Home / Fantasi / Tanah Makamku masih Basah, Mas / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tanah Makamku masih Basah, Mas : Chapter 71 - Chapter 80

95 Chapters

Bolehkah Membunuh Pendosa?

Ibu Affan ke luar dari kantor polisi. Kalau saja boleh, dia ingin tinggal di sana menemani Affan. Namun, walau belum ada prosedur jam kunjungan, petugas memintanya kembali di hari berikutnya. Jangankan menginap, untuk masuk saja dia perlu bernegosiasi dengan salah seorang oknum petugas. Langkah wanita paruh baya itu berjalan ke arah mobil yang sudah menunggunya di parkiran. Namun, langkahnya memelan kala melihat dua api berputar -putar di atas pohon rindang di ujung gerbang kantor. "Apa itu?" Mata tua wanita itu menyipit menajamkan pandangan. Apa iya jam segini ada orang iseng yang memainkan api di sana? _______"Apa? Mas Affan ditangkap polisi?! Membunuh?!" Pak Malih menaikkan nada suaranya kala terkejut mendengar berita yang disampaikan Pak RT melalui saluran telepon. Orang -orang yang berada di ruang apartemen Maya kontan memelankan suara mereka yang tengah membaca Alquran untuk dihadiahkan ke pada si mayit. Mereka mengenal Affan, jadi ikut terkejut karenanya. Terutama Maya.
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Kelakuan Tomy

Mama Affan harus lekas kembali dan meninggalkan putranya di sel, karena sudah mendapatkan panggilan dari rumah sakit bahwa kondisi suaminya sedang menurun. Kepergian wanita itu meninggalkan sesak di hati Affan. Bukan karena ia ditinggalkan sendiri. Melainkan membayangkan bagaimana sang papa berjuang melawan maut, dan ia tidak ada di sisinya. Belum lagi rasa bersalah yang muncul, karena pria tua itu ambruk setelah mendengar kabar buruk tentangnya yang membunuh orang dan ditangkap polisi. Dan bahkan di saat sakitnya, Prapto masih berusaha keras meminta sang istri menjadi estafet perjuangannya membantu Affan. Namun, baru saja sampai di tempat parkir, kaki ibu Affan tertahan karena terpana melihat hal tak biasa. Dua api mirip obor berputar -putar di atas pohon."Nyonya, tolong cepat masuk. Tempat ini tidak aman!" teriak sang sopir yang menghampirinya. Sebagaimana anak buah Prapto yang lain, lelaki yang bekerja sebagai pengemudi mobil di keluarga Prapto tersebut telah mengetahui hal -h
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Kematian Palasik

Tomy melakukannya dengan cepat, karena tak ingin ada yang melihat. Karena bahkan Abah Bisri sudah membuat keputusan. "Hem, tentu saja karena beliau seorang Kiai mana mungkin akan bertindak sejauh orang biasa sepertiku." Tomy tersenyum konyol membayangkan hal yang dilakukan. Pemuda itu celingukan. Setelah melakukan salah satu hal terbesar dalam hidupnya, kini ia jadi bingung sendiri. Apa yang harus dilakukan sekarang?Mungkin saja kuyang itu menyadari perbuatannya dan berniat menyerang Tomy karena marah. Pemuda itu lalu menoleh ke arah Abah Bisri. Kemudian berpikir, bahwa jalan terbaik adalah tetap bersama pria itu. Jadi jika sewaktu-waktu, kuyang -kuyang genit itu datang, Tomy akan merasa aman bersamanya. Waktu terus berjalan. Tidak ada yang melihat perbuatan Tomy kecuali Tuhan dan CCTV. Selesai dengan pekerjaannya, ia pun lekas mengambil air wudhu dan bergabung bersama yang lain. Tak ada yang terjadi malam itu. Apalagi, waktu sudah sangat dekat dengan subuh hari. Hanya tiga jam be
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Season 2 : Gadis yang Lahir dari Rahim Orang Meninggal

