Home / Pernikahan / Rahasia Anak Kembar Sang CEO / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Rahasia Anak Kembar Sang CEO : Chapter 51 - Chapter 60

115 Chapters

Bab 51. Memisahkan Dua Keluarga

"Ayah?" Pandu tercengang mendengar Alana memanggil ayah kepada Tama. "Apa dia ayahmu?" tanya Pandu kepada Alana.Alana menengadah menatap Tama. "Paman baik bukan ayahku, tapi dia sangat baik seperti ayahku sendiri," jawab Alana sambil tersenyum, "ayo, Ayah!"'Kenapa dia mau memanggil Tama Ayah, tapi dia tidak mau memanggilku Ayah walau sudah diminta,' gumam Pandu dalam hati, 'sikap Tama memang selalu tenang, mungkin itu yang membuat Alana lebih nyaman padanya daripada denganku.'Tama mengangguk sambil tersenyum kepada Alana. Lalu, menatap Pandu. "Saya antar Alana pulang dulu, Bos."Alana tersenyum sambil melambaikan tangannya kepada Pandu. Hari itu, hati Pandu diliputi kebahagiaan karena bisa bersama Alana. Tetapi tidak setelah Alana pulang. Dia kembali dengan pemikirannya yang rumit.Setelah bertemu dengan Alana, Pandu semakin bersemangat. Ia ingin segera terlepas dari Sonya. Setelah itu akan memikirkan bagaimana caranya bisa bersama dengan Amanda lagi.Setelah mengantar Alana, Pandu
Read more

Bab 52. Nasihat Tama

Nani mematung mendengar ucapan Pak Jo. Ia berpikir apa ini waktu yang tepat untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada tuannya? 'Ya Tuhan, bagaimana ini? Saya tidak seberani itu menghadapi Tuan yang sedang marah. Tuan Tama dan Tuan Pandu memang orang baik. Saya percaya itu, tapi tatapannya jika sedang marah sangat mengintimidasi.' Nani sudah tidak bersemangat lagi untuk bertemu dengan Pandu dan Tama. Ia tidak berani menghadapi kedua lelaki yang sedang marah itu. Walau sang tuan tidak pernah menyakiti dirinya, tapi Nani begitu takut kepada sang majikan. "Nani, apa yang terjadi? Kenapa kamu diam saja?" Pak Jo menepuk bahu pelayan itu. "Kamu baik-baik saja kan?" Pak Jo khawatir kalau Nani sedang sakit karena kelelahan. Sebelumnya wanita itu bekerja dengan sangat semangat, bahkan Nani membantu mengerjakan pekerjaan yang bukan bagiannya. Nani terperanjat saat Pak Jo menepuknya. "I-iya, Pak Jo, saya baik-baik saja." Nani menunduk hormat. "Maafkan saya." "Ya sudah cepat temui Tuan!" per
Read more

Bab 53. Jomlo Expired

"Saya ini hanya manusia biasa yang tidak mungkin tidak mempunyai kesalahan," jawab Tama, "yang harus Anda percaya adalah kata hati Anda sendiri, Bos. Ikuti kata hati saja karena hanya hati kita yang tidak akan membohongi diri sendiri."Bukan hanya terikat janji dengan Amanda yang membuat Tama bungkam bertahun-tahun, tapi ia juga harus memikirkan keselamatan Amanda dan anak-anaknya. "Kamu salah, Tam," sahut Pandu, "aku telah membohongi diri sendiri. Waktu itu aku mengusir Amanda karena aku membencinya yang telah berkhianat, tapi hatiku tidak pernah membencinya apalagi melupakan cintaku padanya. Sampai detik ini pun, Amanda masih ada di hatiku, tidak ada yang bisa menggantikannya, tapi ....""Tapi apa, Bos?"Pandu mengembuskan napasnya perlahan, "tapi hatiku sakit jika teringat foto Amanda dengan laki-laki itu." Selama bertahun-tahun Pandu memendam rasa cinta dan sakit hatinya terhadap Amanda. Cintanya kepada Amanda sangat besar, tapi ia tidak bisa untuk tidak memercayai ibunya."Itul
Read more

