Home / Romansa / Suamiku Bukan Petani Teh Biasa / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Suamiku Bukan Petani Teh Biasa: Chapter 91 - Chapter 100

110 Chapters

91. Curiga.

"Apa maksud ucapanmu, Mahdi? Mengapa kamu menuduh Aris?" Pak Jaya menghampiri Pak Mahdi."Maksud mungkin Aris yang menghianati Bagas. Aku tidak sembarangan menuduh, Yak. Ini, aku memvideokan mereka di ponsel." Pak Mahdi merogoh saku. Mengeluarkan ponsel dan memberikannya kepada Pak Jaya."Aku sengaja merekam mereka saat aku kebetulan melihat mereka berdua melintas di jalan. Bagas ada di dalam mobil Agni," adu Pak Mahdi lagi. Pak Jaya tidak menjawab. Pandangannya fokus pada video Aris dan Agni."Aku sebenarnya tidak berniat merekam video ini. Tapi aku kemudian berpikir ulang. Aku ini sudah dinilai buruk olehmu. Karenanya kebersamaan yang tidak lazim antara Aris dan Agni membuatku punya dugaan lain. Aku takut dijadikan kambing hitam jikalau terjadi hal-hal buruk pada Bagas nanti. Ternyata dugaanku benar. Aris mau menumbalkanku." "Itu 'kan perasaan Bapak saja. Saya tidak menuduh Bapak bukan?" Aris menanggapi tuduhan Pak Mahdi dengan santai. Aris yakin sesungguhnya Pak Mahdi lah si peng
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

92. Terungkap!

"Saya mempunyai misi tersendiri mendekati Agni. Saya tidak bisa mengatakannya di sini soal misi saya itu. Tapi saya janji, saya akan menceritakan semuanya pada Mbak Lara setelah saya dan Pak Jaya selesai membahas masalah penghinatan ini. Sabar ya, Mbak?" Aris meminta pengertian Lara. Lara mengangguk. Hati kecilnya mengatakan bahwa Aris tidak jahat. Aris pasti mempunyai tujuan seperti yang tadi ia katakan."Pak Mahdi, Bapak tau 'kan saya yang membujuk Mas Bagas untuk menerima Bapak kembali? Itu artinya jikalau Bapak melakukan kesalahan, secara tidak langsung sayalah penyebabnya. Saya ingin Pak Mahdi berbicara jujur. Apa benar Pak Mahdi yang menjebak, Mas Bagas?" Lara sekarang mensejajari langkah Pak Mahdi.Pak Mahdi diam seribu basa. Ia tidak membantah namun juga tidak membenarkan. Kedua mata Pak Mahdi berkedip-kedip gugup. Lara sekarang yakin, memang Pak Mahdilah yang berkhianat. Bukan Aris. Karena jikalau Aris terlibat, tidak mungkin Aris sesantai itu menanggapi tuduhan Pak Mahdi."S
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

93. Kegembiraan Sesaat Agni.

Agni baru mulai sarapan ketika mendengar ponselnya berbunyi. Senyum Agni mengembang saat memindai nama sipemanggil di layar ponsel. Marni, salah seorang buruh pemetik teh di kebun teh Bagas yang meneleponnya. Marni pasti akan mengabarkan tentang aksi Pak Mahdi di pagi hari ini. Marni sudah sebulanan ini menjadi kaki tangannya. Hasrat Marni yang ingin mempunyai ponsel canggih berlogo apel, membuat gadis remaja ini bersedia melakukan apapun untuknya. Termasuk memvideokan kebersamaannya dengan Bagas kemarin dulu. Kemiskinan dekat sekali dengan kebodohan bukan?"Ya, Ni. Bagaimana eksekusi Pak Mahdi ? Berhasil atau gagal?" Agni bertanya langsung pada pokok permasalahannya."Sukses, Mbak. Mas Bagas sekarang sudah dibawa ke kantor polisi.""Bagus! Terus bagaimana reaksi istri abal-abalnya itu?""Mbak Lara histeris. Saya merekam semua kejadian barusan secara diam-diam. Saya kirim videonya pada Mbak Agni ya?""Iya... iya... kirim sekarang, Ni," seru Agni semangat. Ia sudah tidak sabar ingin m
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