‘Dep dap dep dap dep dap ....’Derap langkah kaki menggema di sepanjang lorong bangunan lantai dua. Seorang pemuda berlari, lalu jatuh tepat di depan toilet wanita lantaran tubuhnya menabrak pria tambun berpakaian rapi berwarna mocca. “Em, maaf Pak.” Pemuda tujuh belas tahun itu segera bangkit.“Ish, Sultan ... kenapa musti lari?” Pria paruh baya yang terlihat buru-buru itu membenahi letak ikat pinggangnya.Sultan nyengir.“Tapi kenapa Bapak keluar dari toilet wanita?”Salah tingkah tak bisa menjawab, pria yang dipanggil Pak Agus dan dikenal sebagai guru BK itu meninggalkan Sultan dengan mengayunkan tapak tangannya.Sepersekian detik, datang wanita cantik keluar dari ruangan yang sama dengan Agus, membenarkan posisi roknya.“Sttt ... jangan bilang siapa-siapa!”Sultan bergeming melihat tanpa kedip hingga wanita usia tiga puluhan itu hilang ke balik dinding menuruni anak tangga. “Apa yang mereka lakukan? Pak Agus dan Bu Risma ....” Sultan berpikir sejenak. “Ah bodo!”Siswa polos
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more

Gadis Kecil Bernama Jingga

Rayyan mematikan rokoknya, mendekat pada Janet. “Emangnya Lo gak jomblo?”Janet gugup karena didekati seseorang yang selama ini mengisi hatinya. berusaha tenang. “Gue jomblo karena gue terhormat, gak kayak kebanyakan cewek di sini!” Ucapnya ketus. “Udah ah, buruan ...!” Janet mendorong tubuh Rayyan menuju lantai bawah. “Lo semua! Jangan kesorean di tempat ini!” Kini tangan gadis cantik itu menunjuk pada tiga siswa geng perjaka. Mereka berdua pun meninggalkan loteng.Melihat Rayyan dan Janet hilang dari pandangan, Raka buru-buru menarik tangan Sultan pergi dari loteng dengan melihat ke sana ke mari. Disusul Udin yang merasa aneh dengan tingkah teman-temannya.Di ruang kepala sekolah, selain kepsek, ada Pak Agus, juga seorang pria dengan wajah berseri-seri yang merupakan guru baru dan baru saja tiba hari ini ke sekolah. Dari pakaiannya yang rapi, tak terlihat berbeda dengan guru lain, hanya saja di Sekolah Jingga dalam hitungan detik semua kejadian akan menyebar ke seluruh sekolah kare
last updateLast Updated : 2023-06-27
Read more

Latar Mencekam di Desa Jingga

Malam hari di sebuah rumah kecil, rumah dinas yang disediakan yayasan untuk guru dari luar, seorang Alif Luthfi sedang mengatur perabot sederhana yang dipersiapkan untuknya."Apa ini? Ini bukan milikku," gumamnya mengeluarkan gunting kecil dari tasnya. Menggeleng pelan, dan meletakkan begitu saja di laci meja.Meski hidup berkecukupan bersama ibu dan tiga anak dari pernikahannya dengan Amira dulu, dia terbiasa hidup mandiri dengan bekal secukupnya. Anak-anak ketiganya disekolahkan di pesantren agar kelak, bisa mengikuti jejaknya. Mengerti syariat dan terikat dengannya. Sehingga tidak sulit untuk Alif beradaptasi di kampung yang jauh, dan serba seadanya. Sekedar belanja pun ia harus menempuh belasan meter, hanya ada warung-warung kecil di sekitar rumah."Assalamualaikum." Suara di depan pintu menghentikan aktifitasnya seketika. Dua sosok tamu sudah ada di depan pintu, Ridho dan Pak Jarwo seorang warga setempat paruh baya. Lelaki yang merupakan tokoh desa itu datang mengantarkan pemud
last updateLast Updated : 2023-07-01
Read more

Bukan Rumor Biasa

“Lalu kenapa sampai ada rumor kuntilanak dan arwah wanita di sekolah Jingga, Pak?” Alif masih penasaran.Berbeda seperti yang terjadi di kampungnya dulu, setan yang mengganggu warga bahkan menelan korban bukan 100 persen makhluk gaib. Melainkan manusia siluman yang bersekutu dengan jin. Indah dan satu lagi kuyang yang ternyata identitasnya bisa diketahui petugas polisi bernama Sumbi, adalah bibinya Indah. Lucu sekaligus ngeri, dua orang saling terikat keluarga bersekutu dalam perbuatan maksiat dan sirik besar. Yang lebih mengerikan, rumah salah satu korban yang tak lain adalah Pak RT Konon tinggalnya di desa yang dia datangi ini. Semakin lekat di ingatan, Orang-orang menyebutnya sebagai desa Jingga sejak kelahiran anak yang lahir dari rahim orang meninggal. Anak yang tidak diterima oleh keluarganya sendiri setelah kepergian sang ayah untuk perjalanan bisnis, tapi tak juga kembali.Yah, entah apa yang terjadi pada Affan di luar negeri, dan kematian neneknya menyusul kemudian sete
last updateLast Updated : 2023-07-02
Read more

