.""Karena Lara itu sebenarnya
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

90. Penghianat!

"Ada apa ini, Mas Bagas? Ris?" Kebingungan Lara menghampiri Bagas. Namun salah seorang petugas, menghalanginya."Jangan ke sini, Ra. Tidak ada apa-apa. Ini cuma kesalahpahaman belaka. Mas akan ke kantor polisi sebentar untuk menjelaskan semuanya. Kamu masuk ke dalam saja. Biarkan Aris dan Pak Zulkifli yang bekerja." Bagas berupaya menenangkan Lara. "Nah, itu ada Mbok Sum. Mbok, tolong bawa Lara beristirahat. Saya akan pergi sebentar." Melihat Mbok Sum berlari keluar dari dalam rumah menuju teras, Bagas meminta bantuannya. Mbok Sum adalah orang yang paling tepat untuk menenangkan Lara."Ayo, Mbak. Kita masuk saja. Biarkan Aris dan Pak Zul yang mengurus semuanya." Mbok Sum menarik pergelangan tangan Lara. Sesungguhnya ia sendiri juga kaget melihat Bagas diborgol. Namun ia bisa menyembunyikan kepanikkannya dengan baik. "Tapi Mas Bagas diborgol lho, Mbok. Kita harus menolongnya." Lara menepis tangan Mbok Sum. Ia mengikuti Bagas yang dikawal petugas masuk ke dalam mobil."Mas... Mas..."
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status