94. Siapa Menabur Angin, Akan Menuai Badai.

"Agni meminta Pak Mahdi menukar karung teh di perkebunan Bagas dengan karung yang berisi daun ganja, Yah?" Agni langsung mengaku. Ia tahu kalau dirinya tidak punya waktu lagi untuk mencari alasan. "Kamu sudah gila, Nak! Kamu pikir polisi itu bodoh bisa kamu kelabuhi begitu mudahnya?" Gantian sekarang Pak Sasongko yang panik."Lantas dari mana kamu bisa mendapatkan ganja-ganja itu?""Da--dari gudang teh kita, Yah. Agni sudah lama tahu kalau Ayah menyuplai ganja pada beberapa orang secara rutin," aku Agni takut-takut."Apa? Kamu mengambilnya dari gudang? Kamu telah mengantarkan Ayah menuju tiang gantungan, Agni. Apakah kamu sadar akan perbuatan bodohmu ini?!" Pak Sasongko memegang dadanya. Dadanya sesak membayangkan akibat dari perbuatan sang putri."Polisi sekarang bukan hanya akan menangkapmu, Ni. Tapi memburu Ayah juga. Kenapa kamu sampai senekad ini hah?" amuk Pak Sasongko kalut. Bayangan akan menghabiskan sisa hidupnya di penjara menggentarkannya. Pak Sasongko menjatuhkan tubuhnya
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

95. Kegelisahan Lara.

Lara berjalan hilir mudik di teras rumah. Sudah tiga jam mertuanya dan Pak Zainal menyusul Bagas ke kantor polisi. Namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda bahwa mereka berhasil membawa Bagas pulang."Mbak Lara apa nggak capek mondar-mandir begitu? Istirahat di dalam saja, yuk?" Mbok Sum membujuk Lara agar masuk ke dalam rumah. Ia khawatir melihat Lara yang terus berjalan ke sana kemari karena gelisah. Lara sedang hamil muda. Tidak baik baik baginya terlalu lelah apalagi sampai stress. "Saya akan menunggu sebentar lagi, Mbok. Siapa tahu sebentar lagi mereka akan pulang. Nah, itu ada mobil datang." Lara menunjuk bayangan mobil dari kejauhan."Ah, Aris rupanya." Bahu Lara mencelos setelah mobil mendekat. Orang yang datang bukan yang ia harapkan. Mobil yang ia kira membawa Bagas, rupanya dikemudikan oleh Aris. "Iya. Aris mengecek mobil-mobil pick up yang membawa teh, Mbak. Aris takut kalau karung-karung teh lainnya, disusupi barang aneh-aneh lagi. Pak Jaya yang meminta Aris mengecek
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

96. Mimpi Yang Sempurna.

"Nih, Ris. Pak Jaya mau bicara." Lara mengembalikan ponsel pada Aris. Ia juga langsung ngacir ke kamar karena malu. Walau air muka Aris biasa-biasa saja, siapa tahu dalam hati Aris menertawai tingkah noraknya.Bikin malu kamu, Ra. Kayak anak abege yang baru pertama kali pacaran saja." Lara merutuki dirinya sendiri. Tapi ia lega sekarang setelah berbicara dengan Bagas. "Astaghfirullahaladzim." Lara terperanjat saat ponsel di sakunya tiba-tiba bergetar. Pasti Bagas yang meneleponnya."Ya, Mas. Mas sudah boleh pulang ya?" Lara mengangkat telepon dengan gembira."Ini Ayah, Ra. Ayah meneleponmu setelah melihat berita televisi."Lara menepuk keningnya. Ayahnya rupanya. Terlalu mengkhawatirkan Bagas membuatnya kehilangan fokus."Iya, Yah. Agni memfitnah Mas Bagas melalui Pak Mahdi.""Si Mahdi ini dari dulu memang biang masalah.""Padahal Lara yang kemarin dulu meminta Mas Bagas menerima Pak Mahdi bekerja kembali karena kasihan. Makanya Lara jadi tidak enak pada Mas Bagas." Lara juga menyesa
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

97. Nikah Ulang.

Ketika kata sah menggema, Lara dan Bagas mengucap alhamdullilah penuh rasa haru. Akhirnya mereka sekarang sah sebagai suami istri. Pernikahan mereka kali ini diramaikan oleh para kerabat dari kedua belah pihak. Khusus kerabat dari keluarga ada, selain kedua orang tuanya hadir juga sepupu-sepupunya. Mereka adalah Priya, Priska dan Prisilla minus Om Bastian dan Tante Prima. Om Bastian ada di penjara sementara Tante Prima dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Sepupu-sepupu yang baru diketahuinya ini sekarang duduk di belakangnya dengan air muka berbeda-beda.Satu hal yang tidak diduga oleh Lara adalah ternyata kedua orang tuanya mengabulkan permintaannya. Yaitu menghadirkan Pak Yono dalam pernikahannya ini. Menggunakan kruk, Pak Yono hadir dan duduk di sudut ruangan bersama kerabatnya yang Lara ingat bernama Pak Amat.Acara selanjutnya adalah penyerahan mahar, penandatanganan buku nikah, yang kemudian diserahkan oleh penghulu kepada kedua mempelai. Lara menghadap kedua orang tuanya dan melakukan
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more