Bab 54. Ketahuan

Saat Tama ingin menjawab pertanyaan Baron, pintu rumah terbuka. Amanda muncul dari balik pintu. "Apa ada masalah?Kenapa datang malam-malam? " Amanda membuka pintu lebar-lebar supaya Tama masuk ke dalam rumah. Tama menoleh pada Amanda, lalu berkata, "Ya, memang ada yang ingin saya bicarakan denganmu, tapi besok saja, lebih baik sekarang kamu tidur lagi. Lagi pula ini tidak terlalu penting." "Aku belum tidur," jawab Amanda, "ayo, masuk dulu! Aku akan membuatkan kopi untukmu." Amanda yakin ada kabar penting yang ingin Tama sampaikan padanya. Ia sudah tahu kebiasaan lelaki itu yang tidak ingin menunda-nunda jika sedang ada masalah. "Tidak perlu, kamu tidur saja," kata Tama, "maaf, sudah mengganggumu." Baginya ini sangat penting, tapi tidak untuk Amanda. Tama juga ragu mengatakannya karena khawatir Amanda mengira kalau dirinya lebih berpihak kepada sang bos. Tapi, ia tidak tega melihat bosnya dan Alana yang terlihat sudah saling menyayangi. Baron tidak berkomentar apa pun. Ia hanya me
Read more

Bab 55. Rencana Vena

Tanpa membuang-buang waktu, Sonya langsung menelpon calon mertuanya untuk melaporkan kejadian yang baru saja ia lihat. Namun, berkali-kali ia menelpon tidak ada jawaban juga. Kemudian ia menelpon ke rumah orang tua Pandu."Bi, ini aku, Sonya," kata wanita yang selalu berpakaian terbuka itu dengan ramah. Tepatnya berpura-pura ramah. "Apa Nyonya Vena ada di rumah?""Ada, Non," sahut pelayan dari balik telepon."Bisa aku bicara dengannya?" Lagi-lagi Sonya berpura-pura ramah. "Ada hal penting yang ingin aku sampaikan. Sejak tadi aku menelponnya, tapi ponselnya tidak aktif.""Baik, Nona, tunggu sebentar ya."Seorang pelayan mendatangi Vena di sofa. Wanita itu mengatakan kepada majikannya jika ada telepon untuknya."Siapa yang menelpon?" tanya Vena dengan ketus. "Nona Sonya, Nyonya." Pelayan itu berdiri di hadapan Vena sambil menunduk dengan tangan terulur memberikan telepon pada majikannya.Vena langsung menerima panggilan telepon dari calon menantunya. "Hai, Sonya," sapa Vena, hanya dala
Read more

Bab 56. Dendam Sonya

'Jika itu terjadi, kalian akan menyesal seumur hidup. Penerus kalian akan mati ditangan neneknya sendiri. Bukan hanya Pandu yang aku dapatkan, tapi semua yang kamu miliki, Nyonya Vena,' ucap Sonya dalam hati, 'aku sudah tidak sabar ingin melihat kehancuran keluarga Bagaskara.'Selama bertahun-tahun ia memendam dendam pada keluarga Bagaskara. Kedatangan Sonya di keluarga itu bukan tanpa disengaja, ia sudah merencanakan semuanya dari beberapa tahun lalu.Sonya menggenggam tangan Nyonya Vena sambil tersenyum. "Terima kasih atas dukungannya, Tante. Aku akan menjadi menantu paling bahagia jika aku benar-benar sudah menjadi menantu Tante.""Kamu itu calon menantu idaman, Sayang." Nyonya Vena meraba wajah wanita licik itu. "Terima kasih ya untuk hari ini."Nyonya Vena semakin menyayangi Sonya. Tidak hanya cantik, tapi wanita muda itu adalah pewaris keluarga konglomerat ternama di kota itu. Itulah satu-satunya alasan kenapa dia sampai tega memfitnah menantunya yang miskin."Sama-sama, Tante.
Read more

Bab 57. Bertemu Mantan Istri

Senyumnya mulai mengembang, ketika dia benar-benar tidak salah orang. "Tidak kusangka aku akan bertemu denganmu lagi, Amanda," gumam Pandu tampak antusias. Seolah lupa dengan tujuan awalnya, Pandu mulai menepikan mobilnya. Lelaki itu turun dari mobil, dan berniat untuk menghampiri mantan istrinya itu. Ia lupa kalau dirinya sedang mengejar waktu. "Amanda!" panggil Pandu berteriak. Dia bahkan tidak segan berlari untuk bisa segera mendekat pada wanita yang sangat ia rindukan itu. Cintanya sejak dulu tidak pernah berubah, tapi sekarang dia lebih bersemangat untuk mendapatkan kembali cinta mantan istrinya. Tidak seperti dulu yang pasrah dengan keadaan. Wanita yang dipanggil itu menoleh, melihat siapa yang datang membuat wajahnya mendadak menjadi cemas. Dia menatap ke sekitarnya dengan gugup, sebelum kembali menatap Pandu dengan senyum meringis. 'Bagaimana ini? Aku tidak bisa bersembunyi. Tidak mungkin juga aku lari, dia akan semakin mengejarku,' ucap Amanda dalam hati sambil berdiri
Read more