Perkenalan Orang-orang Baik

Dimas –suami Risma—tengah sibuk di kamarnya, mencari sesuatu. Terdengar ketukan pintu, tak ada yang membuka.Ketukan kedua, belum ada yang membuka. Dengan malas Dimas bangkit, keluar kamar. “Oii, pada kemana sih? Risma! Jingga!” Menengok ruang tengah dan arah dapur, benar-benar tak ada orang. Merasa terlalu lama tak ada yang membuka, tamu itu menggedor.“Iya, iya!” Meminta si tamu sabar. “Siapa sih? Malam-malam begini, mana hujan, gak ada sopan-sopannya.” Dimas merutuk kesal.Saat dibuka, seorang wanita memakai gamis putih kumal dengan kerudung sedada, membelakangi pintunya.“Siapa ya?” Dimas mengerutkan dahinya. Wanita itu menghadap kearah Dimas, mata Dimas melebar tak percaya.“Ka -ka -kamu? Sa -sarah?”Disela takut, dipandanginya sosok itu dari atas hingga ujung gamis bawahnya. Wajah pucat, tatapannya kosong. Hanya ada seraut kebencian dan dendam di sana. Semakin pandangannya ke bawah, bongkahan darah menyembul dari balik gamis bawah tamu tak diundang itu. Kini seluruh pakaia
last updateLast Updated : 2023-07-03
Read more

Ibu Marah .....

Dari kejauhan Udin terlihat berlari ke arah mereka.“Yaan ... Yan ... ada yang mati!” Udin tersengal-sengal.Semua melihat ke arah Udin.“Siapa?!” Suara itu nyaris serempak meski dengan intonasi yang berbeda.“Mak Odah. Mamak kantin.”Mereka semua berlari ke kantin.Mata Rayyan dan semua orang yang ada di tempat itu melebar sempurna. Terkejut. Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa ada kematian di sekolah lagi? Kepala mereka dipenuhi tanya. Padahal, sudah lama Sekolah Jingga aman dan tak ada kejadian aneh -aneh. Apalagi merenggut korban begini. ini benar -benar ada yang tidak beres.***Dii tempat lain ....“Mana hantunya? Lain kali kalau kalian macam-macam lagi ngerjain guru. Langsung bapak depak!” Agus mengomel menuruni tangga loteng, setelah berlarian dengan Raka dan Sultan, karena dua anak itu mengadu melihat hantu.“Iya Pak. Tadi bener ada kok. Kami lihat berdua. Ya kan Ka?”“I, iya Pak!” jawab Raka.Agus tak mau membuang waktu dan mencari tahu sendiri. Lelaki yang memiliki jabata
last updateLast Updated : 2023-07-04
Read more

Pria Mesum

"Tolong jangan menyentuh saya," pinta Dhira kepada pria yang jadi atasannya di sekolah. Siapa yang menyangka, kalau kepela sekolah yang notabene seorang pria bisa semudah itu menyentuh bahunya. Mungkin, ini hal biasa untuk guru lain seperti bibirnya -Risma. Tapi jelas tidak untuk Dhira yang menjaga benar -benar kehormatannya. Ini pelecehan bagi gadis ayu itu. "Ah, ya, maaf." Kepala sekolah jadi tak nyaman. Setelah menarik tangannya, pria itu memundurkan kakinya dan menggaruk kepala tak gatal. Melihat kondisi Jingga, Dhira pun lalu memutuskan memutuskan pulang tanpa menunggu kedatangan kedua orangtuanya."Bunda, takut," rengek Jingga yang membuat Dhira kemudian mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Jingga. "Ehm, biar saya antar pulang kalau tak keberatan." Kepala sekolah menawarkan diri. Dia bersikap layaknya seorang atasan yang peduli ke pada bawahannya. Dhira menoleh, mendengar tawaran pria itu. Lalu menatap ke arah Jingga yang memang tampak tidak sedang baik -baik saja. Lant
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status