98. Nama Lain Dari Cinta.

"Oke, senyum semuanya. Pamerkan gigi putihnya kalian untuk sesi photo terakhir ini." Seruan sang photographer memutus obrolan Lara dengan Bagas. Mereka tersenyum manis sekali lagi sebelum semua yang ikut berphoto membubarkan diri."Baik. Mas percaya padamu. Tapi tolong jaga jarak. Jangan membuat Mas makan hati di hari pertama menjadi suami sahmu." Bagas memperingatkan Lara jujur. Ia sudah belajar banyak selama ini. Bahwa berpura-pura tidak suka padahal cinta setengah mati hanya akan menyiksanya sendiri. Lebih baik ia jujur saja mengutarakan isi hati. "Baik, Mas. Tenang saja. Saya akan menjaga kepercayaan Mas." Lara menepuk lengan Bagas sekilas sebelum menghampiri Priya. "Mas, bisa kita bicara berdua?" Lara menahan langkah Priya. "Untuk apa lagi, Ra? Kamu ingin memamerkan kebahagianmu padaku?" desah Priya lirih. Bukan hal mudah baginya menghadiri pernikahan Lara ini. Hanya karena nasehat Om Hardi lah ia memaksakan diri menghadirinya bersama kedua adik kembarnya. Om Hardi mengatakan
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more

99. Karma.

Sore mulai menjelang. Sisa-sisa perhelatan telah dirapikan. Lara dan Bagas juga telah berganti pakaian biasa. Mereka berdua memang sepakat untuk melakukan pernikahan ulang ini secara sederhana. Yang penting ijab kabul dan sah saja. Lara menghampiri Pak Yono yang duduk di teras rumah. Pak Yono akan kembali ke Jakarta sore ini juga."Aku memanaskan mesin mobil dulu ya, No?" Lara mendengar Pak Amat berbicara dengan Pak Yono."Iya, Mat. Aku menunggu di sini saja ya? Panaskan mobilmu sekitar sepuluh hingga lima belas menit, agar oli mobil dapat tersirkulasi dengan baik ke seluruh bagian mesin mobil. Kamu itu selalu malas memanaskan mobil. Makanya mobilmu ini sering mogok. Padahal mobil ini adalah kakimu dalam mencari nafkah," kecam Pak Yono. Lara tersenyum kecil. Pak Yono ini menjadi supir selama lebih dari dua puluh dua tahun. Makanya pengalamannya banyak sekali soal mobil."Iya... iya... sekarang aku sudah tidak malas lagi mengikuti saranmu. Aku kapok terus mendorong-dorong mobil mogok.
last updateLast Updated : 2023-06-15
Read more

100. Permintaan Tidak Wajar.

"Baiklah, Om tahu keadaan yang kacau balau di Jakarta sana. Tapi mau bagaimana lagi, kita sudah mengupayakan yang terbaik untuk ayahmu. Lima tahun penjara itu jauh lebih ringan dari tuntutan jaksa sepuluh tahun. Lusa, Om juga akan pulang. Kamu urus dulu ayahmu ya, Pri?" Pak Hardi menepuk bahu Priya. Priya menangguk setuju.Ketika Priya ingin berpamitan pada Lara, ia merasa tidak nyaman. Apalagi Bagas tiba-tiba menghampiri dan berdiri di samping Lara. Priya tersenyum sumir. Ia sadar. Sebenarnya pada saat ia menghampiri om dan tantenya ini tadi, Bagas sudah mengintai. Walaupun sedang berbicara dengan Aris, pandangan Bagas terus terarah padanya. Makanya ketika ia berhadapan dengan Lara, Bagas bisa langsung menghampiri. "Mas--aku pulang ya, Ra, Gas?" Priya dengan cepat meralat ucapannya. Ia merasa tidak pantas lagi menyebut dirinya Mas pada Lara. Demi kesopanan, demi kekeluargaan dan demi harga dirinya sendiri, Priya kini mencoba bersikap kesatria. "Iya, Mas. Terima kasih sudah bersedia
last updateLast Updated : 2023-06-15
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status