Bab 58. Kecemasan Mantan Istri

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Amanda dengan panik. Dia langsung membantu Pandu untuk duduk, dia terlihat cemas saat melihat Pandu mendesah kesakitan. Orang-orang di sekitar mulai berkerumun akibat kejadian tersebut, bahkan beberapa orang terlihat mengumpat dan berusaha mengejar mobil yang sudah menyerempet mereka. "Badanku terasa remuk," ungkap Pandu jujur, tubuhnya terasa sakit akibat menabrak pembatas jalan dan menghantam trotoar demi melindungi tubuh Amanda. "Ya Tuhan ... kamu berdarah!" pekik Amanda ketika melihat darah mengucur di tangannya. Amanda membuka jas yang dipakai Pandu. "Ya Tuhan, darahnya banyak sekali. Kamu tahan dulu ya, kita pergi ke rumah sakit sekarang juga." Pandu mengangguk sambil tersenyum bahagia melihat Amanda begitu mengkhawatirkannya. Kemudian, ia menyangga tangannya yang terluka. Dia mengerahkan semua tenaganya untuk berdiri, tapi sepertinya kakinya juga mengalami terkilir yang membuatnya tidak bisa bangun. Lagi-lagi Pandu mendesah kesakitan, saat di
Read more

Bab 59. Apa Aku Masih Mencintainya?

Amanda mengatur napas, berusaha menguasai dirinya. "Semua sudah terlambat. Aku harap kamu tidak membahas masa lalu kita lagi." Amanda bangun dari duduknya. "Aku ingin pergi ke kamar mandi dulu." "Aku rela melakukan apa saja asal kamu mau kembali padaku," balas Pandu, tapi tidak ditanggapi oleh Amanda. Wanita itu terus melangkah keluar dari ruang perawatan mantan suaminya. Amanda mempercepat langkahnya menuju ke kamar mandi. Tidak, Amanda tidak benar-benar ingin pergi ke sana. Dia hanya mencari alasan agar tidak terlalu lama bersama dengan Pandu. Wanita itu berhenti pada sebuah lorong sepi. Hanya ada beberapa orang yang lalu-lalang kemudian pergi. Amanda menyandarkan sebelah bahunya ke dinding rumah sakit yang dingin. Amanda meletakkan satu telapak tangan di dadanya, mengatur napas perlahan-lahan hingga debaran jantungnya kembali normal. Dia berdiri cukup lama di lorong itu. Amanda menyibak rambutnya ke belakang punggung. Sekali lagi, Amanda mengatur napasnya sampai dia benar-ben
Read more

Bab 60. Kamu Yang Mengubahku

"Bos Pandu sedang meeting bersama Tuan Philips," kata Tama berusaha untuk meyakinkan Nyonya Vena. "Kenapa kamu tidak ikut dengan Pandu?" Nyonya Vena memicingkan matanya, ia tidak percaya dengan ucapan asisten anaknya itu. "Bukankah kamu selalu ikut ke mana pun dia pergi?""Tuan Philips mendadak mengubah jadwal meeting karena dia akan kembali ke negaranya sekarang juga. Itu sebabnya dia memilih tempat meeting yang dekat dengan tempat tinggalnya." Tama menjawab dengan yakin, padahal ia juga tidak tahu alasan yang sebenarnya. "Kalau Anda tidak percaya, silakan cek melalui asistennya, saya akan memberikan nomor kontaknya jika Nyonya mau.""Tidak perlu!" Nyonya Vena langsung bergegas pergi meninggalkan Tama dan sekretaris sang CEO."Ya ampun, Bos. Untung Anda datang." Tiara berjongkok. "Maaf, Bos, kaki saya sangat lemas. Sejak tadi ia merasa sangat tegang, baru sekarang bisa bernapas lega setelah Nyonya Vena pergi."Tiara, kosongkan semua jadwal Bos Pandu hari ini. Jika ada yang penting
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status